Kejadian yang menimpa Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi dimaki Steven Hadisurya Sulistyo saat antre di Bandara Changi, Ahad, 9 April 2017 menjadi pembicaraan hangat di sosial media. Netizen mencela perbuatan Steven yang mengeluarkan kata-kata tak pantas kepada Tuan Guru Bajang itu.
Zainul Majdi mengaku kaget dan terhenyak sewaktu mendengarkan teriakan Steven Hadi Suryo yang menuduh dirinya menyerobot antrian check in pesawat Batik Air di Changi, Singapura. Ia waktu itu pulang menjenguk putrinya yang berada di Singapura.
'Saya dan istri mengucapkan istighfar saja,' kata Zainul Majdi sewaktu ditemui sebelum pelepasan peserta Etape 4 Tour de Lombok Mandalika yang berada di selatan Islamic Center Nusa Tenggara Barat, Ahad 16 April 2017 pagi.
Menurutnya, istrinya, Erica terhenyak menghadapi Steven Hadisurya Sulistyo yang berteriak di lingkungan yang diyakini banyak yang mengerti bahasa Melayu. 'Istri saya terhenyak terkejut bisa dia kok bisa mengeluarkan kata buruk dengan suara keras,' ujarnya. Karenanya, ia berulang sudah mengingatkan cukup jangan terus berteriak begitu tapi terus. 'Kami berdua saling mengingatkan istighfar. Sabar bu,' ucapnya menggambarkan suasana waktu itu.
Ia berpendapat orang-orang di Singapura itu melihat kok orang Indonesia seperti itu. 'Semua petugas counter di sekitar melihatnya,' katanya. Steven Hadisurya Sulistyo sudah dicegah agar tidak melanjutkan teriakannya. 'Cukup jangan begitu tapi dia terus bicara. Tidak banyak orang yang antri tapi suaranya keras dan berulang-ulang,' ujarnya kemudian.
Dikatakan, dalam situasi apapun harus ada nilai yang dipegang. pertama nilai agama, kebangsaan dan kemanusiaan. Semua nilai itu untuk merespon secara proporsional. Zainul Majdi berharap yang paling penting pembelajaran. 'Bahwa kita harus benar tulus, jangan merasa lebih dari kelompok yang lain dan dimaknakan bentuk rasisme,' ucapnya.
Ia meminta seluruh komunitas di Indonesia harus menunjukkan dengan nyata ketulusan bersaudara. Juga di dalam kelompoknya sendiri ditumbuh kembangkan menghormati yang lain. 'Jangan ada yang merendahkan . 'Sesuai keinginan Presiden untuk membangun revolusi mental, kaitan dengan peristiwa itu konkritnya inklusifitas. bukan eksklusifitas,' katanya.
Kemudian, menanggapi kemarahan warganya, ia meminta diarahkan kemarahan kepada yang posistif. 'Ada ruang proses hukum walaupun memaafkan. Ada ruang yang harus ditempuh dengan cara yang baik. Tidak boleh ada anarkisme,' ujarnya. | sumber : tempo