spot_img
spot_img
BerandaGerhana dari Sudut Pandang Bahasa

Gerhana dari Sudut Pandang Bahasa

Populer

Pada 9 Maret 2016 ini, Aceh menjadi salah satu wilayah yang berkesempatan menyaksikan fenomena semesta yang langka, gerhana matahari total. Menurut kabar, peristiwa yang di Indonesia hanya terjadi sembilan kali ini akan menyapa Aceh pada pukul 06.20 hingga 08.30.

Bagaimana gerhana jika ditilik dari segi bahasa?

Secara etimologi, gerhana matahari terdiri dari dua kata, yaitu gerhana dan matahari. Gerhana merupakan padanan kata dari kata eclipse (bahasa Inggris), ekleipsis (bahasa Yunani) dan eklipsis (bahasa Latin).

Dalam Bahasa Arab, gerhana dikenal dengan istilah kusuf atau khusuf. Istilah kusuf dan khusuf dapat digunakan untuk menyebut gerhana matahari atau gerhana bulan. Hanya saja, kata kusuf lebih dikenal untuk menyebut gerhana matahari, sedangkan khusuf lebih dikenal untuk menyebut gerhana bulan.

Pemaknaan ini sesuai dengan pemaknaan yang ada dalam kamus al-Bisri, gerhana bulan diistilahkan dengan khusuf al-qamar, sedangkan gerhana matahari diistilahkan dengan kusuf al-Syams.

Jika dilacak dari akar katanya, khusuf berasal dari kata khasafa, sedangkan kusuf dari kata kasafa. Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, mengartikan khasafa, yaitu menenggelamkan segala isinya, sedangkan kata kasafa dengan menutupi/ menghalangi.

Pemaknaan kasafa dalam beberapa kamus, termasuk kamus Munjid menunjukkan makna yang sama, yakni muradif dengan kata hajaba yang berarti menutup. Pemaknaan tersebut menggambarkan bahwa ada kondisi tertutupnya suatu objek oleh objek lain.

Sebagi an ulama, di antaranya al-Laits bin Sa’ad mengungkapkan, bahwa kata khusuf digunakan untuk arti hilangnya seluruh sinar, sedangkan kata kusuf dipakai untuk makna hilangnya sebagian sinar. Dikatakan pula kata khusuf artinya hilangnya warna keduanya, sedangkan kata kusuf artinya perubahan warna.

Dalam bahasa sehari-hari kata gerhana dipergunakan untuk mendeskripsikan keadaan yang bertautan dengan kemerosotan atau kehilangan (secara total atau sebagian) kepopuleran, kekuasaan atau kesuksesan seseorang, kelompok atau negara. Gerhana juga dapat berkonotasi sebagai kesuraman sesaat (terprediksi, berulang atau tidak) dan masih diharapkan bisa berakhir.

Gerhana merupakan fenomena astronomi yang selalu menarik perhatian manusia dengan berbagai interpretasinya. Berkaitan dengan gerhana bulan, misalnya, ada sebagian golongan yang meyakini bahwa gerhana terjadi karena adanya sesosok raksasa besar (Bhatarakala) yang sedang berupaya menelan bulan. Keyakinan itu tampaknya ada hubungan dengan arti kata graha yang asalnya dari bahasa Sanskerta, kemudian diserap ke dalam bahasa Jawa kuno. Graha yang diserap dari bahasa Jawa kuno itu berarti gerhana (planet yang menggenggam atau mempengaruhi nasib manusia dengan cara supernatural), nama demon atau roh jahat yang menggenggam atau menyebabkan pengaruh buruk pada tubuh dan budi manusia (menyebabkan gila, dll), dan menggenggam.

Ada juga golongan yang meyakini bahwa ketika terjadi gerhana khusus bagi wanita hamil diharuskan bersembunyi di bawah tempat tidur agar bayi yang dilahirkan tidak cacat.[]

Dikutip dari berbagai sumber.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita terkait

Berita lainya