BANGLADESH – Kebakaran melanda kamp pengungsi Rohingya yang luas di Cox’s Bazar, Bangladesh, menghancurkan tempat penampungan dan membahayakan nyawa puluhan ribu pengungsi.
Badan pengungsi Perserikatan Banga-Bangsa UNHCR melaporkan dinas pemadam kebakaran, Komisioner Bantuan dan Pemulangan Pengungsi Bangladesh, serta tim penyelamat dan tanggap tetap berada di lokasi pada Senin 22 Maret 2021 malam.
Mereka terus mencoba untuk mengendalikan api dan mencegah penyebaran lebih lanjut.
Direktur Jenderal Organisasi Migrasi Internasional (IOM) PBB, António Vitorino, mengatakan puluhan ribu pengungsi Rohingya terkena dampak kebakaran ini.
“Saya sangat prihatin dengan dampak kebakaran yang mengerikan hari ini di Cox’s Bazar, Bangladesh,” kata Vitorino.
(Baca juga: Taiwan Bersikeras Tolak Gunakan Vaksin Covid-19 Buatan China)
“Tim dan mitra IOM bekerja sama untuk menanggapi krisis dan memastikan keselamatan dan kesejahteraan semua,” lanjutnya.
Foto dan video dari para saksi menunjukkan gubuk besar yang membakar dan sejumlah pengungsi melarikan diri dengan berjalan kaki. Penyebab kebakaran belum diketahui.
“Api menjalar begitu cepat sehingga sebelum kami memahami apa yang terjadi, itu mengenai rumah kami,” kata Tayeba Begum, relawan Save the Children yang menyaksikan kebakaran itu.
“Orang-orang berteriak dan berlarian kesana-kemari. Anak-anak juga berlarian berpencar, menangis untuk keluarga mereka. Ini adalah kejadian paling mengerikan yang saya saksikan baru-baru ini,” terangnya.
Direktur negara untuk Save the Children di Bangladesh, Onno Van Manen, mengatakan kebakaran pada Senin (22/3) menjadi kebakaran yang terbesar dari beberapa kebakaran yang melanda kamp tahun ini saja.
“Ini merupakan pukulan dahsyat lainnya bagi para pengungsi Rohingya yang tinggal di sini. Hanya beberapa hari yang lalu kami kehilangan salah satu fasilitas kesehatan kami dalam kebakaran lain. Risiko kebakaran di daerah yang sangat padat penduduk dan terbatas ini sangat besar,” kata Van Manen.
Menurut UNHCR dan Save the Children, perkiraan jumlah pengungsi Rohingya yang tinggal di Cox’s Bazar berkisar dari 800.000 hingga lebih dari 900.000.
Sebagian besar pengungsi ini melarikan diri dari penganiayaan di negara tetangga Myanmar.
Pada 2016 dan 2017, militer Myanmar melancarkan kampanye pembunuhan dan pembakaran brutal yang memaksa lebih dari 740.000 orang minoritas Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh, mendorong kasus genosida untuk disidangkan di Mahkamah Internasional. Pada 2019, PBB Mengatakan “pelanggaran berat hak asasi manusia” oleh militer masih berlanjut di negara bagian etnis Rakhine, Chin, Shan, Kachin dan Karen.
Myanmar membantah tuduhan genosida tersebut, dan menyatakan bahwa “operasi pembersihan” oleh militer adalah tindakan kontra-terorisme yang sah.[]sumber:okezone.com