LHOKSEUMAWE – Yayasan Geutanyoe mengadakan fun learning untuk anak-anak dan remaja pengungsi Rohingya di Kamp Balai Latihan Kerja (BLK), Desa Meunasah Mee, Kandang, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe, Rabu, 24 Maret 2021. Pembelajaran dikemas dalam sejumlah permainan dan lomba sederhana sehingga menyenangkan peserta kegiatan tersebut.
Sejak awal program Mental Health Psychosocial Support (MHPSS) untuk pengungsi di Kamp BLK itu, Yayasan Geutanyoe berkomitmen di bidang edukasi khususnya untuk anak-anak Rohingya usia 4-17 tahun. “Edukasi berkonsep informal dan fun learning ini didasari atas kebutuhan yang dirasa perlu oleh mereka untuk beradaptasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya,” kata Koordinator MHPSS untuk Yayasan Geutanyoe, Agustia, dalam keterangannya diterima portalsatu.com, Rabu sore.
Yayasan Geutanyoe (YG) terlibat dalam penanganan isu pengungsi Rohingya di Lhokseumawe sejak kedatangan boat pertama, Juni 2020 lalu. Sebelumnya YG juga telah terlibat sejak pertama sekali pengungsi Rohingya datang ke Aceh.
Untuk membantu para pengungsi beradaptasi dengan baik di Lhokseumawe, YG menginisiasi pembelajaran menggunakan konsep fun learning yang diawali dengan Kelas Bahasa Indonesia. Saat ini telah berkembang ke beberapa pelajaran lainnya seperti IPA, IPS, Agama, Matematika dan Kelas Kreatiflvitas serta Eksplorasi Diri untuk mempersiapkan mereka menuju masa depan lebih baik.
“Tentu saja YG tidak sendirian melakukan ini semua, karena sejak awal kami berkomitmen melakukan pendekatan klaster di mana semuanya menggunakan konsep kolaboratif dan partisipatif. Untuk kelas edukasi ini YG saling bahu membahu bersama PMI Kota Lhokseumawe, LPDI Kota Lhokseumawe, Kemensos dan juga UNHCR,” tutur Agustia.
Jika biasanya pembelajaran dilakukan indoor, hari ini/Rabu, anak-anak dan remaja pengungsi Rohingya diajak untuk mengikuti fun learning di outdoor dengan lomba-lomba sederhana.
“Tujuan kegiatan ini untuk mengukur kemampuan dan indikator capaian dari materi yang disampaikan Tim Edukasi, YG, PMI, LPDI dan Kemensos juga UNHCR selaku Camp Manager,” ujarnya.
Dia menyebut kegiatan Refugees Student Active Learning merupakan gabungan beberapa mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS yang dikemas dalam sejumlah permainan dan motorik. Di antaranya, meniup balon air, engklek angka, makan kerupuk, lompat karung balon, dan paku botol.
Kegiatan ini juga diikuti anak-anak sekitar Desa Meunasah Mee, Kandang. Hal ini membuktikan bahwa pengungsi dan masyarakat sekitar telah berbaur dengan sangat baik.
Diharapkan dengan diadakan kegiatan ini bisa memotivasi anak-anak pengungsi Rohingya menjadi pembelajar mandiri yang berguna untuk masa depan. Seperti dikatakan Asmotullah, salah satu pengungsi remaja, “Saya sangat senang dengan kegiatan belajar yang dilaksanakan YG, PMI, LPDI dan Kemensos. Saya merasa sangat diterima dengan baik di Aceh seperti keluarga sendiri.”
YG juga berharap kegiatan edukasi ini dapat menumbuhkan sikap disiplin, bertanggung jawab dan pengungsi bisa bekerja sama dengan lingkungan sekitarnya. “Aceh selalu menerima mereka dengan terbuka,” ucap Agustia.
Kegiatan tersebut ditutup dengan pembagian hadiah sebagai bentuk apresiasi untuk peserta yang sudah berpartisipasi. “Mereka sangat senang dengan kegiatan ini. Semoga juga bisa membantu menyembuhkan luka mereka saat di negaranya”. [] (*)