BANDA ACEH – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI asal Aceh, H.M. Nasir Jamil mengakui kondisi Aceh saat ini yang serba ketertinggalan, membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki kemampuan strong leader dan menumbuhkan solidaritas. Nasir menjelaskan strong leader yang dimaksud adalah calon pemimpin yang paham dengan kepemimpinan dan bisa berkomunikasi dengan baik.
“Baik itu dengan masyarakat pada tingkat lokal maupun pada tingkat nasional. Di samping itu juga mampu menyiasati keadaan, mampu membimbing dan mengarahkan masyarakat,” ujarnya seperti rilis yang dikirimkan kepada portalsatu.com, Senin, 16 Mei 2016.
Sementara yang dimaksud solidaritas, Nasir mengatakan adalah pemimpin yang mampu menembus sekat-sekat partai, menghilangkan kepentingan kelompok, kepentingan golongan dan daerah. Pemimpin solidaritas, kata Nasir, berada di posisi yang sama dengan masyarakat dan tidak memiliki sekat.
“Sehingga kalau pemimpin dari kabupaten A jangan kabupaten A saja yang dibangun, atau kalau bupati dari kecamatan A maka jangan kecamatan A saja yang dibangunnya. Itu nggak solider namanya dan tidak akan membawa perubahan,” ujar Nasir.
Nasir menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk menilai calon kepala daerah mana yang memenuhi dua karakter tersebut. Namun menurut Nasir, kandidat yang paling mudah dinilai adalah calon yang sudah pernah memimpin.
“Tinggal ditanya saja ke masyarakat, kalau saya yang bilang nanti saya berpihak, jadi mereka tinggal bercermin saja. Kalau mereka tidak mmeliki kedua nilai ini, maka jangan maju. Kecuali untuk meramaikan bursa saja atau untuk menyantuni masyarakat, maka silahkan,” ujarnya.
Nasir menyebutkan kondisi Aceh hari ini membutuhkan pemimpin yang mampu membawa perubahan. Pasalnya, politisi PKS ini menilai Aceh tertinggal hampir pada semua bidang. “Mulai dari pendidikan, kesehatan, kemiskinan tinggi dan jumlah pengangguran yang semakin bertambah,” katanya.[](bna)