Jumat, Juli 26, 2024

12 Partai Deklarasi Dukung...

LHOKSEUMAWE – Sebanyak 12 partai politik nonparlemen di Kota Lhokseumawe tergabung dalam Koalisi...

Keluarga Pertanyakan Perkembangan Kasus...

ACEH UTARA - Nurleli, anak kandung almarhumah Tihawa, warga Gampong Baroh Kuta Bate,...

Di Pidie Dua Penzina...

SIGLI - Setelah sempat "hilang" cambuk bagi pelanggar syariat Islam di Pidie saat...

Pj Gubernur Bustami Serahkan...

ACEH UTARA - Penjabat Gubernur Aceh, Bustami Hamzah, didampingi Penjabat Bupati Aceh Utara,...
BerandaBerita AcehPengorbanan dan Semangat...

Pengorbanan dan Semangat Anak-Anak Sarah Raja tak Boleh Padam

Anak-anak Dusun Sarah Raja, Aceh Utara, menelan rasa takut naik perahu menyeberangi sungai agar bisa bersekolah. Seorang akademisi menyebut mereka tunas bangsa yang sesungguhnya. Anak-anak Sarah Raja berhak mengecap pendidikan layak dan fasilitas memadai.

***

Di Dusun Sarah Raja, Desa Lubok Pusaka, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara, tidak ada Sekolah Dasar (SD). Anak-anak warga dusun terpencil itu naik perahu untuk belajar di SD Dusun Sarah Gala, Desa Sah Raja, Kecamatan Pante Bidari, Kabupaten Aceh Timur. Mereka calon penerus masa depan bangsa yang belum mendapatkan akses pendidikan layak dan mudah. Bocah-bocah tersebut harus berjuang keras, susah payah, dan berisiko besar untuk dapat mengenyam pendidikan dasar.

Sarah Raja terletak di perbatasan Aceh Utara dengan Aceh Timur dalam kawasan hutan belantara. Sebagian masyarakat dusun itu sehari-hari berkebun untuk menyambung hidup.

Lubok Pusaka desa paling ujung dari wilayah Aceh Utara. Terletak di ujung tenggara, desa itu berjarak sekitar 35 Km dari Ibu Kota Lhoksukon. Dusun Sarah Raja terletak lebih jarak lagi ke arah pedalaman, sekitar 20 Km dari pusat Desa Lubok Pusaka. Kondisinya terisolir karena belum ada akses jalan memadai.

Akses jalan dari pusat Desa Lubok Pusaka ke Dusun Sarah Raja hanya bisa dilalui mobil dobel gardan dan motor trail. Itupun jika kondisi cuaca sedang bersahabat. Jika hujan, mobil dobel gardan pun bisa tersangkut di jalanan di tengah hutan rimba. Selain belum ada akses jalan memadai, perjalanan juga harus menyeberang dua anak sungai. Belum ada jembatan. Jika air dalam anak sungai itu sedang penuh, otomatis transportasi ke sana putus total.

Transportasi alternatif menuju Sarah Raja harus menggunakan perahu menyeberangi Krueng (Sungai) Arakundo dari Dusun Bidari, Desa Lubok Pusaka, dengan waktu tempuh lebih satu jam.

***

Rabu, 1 Februari 2023, siang, portalsatu.com dan seorang jurnalis lainnya berangkat dari Lhoksukon, Ibu Kota Aceh Utara, melewati jalan Kecamatan Cot Girek ke Lubok Pusaka, berjarak sekitar 30 kilometer. Tiba di Dusun Bidari, di bibir Sungai Arakundo, tampak Camat Langkahan, Ramli Jazuli, Kepala Desa Lubok Pusaka, Sulaiman S, Ketua Tuha Peut Lubok Pusaka, Abdul Wahab, Imum Mukim Rampah Langkahan, Janni, dan sejumlah personel Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) III Wilayah Aceh dan Badan Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Uring.

Tim KPH dan BKPH sudah menyiapkan satu perahu panjang 15 meter dan lebar lebar 1,5 meter. Rombongan 17 orang satu persatu meloncat ke dalam perahu untuk mengarungi sungai menuju Sarah Raja. Camat Langkahan dan Mukim Rampah tidak ikut bersama tim tersebut.

Berangkat dari Dusun Bidari sekitar pukul 16.20 WIB. Sepanjang perjalanan menjelajahi sungai tampak pemandangan alam asri. Terlihat pula aktivitas warga berkebun. Sejumlah warga mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menggunakan sampan yang dipasang jaring di kanan-kiri agar tidak tercebur ke dalam sungai besar itu. Ada juga warga naik perahu membawa pulang bahan kebutuhan pokok–yang dibeli dari pasar Lubok Pusaka–ke rumahnya di Sarah Raja.

Setelah mengarungi Krueng Arakundo, untuk sampai ke Sarah Raja harus melewati anak Sungai Alue Sepoy sekitar 1 kilometer. Perahu ditumpangi rombongan tadi menepi di sungai mungil tersebut, sekitar pukul 17.40 WIB. Rombongan itu disambut Kepala Dusun Sarah Raja, Zulkifli, yang kemudian mengajak tamunya ke sebuah balai untuk beristirahat hingga bermalam di sana.

Kedatangan tim KPH dan BKPH ke kawasan hutan tersebut untuk mengecek lokasi yang akan diusulkan Pemkab Aceh Utara kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar menjadi wilayah Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA).

Sebelum tidur, sebagian anggota tim itu menyeruput kopi bersama warga di kios kecil. Siulan burung dari hutan memecah kesunyian malam yang menyelimuti Sarah Raja.

“Di Sarah Raja ini sudah ada orang tempati sejak sebelum Indonesia merdeka. Pada masa itu bukan Dusun Sarah Raja namanya, tapi Desa Ketok. Namun, seiring berjalannya waktu ada perubahan nama menjadi Dusun Serah Raja pada tahun 1953, bukan Sarah Raja. Tetapi, karena sejak zaman dulu masyarakat di sini lebih familiar menyebut Sarah Raja, sehingga sampai sekarang lebih dikenal dengan sebutan itu. Sedangkan Ketok saat ini juga jadi dusun di Desa Lubok Pusaka. Tapi, di Dusun Ketok banyak warga yang sudah pindah ke kawasan lain ketika masa konflik Aceh. Kalau tidak salah saya sekarang hanya tiga rumah ditempati warga di Ketok,” kata Razali, pemandu tim itu kepada portalsatu.com saat berbincang malam itu.

Malam semakin larut. Di luar rumah kian gelap. Teramat gelap.

***

Kamis, 2 Februari 2023, pagi, portalsatu.com melihat lima anak–tiga di antaranya perempuan–keluar dari rumahnya di Sarah Raja. Mereka akan menumpang perahu mengarungi Alue Sepoy dan Sungai Arakundo ke Sekolah Dasar di Sarah Gala lantaran di Sarah Raja tidak ada SD.

Empat dari lima anak tersebut memakai seragam SD. Satu anak, Ridho, mengenakan kaos dilengkapi penutup kepala warna abu-abu, celana pendek hitam, dan membawa tas sekolah.

“Saya pakai baju sekolah nanti di seberang saja. Kalau saya pakai sekarang nanti cepat kotor saat naik perahu,” ujar Ridho.

Ridho mengaku tidak takut naik perahu karena sudah terbiasa. “Malah senang, karena bisa sekolah,” ucapnya. “Tapi, bagusnya ada sekolah di sini (Sarah Raja),” kata bocah kelas satu SD itu.

Pukul 07.40 WIB, lima murid SD itu bersama seorang juragan perahu dan salah satu orang tua siswa tersebut berjalan melewati kebun cokelat ke lokasi perahu di tepi Alue Sepoy. Sebelum meloncat ke perahu, anak-anak itu melepas sepatunya lantaran pinggir sungai berlumpur. Pukul 07.48 WIB, mereka berangkat ke sekolah menggunakan perahu.

“Ridho, tolong ambil kayu itu untuk mendorong perahu. Kakek mau hidupkan mesin perahu dulu,” ucap Durani (53 tahun), juragan perahu tersebut.

Anak-anak Sarah Raja harus mengarungi Sungai Arakundo sekitar 1 Km menggunakan perahu agar bisa sekolah, karena tidak ada jalan dan jembatan penghubung ke Sarah Gala. Setelah menyeberangi sungai, bocah-bocah tersebut harus berjalan kaki sejauh 800 meter baru tiba di SD Negeri Sarah Gala.

Saban hari sekolah, Durani mengantar anak-anak Sarah Raja ke Sarah Gala. Dia dengan sabar menunggu para bocah itu pulang sekolah pukul 11.00 WIB untuk dibawa kembali menggunakan perahu ke Sarah Raja.

“Beginilah kondisi kami di sini. Anak-anak setiap pagi bersekolah harus menyeberangi sungai. Menggunakan perahu itu harus bayar Rp200 ribu perbulan dari masing-masing orang tua siswa. Kami bayar kepada orang yang mengantarkan anak-anak ke Sarah Gala sebagai pengganti bahan bakar minyak perahu. Saat ini tinggal lima lagi anak-anak Sarah Raja yang sekolah (di SD Sarah Gala). Yang lainnya sudah pindah ke Lhoksukon atau tempat lain,” ujar Srimurni, warga Sarah Raja, Kamis (2/2/2023).

Ibu lima anak tersebut menyebut tidak ada akses lain bagi warga Sarah Raja ke luar dari dusun itu selain menggunakan perahu melintasi Sungai Arakundo. Warga yang ingin berbelanja kebutuhan pokok juga menyeberangi sungai ke Sarah Gala, atau ke Ibu Kota Kecamatan Langkahan.

Masyarakat setempat membutuhkan akses jalan dan jembatan layak penghubung Sarah Raja dengan Sarah Gala, dan ke pusat Desa Lubok Pusaka. Infrastruktur tersebut paling utama dibutuhkan masyarakat.

“Memang sudah dibuka lahan untuk jalan dari Sarah Raja ke Lubok Pusaka, tapi masih tanah dasar, belum ada pengerasan, sehingga tidak bisa dimanfaatkan warga. Apalagi perlu jembatan juga untuk melewati anak sungai Alue Sepoy Sarah Raja sebagai penghubung ke jalan tersebut. Jika tidak ada infrastruktur itu sama saja tidak bisa akses,” ujar Srimurni.

Kepala Dusun Sarah Raja, Zulkifli, menyebut akses jalan yang sedang dibuka dari Sarah Raja ke pusat Desa Lubok Pusaka belum memungkinkan dilintasi warga. “Belum ada pengerasan, ketika hujan tanah itu berlumpur, sehingga tidak bisa dimanfaatkan secara normal,” ungkapnya.

Dia menyebut jumlah penduduk Sarah Raja 46 keluarga atau 250 jiwa. “Tapi, banyak warga yang sudah pindah keluar, karena di sini tidak ada akses jalan, dan fasilitas umum lainnya juga tidak memadai,” ucap Zulkifli, Kamis (2/2/2023).

Zulkifli berharap adanya akses yang singkat dan cepat, baik jalan ke pusat Desa Lubok Pusaka maupun jembatan penghubung Sarah Raja dengan Sarah Gala.

Kepala Desa Lubok Pusaka, Sulaiman S, mengatakan kebutuhan sangat mendesak di Dusun Sarah Raja jembatan penghubung ke Sarah Gala. Menurut dia, pada pertengahan tahun 2022, kontraktor membangun fondasi jembatan gantung bersumber dari APBN.

“Pertama dibangun fondasi dasar pada Juni 2022, setelah itu terhenti dua bulan. Pada Oktober 2022, mereka lanjutkan lagi pekerjaan. Namun, sampai sekarang belum rampung jembatan gantung itu. Kita tidak tahu faktor apa kendalanya. Jika tidak salah itu (proyek jembatan gantung) dana aspirasi salah seorang anggota DPR RI asal Aceh,” tutur Sulaiman, Kamis (2/2/2023).

Sulaiman berharap pemerintah segera menyelesaikan pembangunan jembatan tersebut agar anak-anak Sarah Raja tidak lagi naik perahu ke SD Sarah Gala. “Sangat sedih melihat anak-anak SD setiap hari harus naik perahu menyeberangi sungai besar untuk pergi ke sekolah. Masyarakat Sarah Raja yang ingin berbelanja dan salat Jumat juga harus lewat sungai ke Sarah Gala,” ungkap Sulaiman diamini Ketua Tuha Peut Lubok Pusaka, Abdul Wahab.

“Jika pemerintah tidak membangun jembatan gantung itu sampai selesai, anak-anak Sarah Raja tetap harus menggunakan perahu ke sekolah di Sarah Gala, walaupun itu sangat rawan,” ucap Zulkifli.

Zulkifli dan Srimurni berharap pula pemerintah membangun SD di Sarah Raja, meskipun anak-anak dusun itu yang sekolah jumlahnya tak ramai.

“Bagi anak-anak Sarah Raja yang melanjutkan sekolah menengah pertama harus ke Ibu Kota Langkahan, atau tempat lainnya, karena tidak ada sarana pendidikan di sini,” kata Zulkifli.

***

Di Sarah Raja ada Pondok Bersalin Desa (Polindes), satu-satunya fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Di Polindes itu ditempatkan seorang bidan berstatus honorer.

“Jika ada ibu melahirkan sudah ada yang menangani. Ini berkat kerja keras Pak Kepala Desa dalam menempatkan tenaga kesehatan tersebut. Tapi, Polindes ini belum lengkap peralatannya, sehingga terkendala juga. Beberapa tahun sebelumnya, ketika ada ibu-ibu melahirkan terpaksa kita larikan ke Puskesmas Langkahan menggunakan sampan dengan risiko cukup tinggi,” ungkap Zulkifli.

Menurut Srimurni, bidan bertugas di Polindes itu hanya bisa melayani warga sakit ringan, seperti demam. “Jika ada warga yang sakit berat, harus dibawa ke Puskesmas Langkahan atau rumah sakit, naik perahu dengan jarak tempuh jauh,” ujarnya.

Bidan Ayu Sandi, Amd.Keb., bertugas di Polindes Sarah Raja sejak September 2022. Kendala selama ini, kalau ada pasien sakit berat butuh penanganan cepat untuk dirujuk ke Puskesmas Langkahan tidak ada akses jalan layak.

“Kalau melalui sungai terkadang tidak selalu ada perahu yang standby, apalagi saat dibutuhkan mendadak untuk ke Langkahan, jarak tempuh pun sangat jauh. Belum lagi jika musim hujan,” ungkap Ayu, Kamis (2/2/2023).

Kendala lainnnya, Polindes Sarah Raja belum memiliki kursi, meja, tempat tidur pasien, dan timbangan badan pasien. “Selama ini kalau ada pasien, kami duduk di lantai, karena tidak ada kursi,” ucap Ayu.

Kepala Puskesmas Langkahan, Merida, Am.Keb., S.K.M., kepada portalsatu.com, Senin (20/2/2023), mengatakan sudah berkoordinasi dengan Kepala Desa Lubok Pusaka terkait fasilitas untuk Polindes Sarah Raja. “Kami minta dari Dana Desa, segera direalisasikan begitu ada anggaran,” ujarnya.

Menurut Merida, untuk pengadaan kursi, meja, dan tempat tidur pasien Polindes itu tidak tersedia anggaran di Dinas Kesehatan Aceh Utara. “Memang dibutuhkan fasilitas tersebut untuk pasien, tapi semua tergantung anggaran,” ucapnya.

Merida menyebut saat ini ditugaskan bidan Ayu Sandi di Polindes itu. “Dulu sebelum bidan Ayu diminta ke Alue Sepoy (Dusun Sarah Raja) ada petugas lain yang turun berbarengan dengan guru pengajian saat hari Jumat. Kita sampaikan kepada petugas itu berikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat,” ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Amir Syarifuddin, S.K.M., mengatakan, “Solusinya sudah saya kasih tahu ke Kepala Puskesmas Langkahan agar menjumpai Pak Keuchik minta bantu dari Dana Desa untuk bidang kesehatan, atau Kapus buat usulan ke Dinkes”.

Kepala Desa Lubok Pusaka, Sulaiman S, sudah menerima permintaan dari Kepala Puskesmas Langkahan terkait pengadaan fasilitas kesehatan di Polindes Sarah Raja. “Akan kita lakukan pembahasan terlebih dulu saat Musrenbang Desa. Dibutuhkan meja, kursi, tempat tidur pasien,” ujarnya.

***

[Fondasi tiang jembatan gantung di Dusun Sarah Raja, Desa Lubok Pusaka, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara, Kamis, 2 Februari 2023. Foto: portalsatu.com/Fazil]

Amatan portalsatu.com, Kamis (2/2/2023), di tepi Sungai Arakundo, Sarah Raja, tiga fondasi tiang pancang jembatan sudah dicor dan dipasang besi. Dua mesin molen pengaduk semen, tumpukan batu dan pasir tergeletak di lokasi tersebut. Tiga patok, dua di antaranya bercat merah dengan tulisan warna putih angka “7/9/2022”. Satu lainnya tanpa warna tertulis “18/9/2023”. Ketiga patok kecil itu berukiran lingkar.

Portalsatu.com bersama sejumlah warga naik perahu menyeberangi Sungai Arakundo ke Dusun Sarah Gala. Di sana, satu fondasi lingkar besi, tumpukan material, dan sejumlah semen yang sudah mengeras.

Di dua lokasi fondasi tiang pancang jembatan itu—Sarah Raja dan Sarah Gala—tidak ada papan informasi proyek.

Kepala Dusun Sarah Gala, Syarifuddin, mengatakan jika jembatan gantung itu dibangun sampai selesai akan memudahkan warga Sarah Raja ke Sarah Gala maupun sebaliknya. Dia menyebut jembatan itu mendesak dibutuhkan terutama bagi anak-anak SD Sarah Raja yang bersekolah ke Sarah Gala.

“Akibat belum ada jembatan, terkadang sebagian siswa di Sarah Raja tidak rutin pergi sekolah ke Sarah Gala. Karena sesekali debit air sungai tinggi hingga meluap ke permukiman warga, ataupun sampan hilang dibawa arus. Kira-kira begitulah kondisinya,” ungkap Syarifuddin, Kamis (2/2/2023).

Itulah sebabnya, warga Sarah Raja dan Sarah Gala berharap pemerintah segera menyelesaikan pembangunan jembatan tersebut. “Karena masyarakat membutuhkan akses layak untuk berbelanja ke pasar, berkebun, anak-anak bersekolah dan mengaji,” ucap Syarifuddin.

Menurut pihak pemerintah Desa Lubok Pusaka, kontraktor yang mengerjakan fondasi dasar tiang untuk jembatan gantung penghubung Sarah Raja-Sarah Gala pada tahun 2022 bernama Ardianto.

Portalsatu.com mengkonfirmasi Ardianto dengan mengirimkan pertanyaan via pesan Whatsapp, Senin (6/2/2023): apa yang menjadi kendala sehingga proyek jembatan gantung itu terbengkalai setelah dibangun fondasi? Namun, Ardianto, tidak merespons.

Dihubungi melalui telepon, Selasa (7/2/2023), Ardianto mengaku rekannya yang mengerjakan proyek jembatan gantung di Lubok Pusaka itu. Ardianto mengiyakan untuk mengirimkan nomor kontak rekannya agar dapat dikonfirmasi portalsatu.com. Namun, sampai saat ini dia tidak mengirimkan nomor kontak rekannya tersebut.

Penelusuran portalsatu.com pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Selasa (7/2/2023), paket “Pembangunan Jembatan Gantung Lubok Pusaka” bersumber dari APBN tahun 2022. Proyek di bawah Kementerian PUPR pada Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Aceh itu dengan pagu Rp4 miliar, lokasi pekerjaan Desa Lubok Pusaka, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara.

Sesuai jadwal dan tahapan tender paket pekerjaan konstruksi itu, proses lelang dimulai pada 21 Desember 2021, pengumuman pemenang 21 Januari 2022, dan masa penandatanganan kontrak 1-14 Februari 2022.

Pemenang tender proyek “Pembangunan Jembatan Gantung Lubok Pusaka” itu CV Pulo Tanjoeng, beralamat di Lhokseumawe, dengan harga kontrak Rp3,2 miliar.

Dari salah satu narasumber, portalsatu.com memperoleh nomor kontak pemilik perusahaan tersebut. Akan tetapi, dua kali dihubungi via telepon, Selasa (7/2/2023) menjelang siang, operator seluler menyampaikan, “Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat menerima panggilan”.

***

Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh Utara, Dr. Muhammad, S.T., M.T., kepada portalsatu.com, Selasa (7/2/2023), menjelaskan proses lahirnya proyek jembatan gantung penghubung Sarah Raja dengan Sarah Gala. “Awalnya, tahun 2018, kami bersama dinas terkait lainnya mengunjungi Sarah Raja, dusun di kawasan pedalaman Kabupaten Aceh Utara yang sangat miskin di segala bidang sarana maupun prasarana,” ujarnya.

Muhamamd bersama timnya mengunjungi Sarah Raja saat itu terkait tanggung jawab PUPR. Hasil pertemuan dengan para tokoh Sarah Raja, mereka sangat mengharapkan jembatan penyeberangan untuk memudahkan masyarakat mengangkut hasil pertanian maupun perkebunan ke pasar terdekat, dan akses pendidikan pelajar SD.

“Di Dusun Sarah Raja belum ada sekolah dasar, kalaupun ada jauh dari kediaman mereka, sekitar 10 Km ke Ibu Kota Kecamatan Langkahan. Satu-satunya SD terdekat di Dusun Sarah Gala, Aceh Timur. Untuk sampai ke sekolah harus melintasi Sungai Arakundo dengan lebar 120 meter yang penuh tantangan dan sangat membahayakan, karena arusnya cukup deras. Selama ini anak-anak SD harus naik perahu untuk sampai ke sekolah,” ungkap Muhammad.

Setelah menyerap aspirasi masyarakat Sarah Raja, Dinas PUPR membuat Detail Engineering Design (DED) pada tahun 2019. Lalu, tahun 2020, Dinas PUPR Aceh Utara mengirim proposal ke Pemerintah Provinsi Aceh lewat program daerah tertinggal untuk pembangunan jembatan gantung penghubung antarkabupaten.

Pada 2021, Dinas PUPR Aceh Utara mengirim proposal ke Kementerian PUPR. Tembusan proposal itu, salah satunya kepada Anggota DPR RI asal Aceh. “Atas kerja sama yang baik dengan tokoh muda putra Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara, difasilitasi keinginan masyarakat Sarah Raja kepada Anggota DPR RI, Ruslan M. Daud, untuk dapat memperjuangkan satu jembatan gantung penghubung Sarah Raja-Sarah Gala,” tuturnya.

“Pada 2021 tim Balai Jalan Nasional I Aceh mengunjungi lokasi untuk melakukan survei sebagai persiapan dokumentasi sebelum dilakukan pelelangan. Pada 2022 dimulai pekerjaan fisik di bawah PPK 1.3 Balai Jalan Nasional I Aceh. Sampai akhir tahun pekerjaan pembangunan fisik, jembatan itu belum fungsional, dan belum dapat digunakan masyarakat,” ungkap Muhammad.

Pemkab Aceh Utara mengharapkan Balai Jalan Nasional I Aceh segera melanjutkan kembali pembangunan jembatan gantung penghubung Sarah Raja-Sarah Gala pada tahun anggaran 2023 ini sampai tuntas atau fungsional. Sehingga masyarakat Aceh Utara dan Aceh Timur dapat menggunakan jembatan tersebut.

Anggota DPR RI asal Aceh, Ruslan M. Daud, mengatakan proyek jembatan gantung penghubung Sarah Raja-Sarah Gala bersumber dari APBN 2022. “Itu aspirasi kita dan berhasil kita dorong (lahirnya proyek jembatan gantung tersebut), tetapi pihak ketiga saat pelaksanaan terhambat. Setelah kami evaluasi ini terdapat miskomunikasi oleh pihak pengadaan barang dan jasa dengan pihak ketiga. Saat menang tender, mereka tidak terjun ke lapangan langsung untuk melihat kondisi riil,” kata Ruslan kepada wartawan di Aceh Utara, Rabu (22/2/2023).

Informasi diperoleh Ruslan, setelah menang tender pekerjaan tersebut, rekanan baru mengetahui kondisi riil di lapangan tidak bersahabat. “Padahal, setiap ingin ikut tender harus secara riil dulu, sanggup apa tidak (dikerjakan) dengan kondisi seperti itu,” ujarnya.

“Saya dapat berita adalah letaknya tempat dengan akses untuk diangkut material itu sangat jauh, itulah yang menjadi hambatan,” tutur Ruslan.

Menurut Ruslan, dampak tidak tuntasnya proyek jembatan itu merugikan masyarakat lantaran belum dapat memanfaatkan hasil pembangunan. Ruslan mengaku sudah mendorong kembali pemerintah supaya pada tahun 2023 ini proyek tersebut dapat ditenderkan ulang.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.3 Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Aceh Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, Cut Vera Diana, S.T., M.T., menyatakan sudah memutuskan kontrak dengan kontraktor pelaksana jembatan gantung Sarah Raja-Sarah Gala. Pasalnya, pihak CV Pulo Tanjoeng sebagai rekanan mengaku tidak sanggup melanjutkan pekerjaan bersumber dari APBN 2022.

“Penyebabnya karena kondisi alam yang sangat berat untuk menuju ke sana, belum ada akses jalan yang memudahkan untuk mengangkut material, terutama rangka baja jembatan yang panjanganya mencapai 120 meter. Tukang/pekerja juga banyak yang menyerah, sulit untuk mencari pekerja yang mau bekerja di sana. Kondisi force majeure juga sering terjadi, yaitu banjir (sungai meluap), sehingga menghambat pekerjaan,” kata Cut Vera Diana dalam keterangannya diterima portalsatu.com, Kamis (23/2/2023).

Cut Vera menyebut kondisi alam cukup ekstrem menyulitkan para tukang untuk mencapai lokasi pekerjaan. Alat berat dan peralatan lain juga kesulitan menuju ke sana. Ini menjadi kendala bagi rekanan dalam menyelesaikan proyek jembatan gantung, sehingga mereka akhirnya “menyerah” dan mengaku tidak mampu melanjutkan pekerjaan tersebut.

Menurut Cut Vera, sebelum dilakukan pemutusan kontrak terlebih dahulu digelar rapat SCM/rapat pembuktian kegiatan di lapangan. Setelah dilakukan uji coba tingkat I (periode 13 Oktober 2022 sampai 25 Oktober) ternyata rekanan gagal untuk memenuhi target rencana yang telah disepakati. Setelah dilakukan uji coba tingkat II (periode 27 Oktober sampai 8 November 2022), kontraktor gagal untuk memenuhi target rencana yang telah disepakati. Uji coba tingkat III tidak dilakukan lagi karena target untuk menyelesaikan pekerjaan kurang mampu.

“Dengan diadakan SCM terhadap progres yang tertinggal cukup jauh dan diperkirakan tidak akan siap, maka dilakukan pemutusan kontrak (CV Pulo Tanjoeng) dengan nilai kontrak Rp3,2 miliar, yang semula jadwalnya pekerjaannya dari 30 Maret 2022 sampai 6 Desember 2022, atau selama 240 hari, dengan nomor kontrak HK.02.03 /Bb1.PJN.I /11/APBN/2022 tertanggal 29 Maret 2022,” kata Cut Vera.

Cut Vera menyatakan ke depan setelah dilakukan audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), pihaknya akan memprogramkan kembali pembangunan jembatan gantung itu. “Dimulai dengan melakukan perencanaan ulang. Jika audit BPKP cepat selesainya, tahun ini juga akan kita programkan kembali pembangunan jembatan gantung itu,” ujarnya.

Cut Vera menambahkan kondisi terkini yang telah dilakukan di areal pembangunan jembatan adalah land clearing berupa pembersihan lahan untuk akses jalan menuju ke sana sekitar 800 meter, sehingga lebih memudahkan mobilisasi peralatan kerja dan bahan-bahan material bangunan. Sementara pihak rekanan sudah membangun fondasi dasar jembatan.

“Kami akan berbuat maksimal dan bekerja keras dengan berbagai upaya agar jembatan ini dapat terealisasi. Saya sudah beberapa kali ke lokasi di Dusun Sarah Raja, Desa Lubok Pusaka melalui Dusun Bidari, Kecamatan Langkahan, Aceh Utara. Pertama kali saya ke lokasi harus menyeberang beberapa sungai yang tidak ada jembatannya dan harus menerobos hutan yang belum ada jalan akses ke titik lokasi sejauh 800 meter,” ungkap Cut Vera.

Cut Vera belum merespons pertanyaan dikirim portalsatu.com, Selasa (28/11/2023): apakah Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Aceh Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR sudah memprogramkan kembali pembangunan jembatan gantung Sarah Raja-Sah Gala itu?

***

[Samidan mengantarkan anak-anak Sarah Raja, Aceh Utara, menggunakan perahu menyeberangi Alue Sepoy dan Krueng Arakundo, untuk bersekolah ke Sarah Gala, Aceh Timur, Sabtu, 4 Maret 2023. Foto: portalsatu.com/Fazil]

Samidan menjadi pengemudi perahu antar jemput warga Sarah Raja mengarungi Sungai Arakundo sejak tujuh tahun silam. Perahunya nyaris karam suatu malam yang kelam di sungai amat dalam itu. Dia beberapa kali bermalam penuh risiko bersama perahu yang terombang-ambing di Krueng Arakundo. Samidan bertahan dengan pekerjaan berpenghasilan kecil tersebut didasari semangat tolong-menolong sesama warga dusun terpencil.

Samidan bersantai di teras bangunan berdinding batako bekas Taman Kanak-Kanak (TK) Sarah Raja ketika ditemui portalsatu.com, Jumat (3/3/2023), malam. Pria berkulit gelap itu mengenakan singlet hitam dan kain sarung abu-abu. “Di Sarah Raja ini, banyak sekali kekurangan. Jaringan telekomunikasi pun sulit. Kalau butuh jaringan telepon seluler, kami harus ke tempat ini (bangunan bekas TK), sesekali jaringannya lancar,” ujar dia.

Dia salah satu dari 28 kepala keluarga yang masih bermukim di Dusun Sarah Raja. Puluhan keluarga lainnya angkat kaki akibat tidak ada jalan atau jembatan penghubung dengan dusun terdekat.

Dusun terdekat dengan Sarah Raja ialah Sarah Gala. Warga Sarah Raja harus naik perahu sekitar 10 menit untuk menyeberangi Sungai Arakundo menuju Sarah Gala. Terdekat kedua dengan Sarah Raja adalah Dusun Bidari, Desa Lubok Pusaka. Warga Sarah Raja menghabiskan waktu 1,5 jam untuk tiba di Bidari dengan menumpang perahu.

Empat perahu di Sarah Raja melayani antar jemput pelajar sekolah dasar dan warga berbelanja ke pasar di luar dusun tersebut. Salah satunya perahu milik Samidan. Pria 36 tahun itu saban Senin-Sabtu menakhodai perahu dari anak Sungai Alue Sepoy di Sarah Raja, lalu mengarungi Sungai Arakundo, mengantarkan sejumlah bocah ke SD di Sarah Gala. Perahu Samidan juga melayani antar jemput warga Sarah Raja yang berbelanja di pasar Bidari.

“Saya menjadi sopir boat (perahu) untuk mengantar anak-anak ke sekolah, dan warga berbelanja ke pasar, sudah tujuh tahun. Perahu hasil karya sendiri. Habis biaya Rp7 juta untuk fisik perahu saja, mesinnya Rp3,5 juta. Modal semuanya Rp10.500.000 untuk bikin perahu panjang 7 meter dan lebar 60 inci. Kapasitas muatan perahu itu enam-tujuh orang,” kata Samidan.

Samidan menerima ongkos antar jemput anak-anak ke sekolah Rp200 ribu/bulan perorang. Penduduk Sarah Raja yang menyeberang ke Sarah Gala, biaya naik perahu pergi dan pulang (PP) Rp20 ribu/orang. Warga Sarah Raja ke Bidari membayar uang jasa perahu PP Rp50 ribu perorang.

“Warga naik perahu dari Sarah Raja ke Sarah Gala dan Bidari untuk berbelanja, dan pergi ke tempat kerja. Setelah mendarat di Bidari, biasanya sebagian warga Sarah Raja juga berbelanja ke pasar Dusun Tanah Merah, Desa Lubok Pusaka, karena persediaan barang kebutuhan pokok di sana lebih banyak,” ujar Samidan.

Samidan menyebut ongkos dibayar warga itu pengganti bahan bakar minyak (BBM) perahu. Perahu Samidan menghabiskan 2 liter BBM pertamax/hari dari Sarah Raja ke Sarah Gala. Dari Sarah Raja ke Bidari, perahu itu menelan 5 liter BBM. Saat kembali ke Sarah Raja butuh tambahan 5 liter lagi.

Menurut Samidan, ongkos diterima dengan biaya membeli BBM perahu (pemasukan dan pengeluaran) memang tidak seimbang, sehingga keuntungannya tipis. “Namun, tidak mungkin saya minta tambah lagi ongkos, karena kondisi ekonomi masyarakat di sini tidak mampu. Kita pun mengingat saling tolong-menolong sesama warga di Sarah Raja, maka tidak masalah walaupun ongkosnya kecil,” tuturnya.

“Terkadang saya tidak pernah mendapat penghasilan lebih dari Rp1 juta, hanya Rp500 ribu – Rp600 ribu perbulan. Karena saya membawa perahu sesuai keperluan masyarakat yang hendak berbelanja ke pasar di luar Sarah Raja. Bahkan, sekarang saya terkadang sampai dua pekan tidak mendapatkan uang karena tak ada permintaan warga menggunakan jasa perahu,” ungkap Samidan.

Samidan menjelaskan kondisi tersebut dipengaruhi anjloknya harga jual pinang hasil panen masyarakat Sarah Raja. Tahun 2015 silam, harga pinang dari Rp15 ribu turun menjadi Rp12 ribu, dan 2016 anjlok ke Rp10 ribu/kg. “Pada 2022 tambah anjlok jadi Rp8 ribu. Sekarang (2023) hanya Rp3 ribu perkilogram. Makanya kondisi ekonomi masyarakat tidak stabil, karena umumnya warga di sini berpenghasilan dari hasil kebun,” ujar dia.

Dia sebelumnya menanam pinang di lahan seluas 2 hektare. Akibat harga komoditas ini tidak stabil dan terus tergelincir, sejak 2016 Samidan banting stir menjadi juragan perahu. “Empat perahu milik warga Sarah Raja, salah satunya punya saya. Penggunaannya terkadang punya saya, sesekali milik warga lain, tergantung perahu siapa yang standby di tepi Alue Sepoy,” ujar Samidan.

Samidan melewati berbagai rintangan mendebarkan selama menjadi pengemudi perahu mungil mengarungi Krueng Arakundo. “Jika debit air sungai tinggi, saat perahu saya mendahului boat lain berukuran besar, gelombangnya pun besar mengakibatkan air masuk ke dalam perahu saya, bisa karam atau hanyut,” ungkap dia.

Dia pernah mengalami peristiwa mengerikan pada tahun 2017, menjelang meugang Ramadhan, usai Magrib. Saat itu, Samidan mengantarkan beberapa warga pulang dari Dusun Bidari ke Sarah Raja, termasuk tiga anak kecil. Di tengah perjalanan, baling-baling perahu patah akibat kena kayu yang hanyut di sungai.

“Tiba-tiba turun hujan deras, perahu hampir karam akibat penuh masuk air. Beruntung masih mampu saya usahakan untuk bersandar ke tepi sungai, membuang air dalam perahu menggunakan timba. Malam itu kami harus menunggu pagi di atas perahu,” kenang Samidan.

Samidan melanjutkan, “bermalam di atas perahu sudah sering saya alami akibat patah kopling, patah kipas, terpaksa harus ikat perahu di pinggir sungai yang arusnya deras. Tapi, kejadian ekstrem, perahu penuh masuk air, itu baru sekali terjadi, mudah-mudahan jangan sampai terulang lagi”.

“Pengalaman pada 2017 saat hampir karam perahu itu membuat saya sangat berhati-hati sekarang. Karena kala itu bukan penumpang saja dalam perahu, juga ada beras, bawang, dan segala macam hasil belanja masyarakat dari pasar,” kata ayah empat anak itu.

Empat anak Samidan hasil pernikahannya dengan Silawati (32), bernama Azmi (14), Johari (12), Idawati (6), dan Muhammad Kardian (1,5 tahun). Dua di antaranya saat ini mondok di salah satu dayah di Kecamatan Langkahan. Dia membiayai kebutuhan anak-anaknya itu hasil jasa antar jemput warga dengan perahu. “Sedikit dari hasil panen pinang karena harganya sekarang sangat anjlok. Sehingga saya lebih fokus jadi sopir perahu,” ucap Samidan.

Samidan dan sebagian besar warga Sarah Raja lainnya menempati rumah bantuan dari Dinas Sosial Provinsi Aceh tahun 2011. Rumah itu berkonstruksi batako, beratap seng, dan memiliki dua kamar. Dari 36 rumah bantuan tersebut, kata dia, sekarang hanya 26 unit berpenghuni. “Karena sebagian warga sudah pindah ke tempat lain,” ungkapnya.

Penyebab hengkangnya sebagian warga ke tempat lain, kata Kepala Dusun Sarah Raja, Zulkifli, karena tidak ada akses jalan dan jembatan. Selain itu, kata dia, kebun masyarakat sering diserang kawanan gajah. Kondisi tersebut menjadi persoalan bagi penduduk Sarah Raja yang menggantungkan hidupnya dari hasil kebun pinang, jeruk nipis, kemiri, jabon, dan durian.

“Banyak warga yang menyerah untuk tinggal di sini. Makanya banyak yang memilih pindah. Warga yang bertahan karena tidak punya lahan di kecamatan atau kabupaten tetangga sebagai tempat domisili baru,” ujar Zulkifli.

Zulkifli menyebut sebelumnya jumlah masyarakat Sarah Raja sebanyak 57 kepala keluarga, kini tinggal sekitar 28 KK. “Rata-rata warga di sini miskin. Sebagian memang punya kebun, tapi seringkali diobrak-abrik gajah. Apalagi hasil panen seperti pinang harganya cukup rendah, sehingga ekonomi masyarakat sangat memprihatinkan,” ungkapnya.

Itulah sebabnya, masyarakat Sarah Raja sangat membutuhkan akses jalan layak untuk memudahkan perjalanan ke Bidari. “Karena jalan itu kemungkinan lama terealisasi, saya berencana membuat perahu kapasitas agak besar bermuatan 10-12 orang. Butuh Rp10 juta untuk fisik perahu saja, belum termasuk mesin dan perlengkapan lainnya,” tutur Samidan.

Samidan meneguhkan semangatnya menjadi pengemudi perahu lantaran tidak ada pilihan lain. “Lagi pula, kasihan masyarakat di sini. Hanya lima sopir perahu yang sudah mahir untuk antar jemput warga. Kalau tidak berpengalaman bisa berisiko tinggi di tengah sungai besar dan dalam itu. Jadi, saya bertahan dengan pekerjaan ini sambil menolong sesamalah,” ujar Samidan menunjukkan semangat membara sang pria Sarah Raja.

***

[Pj. Bupati Aceh Utara Mahyuzar, Danrem Lilawangsa Kolonel Kav Kapti Hertantyawan, Kapolres Aceh Utara AKBP Deden Heksaputera, Dandim Aceh Utara Letkol Inf Hendra Sari Nurhono, naik perahu mengarungi Sungai Arakundo menuju Dusun Sarah Raja, Desa Lubok Pusaka, Kecamatan Langkahan Aceh Utara, Jumat, 4 Agustus 2023. Foto: portalsatu/Fazil]

Penjabat Bupati Aceh Utara, Dr. Mahyuzar, bersama para pejabat Forkopimda naik perahu mengarungi sungai, dilanjutkan dengan motor trail saat mengunjungi Sarah Raja, Jumat (4/8/2023). Dalam kunjungan itu, tim Polres Aceh Utara menggelar pengobatan gratis dan peletakan batu pertama pembangunan musala di Sarah Raja. Bantuan lainnya juga diangkut ke dusun terpencil itu, di antaranya sembako, peralatan dan bahan pertanian, serta paket untuk ibu hamil dan balita.

“Saya ikut membawa beberapa kepala dinas ke sini agar melihat sendiri secara langsung tentang kondisi di Sarah Raja. Kita datang ke sini untuk bersilaturahmi dan melihat langsung kondisi masyarakat. Namun, Aceh Utara memiliki 852 desa dalam wilayah yang sangat luas, begitupun kita tetap memerhatikan dan prioritas untuk kondisi-kondisi tertentu yang sangat dibutuhkan masyarakat,” ujar Mahyuzar.

***

Akademisi Universitas Malikussaleh Aceh Utara, Taufik Abdullah, M.A., menilai kehidupan Sarah Raja sebenarnya kehidupan yang alamiah. “Karena kita masih menemukan talenta manusia berkelindan hidup dengan bestarinya alam, bersahabat dengan segenap panoramanya, tersedia. Di Sarah Raja, semua masih bisa ditanam dan tumbuh mekar, serta laku budi; kasih sayang, soliditas, kebersamaan dan segenap kearifannya, masih terjaga,” ujar Taufik, Kamis (30/11/2023).

Namun, kata Taufik, pemerintah tidak boleh membiarkan dalam waktu semakin lama Sarah Raja bertambah terperosok karena sulitnya akses dan transportasi. “Pemerintah tidak boleh diam berkepanjangan, perlu memikirkan solusinya. Pelayanan dasar setidaknya sekolah dasar harus tersedia di sana. Jika anak-anak tersebut melanjutkan pendidikan ke SMP, pemerintah harus berpikir serius untuk menyediakan sekolah lanjutan. Misalnya, anak-anak itu difasilitasi sekolah di wilayah terdekat, bisa mondok di dayah-dayah (pesantren) terdekat yang tersedia pendidikan formalnya,” tutur Taufik.

Taufik menyebut Sarah Saja akan menjadi benteng terakhir “bagi kita menemukan kehidupan dunia yang sesungguhnya, masyarakat yang asuh dan asih dengan segenap kearifannya. Alam dan kelestariannya jadi impian kita”.

“Suatu saat, Sarah Raja, tidak berlebihan, barangkali kita harus belajar ke sana tentang kehidupan asasi dan keaslian diri. Kita bisa menyatu di sana menemukan hidup kita dengan ilmiah dan alamiah. Sarah Raja, mudah-mudahan masih menyisakan impian kita di masa depan,” tambah Taufik.

Akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, Muhammad Syahrial Razali Ibrahim, M.A., Ph.D., mengatakan kondisi anak-anak Sarah Raja, Aceh Utara, yang saban hari mengarungi Sungai Arakundo menuju Sarah Gala untuk bersekolah perlu mendapat perhatian bersama. Syahrial menyebut mereka anak-anak yang sangat beruntung, karena memiliki orang tua amat peduli. Orang tua yang benar-benar bertanggung jawab atas pendidikan sekaligus masa depan anak-anaknya.

“Mereka disekolahkan, walaupun harus menghadapi rintangan yang tidak biasa. Bahkan rintangan itu menjadi penyemangat buat mereka untuk tetap menempuh jalan pendidikan, karena hanya lewat pendidikan kehidupan mereka akan berubah menjadi lebih baik dari hari ini,” ujar Syahrial kepada portalsatu.com, Kamis (30/11/2023).

Syahrial mengutip Alquran Surat al-Mujadilah Ayat 11, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

Menurut Syahrial, jika menuntut ilmu sebanding dengan jihad sebagaimana Allah sandingkan dalam sebuah firman-Nya, maka anak-anak Sarah Raja sudah berjihad sejak dini.

“Mereka sudah berjihad dalam makna yang sebenar-benarnya, karena apa yang mereka lakukan bukanlah suatu yang mudah, butuh kesungguhan, kesabaran dan semangat yang tak boleh redup apalagi sampai padam. Mereka adalah sebenar-benar ‘pejuang pendidikan’, yang tak berharap apapun dari siapapun kecuali sebatas apa yang selama ini diberikan orang tua mereka. Tidak ada keluhan dari mereka, apalagi sikap manja dan cengeng. Mereka adalah benih dan tunas bangsa yang sesungguhnya. Itulah generasi penerus yang tahan banting, tidak mudah patah dan goyah, orang-orang yang sudah terbiasa tulus sejak kecil dan pastinya berdedikasi tinggi,” ujar Syahrial.

Namun, jangan lupa mereka adalah manusia, pada akhirnya punya sejumlah keterbatasan dan kelemahan. “Karena itu cerita anak-anak di Sarah Raja, dan Pak Samidan yang selalu setia dengan perahu kayunya mengantar dan menjemput mereka pergi sekolah, bukanlah sebatas untuk didengar dan dijadikan buah tutur masyarakat semata. Tetapi, perlu ada aksi nyata dan perhatian dari semua pihak, terutama dari pemerintah,” tutur putra Aceh Utara ini.

Anak-anak Sarah Raja merupakan warga negara Indonesia yang memiliki hak sama dengan penduduk dan anak-anak lainnya. Mereka berhak mengecap pendidikan layak dan fasilitas memadai. Butuh jalan dan jembatan memudahkan mereka ke sekolah dan tempat pengajian.

“Sungguh tidak pantas hanya berharap tanpa memberi. Mereka adalah sebaik-baik harapan bangsa, setulus-tulus jiwa, tapi semua itu perlu dijaga, dirawat agar tetap tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Kepedulian kita adalah masa depan mereka, dan masa depan mereka adalah berkah untuk bangsa dan negeri tercinta ini,” kata Syahrial.[](Muhammad Fazil, Irman)

Baca juga: