Cara Menulis Pengalaman Diri: Menulis di Kedai Kopi Pagi
Oleh: Thayeb Loh Angen
Penyair dari Sumatra
PENGALAMAN diri atau pengalaman pribadi adalah pengalaman yang dialami oleh diri kita sendiri. Di sini, kita membicarakan cara menulis pengalaman pribadi yang menarik dan lengkap serta dengan kaidah bahasa yang benar.
Tulisan pengalaman pribadi dapat digolongkan ke dalam karya jurnalistik dengan jenis feature. Feature adalah berita yang ditulis dengan cara bertutur. Sebagian orang menuliskan feature dengan gaya cerita pendek ataupun novel.
Feature adalah berita atau cerita nyata yang memiliki cara menulis yang berdekatan dengan cerita fiksi seperti cerita pendek, novelet, novela, novel.
Sebagai perbandingan, menurut wikipedia.org, organisasi Science Fiction and Fantasy Writers of America, menentukan panjang kata untuk setiap kategori Nebula Award, yaitu:
Panjang sebuah novel adalah lebih dari 40.000 kata, panjang sebuah novela adalah 17.500 hingga 40.000 kata, panjang sebuah novelet adalah 7.500 hingga 17.500 kata, panjang sebuah cerita pendek di bawah 7.500 kata.
Namun, antara feature dan karya sastera fiksi tersebut memiliki perbedaan mendasar. Yaitu, di dalam feature, yang dituliskan adalah semua hal yang pernah terjadi. Sementara di dalam cerita fiksi, semua yang ditulis adalah hasil rekaan semata.
Walaupun belum ada kesepakatan tentang panjang sebuah feature, tetapi kita dapat menyandingkan panjangnya dengan prosa karya sastera. Yaitu, panjang sebuah tulisan feature adalah sepanjang sebuah cerita pendek.
Dengan demikian, sebuah tulisan tentang pengalaman diri berbentuk feature yang panjangnya lebih dari jumlah batas kata terbanyak untuk cerita pendek, bisa menjadi sebuah buku biografi atau riwayat hidup, yang panjangnya dapat serupa panjang prosa fiksi seperti sebuah novelet, novela, dan novel.
Sebagai karya jurnalistik atau perkabaran media, maka sebuah feature pengalaman diri harus memenuhi syarat sebuah berita jurnalistik, yaitu usur enam pertanyaan, yang dikenal denggan 5 W 1 H.
Enam pertaanyaan dalam bahasa Inggris tersebut biasanya ditanyakan secara berurutan, yaitu:
What: Apa yang terjadi?
Who : Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?
Why : Mengapa hal itu bisa terjadi?
When : Kapan peristiwa itu terjadi?
Where : Di mana peristiwa itu terjadi?
How : Bagaimana peristiwa itu terjadi?
Feature atau berita dengan jenis apapun yang ditulis harus dapat menjawab keenam pertanyaan tersebut. Menulis pengalaman diri dengan tulisan bentuk feature juga demikian. Kita harus menjelaskan secara rinci setiap hal yang ingin disampaikan.
Contoh Menulis Pengalaman Diri
Ini kutuliskan sebuah pengalaman diri, yaitu tentang yang kulakukan di sebuah kedai kopi pada suatu pagi. Aku menulis hanya di satu pagi itu saja untuk memudahkan dan yang kutulis adalah pengalaman diri atau kisah nyata. Hanya saja, di dalam contoh berikut ini, nama kedai kopi itu kutulis singkatannya saja, untuk menghindari izin namanya disebut ataupun untuk menghindari menyebarkan merek dagang secara cuma-cuma.
Di dalam contoh tulisan pengalaman diri ini, keseluruhan bagiannya menjawab keenam pertanyaan 5 W 1 H.
…
Judul: Menulis di Kedai Kopi Pagi
Penulis: Thayeb Loh Angen
Jenis Tulisan: Pengalaman Pribadi
Menulis di Kedai Kopi Pagi
Oleh: Thayeb Loh Angen
Penyair dari Sumatra
Sepanjang tahun 2022 dan 2023, hampir setiap pagi aku meminum kopi pagi di kedai itu, namanya MW. Kedai itu berada di bagian timur Gampong Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh.
Kedai MW ini beratap seng warna hitam di bagian luar dan dalamnya. Tiang dan kerangka kayu kedai MW ini juga berwarna hitam. Daya penerangan di kedai ini lebih sedikit daripada kedai lain yang serupa di kota ini. Hal itu membuatnya kurang mendapatkan cahaya ditambah cat bangunannya yang berwarna gelap tidak mampu memantulkan cahaya.
Sebagian kedai ini memiliki dinding sekira setinggi setengah meter, bekas sebuah rumah. Sebagian lagi mungkin ditambah saat diperuntukkan bagi kedai kopi, hanya memiliki lantai dan atap. Di bagian timurnya ada dinding beton pagar tanah tempat kedai ini. Di Seberang tembok itu ada jalan antara gampong.
Di Selatan kedai MW ini adalah bagian dapur yang memiliki dinding sampai ke atap. Di sebelah barat kedai ini adalah sebuah kedai lain yang luas, tetapi tidak ada jual beli di sana sudah lebih dari setahun. Di Seberang kedai luas itu ada pagar sepanjang beberapa puluh meter yang menjadi pembatas tanah tempat kedai ini juga.
Di sebelah utara ke barat laut kedai MW ini ada tanah kosong seluas beberapa ribu meter, dijadikan halaman tempat letak kendaraan. Di Seberang halaman itu jalan raya negara. Di kiri kanan jalan itu ada pohon-pohon besar berdaun hijau yang rindang. Itulah pemandangan menyegarkan bagiku.
Pengunjung kedai MW ini selalu ramai di waktu pagi. Suara pengunjung berbicara menyelimuti suara deru mesin kedaraan di jalan di timur dan utara kedai ini.
Sesekali aroma kopi di dapur bagian selatan kedai MW ini sampai ke penciumanku.
Aku selalu duduk di bangku yang sama, kecuali jika saat aku datang sudah ada orang lain duduk di sana. Ada beberapa orang lain juga datang pada saat aku di sana, dan mereka juga selalu duduk di bangku yang sama mereka duduki setiap kali ke sana.
Begitulah orang-orang di kota ini. Mereka ke kedai kopi yang sama, pada waktu yang sama dan duduk dalam rentang waktu yang sama, selama bertahun-tahun. Aku, dan setahuku beberapa orang lain juga begitu, kedai kopi langganan pagi, siang, adalah tempat yang berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh suasana, rekan, dan cuaca.
Misalnya, di MW, hanya sesuai untukku di waktu pagi. Kalau di waktu siang, aku akan duduk di kedai lain yang rekan-rekankudi sana. Malam juga begitu. Aku tidak akan duduk di MW pada waktu malam karena terlalu dingin, dan beberapa orang kawanku tidak mahu di sana pada waktu malam karena kurang pencahayaan.
Para pelayan kedai kopi, telah mengenal baik pelanggannya. Di MW juga begitu. Untukku, para penjual kopi itu sudah menghafal yang kuperlukan. Begitu aku sampai di halaman kedai, mereka sudah membuat kopi untukku. Beberapa saat aku sampai di kursi, kopiku sudah datang, tanpa harus memesannya lagi.
Kecuali, jika pencernaanku tidak sebaik biasanya, aku tidak memesan kopi, tetapi teh klat atau air rendaman teh tawar yang kental pekat, tanpa gula. Apabila tidak kusampaikan secara cepat, maka atas permintaan pelayan, penyeduh telah menyiapkan kopi seperti biasanya, sebelum sempat kupesan teh klat. Jika itu terjadi, maka kadang, aku akan memesan teh klat juga sebagai tambahan, walaupun kopi sudah di hadapanku.
Jika aku datang ke kedai itu pada waktu selain pagi, yaitu siang atau sore atau malam, maka pelayan kedai itu akan bertanya.
“Apakah seperti biasa?”
Mereka memastikannya, sebelum menaruh dengan perkiraan, “Di waktu berbeda, mungkin orang akan memerlukan minuman yang berbeda.
Aku pun menjawab, “Iya.”
Kegiatanku di Kedai Kopi Pagi
Biasanya, aku duduk di kedai kopi itu di waktu pagi, dari pukul 7:00 atau 8:00 Waktu Indonesia Barat (WIB) pagi ke pukul 11:00 WIB, kadang lebih lama dari itu. Kadang, aku meninggalkan kedai itu lebih cepat, jika ada rekan yang tiba-tiba ingin mengajak berjumpa di tempat lain.
Di kedai kopi waktu pagi, aku menulis, membaca dan mengurus siaran atau melihat-lihat website media portalsatu.com atau merencanakan usahanya. Portalsatu.com adalah sebuah media yang berdiri sejak 20 maret 2015 dan terdaftar di Dewan Pers. Perusahaan penerbit portalsatu.com adalah PT Portal Media Utama, yang diamanatkan kepadaku sejak 12 Januari 2021.
Dalam urusan portalsatu.com inilah, aku mengenal kedai ini pada akhir tahun 2021. Saat itu seorang rekan mengajak kami jumpa di MW ini karena dekat dengan kantornya.
Setelah beberapa kali duduk di sana, rekan itu lebih sering di kota lain dan kami pun tidak pernah lagi berjumpa di sana. Beberapa bulan setelahnya, aku pun menjadi pelanggan kedai ini. Pemilik dan pekerjanya mendapatkan keuntungan, aku juga mendapatkan tempat kedai kopi pagi yang nyaman. Sementara kawanku yang mengenalkanku pada kedai MW ini tidak mengambil keuntungan apapun karenanya.
Demikianlah Allah mengatur hidup kita manusia, saling membutuhkan. Bahkan aku tidak tahu biji kopi yang air seduhannya kuminum dibawa dari kebun mana, punya siapa, siapa yang menggonsengnya, siapa penyalurnya, dan sebagainya. Aku hanya mengenal wajah pelayan yang mengantarkannya, juga penyeduhnya, tetapi aku tidak tahu nama mereka. Namun, mereka mengetahui namaku.
Selain itu, yang aku ingat, baju khas mereka, yaitu baju polo atau kaos berkerah yang bersulam slogan mereka di punggung. Mereka menggunakan baju polo khas berwarna merah dan abu-abu, dipakai selang seling pada hari berbeda. Ada juga kedai kopi tidak menggunakan baju khas, itu membingungkan pelanggan, terutama yang datang baru satu atau beberapa kali.
Jika ada rekan yang ingin menjumpaiku pada waktu di kedai kopi pagi dan dia ke kedai MW, maka aku menemaninya, tidak menulis atau membaca.
Sebenarnya, waktu dari pagi ke siang adalah untuk kegiatanku sendiri, tidak untuk berbincang dengan rekan-rekan. Aku membutuhkan waktu terbaikku di waktu pagi, yaitu setelah beristirahat malam untuk mengurus memajukan perusahaan media portalsatu.com, dan menulis karya yang berisi pemikiranku tentang sosial kebudayaan dan sebagainya.
Aku menyediakan waktu untuk organisasi kebudayaan dan handai taulan, di antara keperluan keluarga, dari siang sampai sore, kadang malam. Walaupun demikian, aku tidak akan menolak jika ada rekan yang ingin menjumpaiku pada waktu pagi. Namun, itu sudah mengganggu jadwalku, mengambil waktu terbaikku untuk diriku sendiri. Itu hanya terjadi sesekali, dalam sebulan belum tentu ada sekali.
Kendatipun begitu, aku tetap membuka alat penghubung, seperti telepon dan aplikasi WhatsApp, supaya orang yang memerkulan dapat menghubungiku, atau aku bisa mendapatkan kabar penting langsung jika ada yang ingin mengabarkannya kepadaku.
Kedai Kopi Pagi yang Kupilih
Sepanjang keseharianku di kedai kopi, selama belasan tahun di kota ini, aku telah menyaksikan beberapa kedai kopi langgananku ditutup atau menghentikan usahanya dan muncul kedai kopi baru.
Kedai MW yang menjadi langgananku selama sekira dua tahun itu, telah memindahkan alamatnya pada akhir Desember 2023. Sebelum memindahkan alamatnya, kedai MW menulis di spanduk yang digantung di dinding dalam dan depan kedai lamanya, bahwa mereka akan pindah ke tempat baru di belakangnya, pada tanggal tertentu.
Aku pun pernah melewati tempat baru itu beberapa kali sebelum mereka pindah ke sana, untuk melihat-lihat. Setelah mereka pindah ke tempat baru itu, aku pun singgah sekali.
Kedai MW baru itu tidak memiliki dinding di sekelilingnya, kecuali sebelah dapur. Halamannya yang luas dan tidak ada pohon besar di sekelilingnya membuat angin kencang bisa langsung ke kedai MW baru. Setelahnya, aku tidak kembali ke tempat itu.
Aku menyukai kedai MW lama karena keadaan kedainya sesuai dengan kebutuhanku. Rasa kopinya enak dan kedai itu bersih, kakusnya dekat, bersih dan sesuai yang kubutuhkanku.
Kedainya yang lama, walaupun terbuka, tetapi ada penghalang angin secara langsung karena ada bangunan lain di seberang samping. Pepohonan yang banyak di sekelilingnya menjadi pemandangan indah dan penghalang angin kencang.
Sementara di kedai baru ini, tempatnya tidak memiliki dinding, kakusnya kurang nyaman bagiku. Aku tidak kembali ke sana. Aku pun mencari kedai kopi baru yang sesuai untuk berlangganan kopi pagi. Aku menemukan kedai kopi yang lebih dekat daripada MW lama, sebuah kedai kopi cabang kota sebelah. Di kota sebelah, kedai kopi itu sudah lama dan maju, tetapi di Lueng Bata, saat aku mulai berlangganan di MW, kedai itu belum ada. Sudah kucoba beberapa tempat lain, tidak sesuai untukku.
Kedai kopi yang kupilih untuk duduk di waktu pagi adalah yang memiliki nasi dan kopi saringnya nikmat, terhitung bersih, palayannya baik, punya kakus yang bersih dan nyaman, tempat duduk nyaman dan punya hadapan meja yang luas menghadap pepohonan berdaun hijau. Kedai itu juga tidak boleh sampai asap kendaraan bermotor, jika suara mesin kendaraan bermotor saja yang terdengar, tidak apa-apa.
Begitulah rutinitasku, hampir setiap pagi. Tentang melakukan kebiasaan yang sama setiap hari, mungkin, dalam ilmu gerilya ataupun ilmu keamanan, supaya lebih aman, niscaya cara itu, yakni cara yang membuat prilaku kita mudah dikenali, dilarang keras.
***
Curak Tulisan Pengalaman Diri
Demikianlah satu contoh tulisan tentang pengalaman diri. Kita bisa menuliskan pengalaman tentang apa saja. Misalnya pengalaman tentang bertamasya, belajar sesuatu, berkebun, mendidik anak, memperbaiki mesin, berolahraga, berkelahi, memperbaiki akhlak diri, menghafal Alquran, mengatur keuangan diri, dan sebagainya.
Selain pengalaman diri secara langsung angggota tubuh, kita juga bisa menuliskan pengalaman batin, misalnya isi pemikiran kita tentang apa pun. Namun, pengalaman batin, jika kita tulis akan cenderung menjadi tulisan berjenis esai atau opini, bukan feature dan bukan karya jurnalistik, tetapi sebagai karya ilmiah. Tulisan esai atau opini memiliki kerangka yang berbeda dan tidak dibicarakan di ruang ini.
Ada berbagai macam gaya menulis pengalaman diri. Setiap orang memiliki gaya tersendiri. Tidak ada aturan baku, selain aturan dasar jurnalistik. Tulisan pengalaman diri berbentuk feature dapat dimasukkan ke dalam karya tulis yang bernilai seni.
Jika pembaca ingin membicarakan tentang cara menulis atau berbagi pengalaman menulis, silakan menghubungiku, Thayeb Loh Angen, melalui e-mail: tlohangen@gmail.com, atau WhatsApp: 0823 6173 3957. Jenis tulisan yang bisa kita bicarakan adalah novel, cerita pendek, esai atau opini, puisi, nazam, dan bahasa Aceh. Wallahu alam.
Lhokseumawe, Selasa, 13 Februari 2024 / 3 Syaban 1445 H.[]