BLANGKEJEREN – Petani kopi di Gayo Lues meminta pemerintah daerah setempat mencari solusi agar harga kopi kembali stabil seperti sebelum masa pandemi Covid-19. Pasalnya, saat ini harga Kopi Gayo sangat anjlok dan para petani mengalami rugi besar.
Salah seorang petani kopi Gayo Lues, Kai’man, Rabu 27 Januari 2021, mengatakan dalam membantu petani pemerintah daerah jangan hanya memberikan bantuan bibit kopi dan membangun sarana-prasana lainnya setiap tahun, tanpa memperdulikan harga jual kopi yang semakin anjlok.
“Hari ini harga jual gabah kopi petani hanya Rp17 ribu/bambu, harga ini sangat anjlok dibandingkan sebelum pandemi yang mencapai Rp38 ribu/bambu dibeli agen penampung,” kata Kai’man, petani kopi kawasan Pungke Jaya, Kecamatan Putri Betung, Gayo Lues melalui telepon.
Petani asal Desa Porang ini menambahkan, saat ini petani kopi di Gayo Lues juga sangat kewalahan mencari tukan petik saat panen, karena upah mereka lebih mahal dari harga jual kopi. Bahkan jika dihitung melalui upah harian, pemilik kebun kopi tidak dapat untung.
“Solusi musim panen kali ini yaitu hasilnya dibagi dua dengan pekerja atau pemetik buah kopi, itupun jika dikalkulasikan, upah pemetik tidak sampai Rp80 ribu/ hari. Upah harian untuk perempuan di Gayo Lues saat ini Rp80 ribu dan untuk laki-laki Rp 100 ribu/hari,” jelasnya.
Kai’man juga menyinggung pernyataan Bupati Gayo Lues H.Muhammad Amru yang dipublis portalsatu.com sebelumnya. Amru mengatakan akan ada dana talangan membantu meningkatkan harga jual kopi di tingkat petani dari Presiden RI sebesar Rp 1 Triliun. Dana tersebut untuk petani kopi di wilayah tengah yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues.
“Sampai sekarang kami belum merasakan kenaikan harga jual kopi, mudah-mudahan dana Rp1 triliun itu segera cair, sehingga pemerintah daerah bisa menyiasati harga jual kopi yang semakin anjlok ini,” pintanya.[-]