BerandaInspirasiGaya HidupBegini Imbauan Dinas Kesehatan Lhokseumawe Kepada Masyarakat Cegah Diabetes

Begini Imbauan Dinas Kesehatan Lhokseumawe Kepada Masyarakat Cegah Diabetes

Populer

Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe mengajak semua lapiasan masyarakat Kota Lhokseumawe untuk mengelola pola hidup, jangan lupa rutin melakukan aktivitas fisik, jaga pola makan, dan melakukan pemeriksaan dini untuk mencegah diabetes.

Upaya pencegahan primer harus dilakukan secepatnya sejak prediabetes bahkan diabetes agar tidak menimbulkan masalah kesehatan lainnya seperti komplikasi jantung. Cara ini jauh lebih efisien dan efektif untuk menangani pasien daripada saat mereka sudah jatuh sakit. Salah satu upaya pencegahan primer adalah dengan mencapai berat badan ideal. Dalam salah satu studi menyebutkan dengan penurunan BB sekitar 6,5% setelah 4 minggu diet rendah kalori hasilnya tekanan darah, gula darah dan kolesterol turun.

Untuk diketahui, Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah.

Permasalahan yang ada saat ini terkait penyakit DM adalah sebagian besar (sekitar 3 diantara 4 orang) penderita DM tidak menyadari kalau dirinya menderita penyakit DM dan kurangya kesadaran penderita melakukan kontrol secara berkala.

Hal tersebut berdampak pada terus meningkatnya prevalensi penderita DM. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 dan tahun 2018 menunjukkan bahwa tren prevalensi penyakit Diabetes Melitus di Indonesia meningkat dari 6,9% menjadi 8,5 %, sedangkan untuk faktor risikonya seperti obesitas pada orang dewasa dari 14,8% menjadi 21,8%.

DM merupakan salah satu penyakit kronis penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Bahkan jumlah angka kesakitannya terus meningkat.

Ketua Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. DR. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD mengatakan salah satu penyebab timbulnya penyakit diabetes adalah obesitas yang tidak segera ditangani. Pada pasien prediabetes, ditandai dengan gula darah yang naik, Gula Darah Puasa berkisar 100-125 sementara Gula Darah Setelah Makan yakni 140<200.

”Kalau kondisi ini didiamkan, maka cepat atau lambat dia akan jatuh ke diabetes,” katanya dalam temu media Hari Diabetes Nasional 2021.

Deteksi Dini Bantu Cegah Diabetes Pada Anak

DM tidak hanya diderita oleh orang dewasa, namun juga bisa terjadi pada anak-anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat terjadi peningkatan yang cukup signifikan DM tipe-1 pada anak dan remaja dari 3,88 menjadi 28,19 per 100 juta penduduk pada tahun 2000 dan 2010.

Kenaikan kasus DM tersebut berkaitan erat dengan pola hidup kurang sehat seperti pola makan tidak tepat, kurang aktivitas fisik, obesitas, tekanan darah tinggi, dan gula darah tinggi.

Faktor risiko obesitas misalnya, terlebih selama ini, muncul anggapan bahwa anak gemuk identik dengan sehat ataupun lucu. Padahal, kondisi tersebut justru dapat memicu timbulnya masalah kesehatan bagi anak.

Gemuk itu belum tentu lucu dan sehat, hati-hati gemuk itu berarti kita menginvestasikan beberapa penyakit metabolic syndrome dll., ketika anak sudah besar, kata Novina

DM pada anak dapat dikenali melalui beberapa gejala yang muncul seperti banyak kencing, sering mengompol, mudah lelah, serta sering banyak makan dan minum namun berat badan turun. Jika anak sudah mengalami beberapa gejala tersebut sebaiknya segera dibawa ke fasyankes terdekat untuk segera ditangani.

Dr. Muhammad Faizi, Sp.A(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan prevalensi Diabetes Melitus pada anak di Indonesia jumlahnya terus meningkat, didominasi remaja berusia 10-12 tahun serta anak berusia 5-6 tahun. ”Populasi anak-anak diabetes itu banyak di Indonesia Bagian Barat, yang Timur sedikit,” katanya.

Agar kadar gula darah terkontrol, Faizi menjabarkan manajemen pada anak dengan diabetes merujuk pada 5 pilar diantaranya suntikan insulin, monitoring kadar gula darah, pemberian nutrisi, aktivitas fisik serta edukasi seumur hidup. Namun demikian, yang menjadi tantangan besar yang dihadapi dalam pengendalian Diabetes di Indonesia adalah pasien sering kali terlambat mengetahui penyakit DM. Sehingga, sering ditemukan pada tahap lanjut atau sudah disertai dengan komplikasi, seperti serangan jantung dan stroke, infeksi kaki yang berat yang dapat mengakibatkan kecacatan sampai kematian dini.

”Masalah kita adalah awareness kita tentang Diabetes Militus tipe 1, sehingga banyak pasien-pasien yang datang terlambat,” ucapnya.

Agar kadar gula darah terkontrol, Faizi menjabarkan manajemen Diabetes Militus dengan merujuk pada 5 pilar diantaranya suntikan insulin, monitoring kadar gula darah 6 kali sehari, asupan nutrisi, aktivitas fisik serta edukasi seumur hidup.

Yang perlu diperhatikan bagi penderita DM di masa pandemi COVID-19, harus temukan diabetes seawal mungkin, sehingga pengobatan bisa diberikan secepat dan seawal mungkin.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Pemerintah telah melakukan upaya pencegahan yang proaktif dan persuasif di seluruh lapisan masyarakat. Salah satunya dengan menekankan pentingnya skrining secara berkala, supaya ketika ditemukan adanya penyakit tertentu dapat segera tertangani.

Skrining harus dilakukan lebih rutin manakala gaya hidup yang dijalankan kurang sehat serta orang dengan faktor risiko.

Untuk yang masih sehat, tidak memiliki faktor risiko, lakukanlah skrining secara berkala di fasilitas kesehatan di sekitar Anda.

Untuk deteksi dini, masyarakat bisa memanfaatkan Pos Binaan Terpadu (Posbidu) PTM. Melalui program tersebut nantinya para kader secara rutin akan memberikan konseling, penyuluhan, serta aktivitas fisik.

Selain Posbidu, ada pengelolaan PTM juga dilakukan melalui Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Polanis). Kegiatan monitoring dan deteksi dini dengan memanfaatkan kepesertaan JKN. Masyarakat dapat melakukan konsultasi kepada dokter terkait masalah kesehatan yang dihadapinnya. Bersama Posbidu, keduanya saling bersinergi untuk meningkatkan deteksi dini, penemuan dan rujukan tindak lanjut sesuai kriteria klinis.

Skrining awal harus diimbangi dengan gaya hidup yang sehat terutama di masa pandemi COVID-19. Dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan di rumah, dikhawatirkan semakin banyak anak-anak maupun orang dewasa yang terjebak sedentari life, mengonsumsi makanan cepat saji, dan sering menghabiskan waktu dengan gawainya. Pola hidup yang demikian sangat berdampak buruk bagi kesehatan terutama bagi mereka pengidap PTM.

Untuk itu, diimbau kepada masyarakat baik yang sehat maupun orang dengan faktor risiko agar segera melakukan cek kesehatan secara berkala. Masyarakat bisa melakukannya secara mandiri ataupun memanfaatkan konsultasi di fasilitas layanan kesehatan seperti telemedicine atau polanis bagi peserta JKN.[](Kemenkes/***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita terkait

Berita lainya