LHOKSEUMAWE — Pembangunan sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Kota Lhokseumawe terkendala akibat belum mempunyai sertifikat tanah. Meski demikian pihak sekolah sudah mendapat izin operasional.
Kepala MTsN 1 Kota Lhokseumawe, Herman, S.pd.,S.H.M.pd, Senin 25 Januari 2021, mengatakan, untuk pembangunan sekolah ini pihaknya terkendala pada sertifikat, karena Keuchik Gampong Lancang Garam kurang bersedia dalam bekerjasama untuk hal tersebut. Bahkan sudah tiga kali disurati permohonan pembuatan sertifikat untuk MTsN itu, namun sampai sekarang belum ada jawaban.
“Kami juga tidak mengetahui mengapa belum ada respon dari keuchik. Tapi yang kita inginkan marilah bekerja sama agar pembangunan di MTsN ini dapat lebih meningkat, karena minat siswa sangat tinggi setiap tahun, bahkan pendaftar sampai 900 orang lebih, sedangkan ruang kelas baru kita tidak punya,” kata Herman.
Herman menambahkan, pada dasarnya banyak pihak yang membantu, tapi semua pihak mengharapkan ada tersedianya sertifikat. Pihaknya sudah meminta bantuan dari Duta Besar Jepang di Medan, Sumatera Utara, maka mereka bersedia membantu pembangunan 12 ruang kelas, namun gagal karena tidak adanya sertifikat tersebut.
Selain itu, permintaan langsung kepada Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Kementerian Agama RI, dan sudah membangun komunikasi bahwa mereka juga bersedia membantu 12 lokal. Namun, itu juga gagal karena ketiadaan sertifikat.
“Dengan demikian, sertifikat menjadi penghambat kita untuk melakukan pembangunan di MTsN 1 Kota Lhokseumawe. Tentunya sertifikat tidak bisa kita produk sendiri, itu harus kerja sama dengan pihak Keuchik Lancang Garam dan kendalanya di situ. Kita berharap ada kerja sama yang baik untuk menyelesaikan ini dan bukan untuk saya pribadi, akan tetapi untuk anak-anak di Gampong Lancang Garam dan sekitarnya,” ujar Herman.
Selain itu kata Herman, untuk sekarang di sekolah itu terdapat 22 kelas atau ruang belajar siswa, yang bagus ada sekitar 18 unit kelas dan sisanya ada yang rusak ringan dan rusak berat. Karena selama ini pihaknya juga memanfaatkan musala maupun ruang perpustakaan untuk dijadikan ruang belajar bagi siswa.
“Lahan sekolah seluas 3.575 meter ini merupakan milik pemerintah, harapan besar semoga ada solusi ke depan. Untuk saat ini kita terdapat 756 siswa, sebenarnya jumlah siswa itu sudah tidak ideal, dan terpaksa kita masukkan siswa itu sampai jumlahnya 36 lebih per kelas. Yang seharusnya menurut peraturan pemerintah maksimal hanya 32 orang siswa,ā ungkapnya.
Sementara itu, Keuchik Gampong Lancang Garam, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Muslim, saat dikonfirmasi portalsatu.com, via WhatsApp, siang,
terkait permohonan pembuatan sertifikat dari pihak MTsN 1 Kota Lhokseumawe. Ia menyampaikan dirinya sedang berada di Meureudu, Pidie Jaya. “Saya masih di Meureudu, ada kegiatan. Insya Allah besok (Selasa) kalau tidak ada halangan kita sampaikan,” ujar Muslim.[Fazil]