Jumat, September 13, 2024

Polisi Gayo Lues Amankan...

BLANGKEJEREN - Personel Polres Gayo Lues berhasil menggagalkan penyelundupan ganja kering sebanyak 250...

Pengendara Sepeda Motor Tertimpa...

KUTACANE - Herdianto (37), warga Cingkam, Kecamatan Ketambe, Aceh Tenggara, mengalami patah kaki...

Acting Governor of Aceh...

KUTACANE – Acting Governor of Aceh, Safrizal ZA, promised bonuses to Aceh athletes...

Cara Aman Parkir Sepeda...

Tentunya kita semua tidak ingin sepeda motor kesayangan kita terjatuh, tersenggol bahkan raib...
BerandaMahasiswa FAH UIN...

Mahasiswa FAH UIN Ar-Raniry Bedah Kitab Marabahaya

BANDA ACEH Buku “Kitab Marabahaya” suntingan Fauzan Santa hasil bacaan para mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry diluncurkan dan dibedah di ruang dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry, Jumat, 4 November 2016.

Buku ini merupakan hasil bacaan mahasiswa Prodi Bahasa dan Satra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry yang diterbitkan oleh Aneuk Mulieng Publishing afiliasi dengan INSISTPress bekerjasama dengan Sekolah Menulis Dokarim.

Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Adab dan Humaniora Nasuruddin AS, mewakili dekan mengatakan, buku tersebut lahir sebagai wujud hasil kerja sama antara mahasiswa dan dosen.

“Kegiatan seperti ini terus dilakukan, saya berharap akan ada kitab-kitab yang lain yang memungkinkan kita terbitkan dan kita bahas seperti Kitab Marabahaya ini,” kata Nasruddin saat memberi kata sambutan.

Sementara itu, Fauzan Santa selaku penyunting yang membedah buku itu menjelaskan, Kitab Marabahaya berisi sejumlah fragmen, potongan-potongan narasi tentang mitigasi petaka yang dikumpulkan dari sejumlah manuskrip atau hikayat yang ada di Aceh. Terutama tentang kitab Tajul Muluk sebagai ‘bunga rampai segala ihwal bergantung bintang tak terlihat’.

“Semacam buku nujum (astrologi) yang terbuka dan menyerap berbagai pengetahuan sosial dalam ingatan komunal untuk mencegah dan mengobati petaka,” jelasnya.

Fauzan menambahkan, dalam manuskrip lama Aceh sebenarnya banyak memuat persoalan-persoalan pencegahan dan pengurangan resiko bencana alam dan kemanusiaan, jauh sebelum regulasi atau aturan formal pemerintah diproduksi.

“Manuskrip-manuskrip lama yang tersebar dalam masyarakat Aceh, ternyata telah merawikan ‘alamat’ atau pertanda petaka sosial dari peristiwa bencana alam. Jauh sebelum datangnya musibah tsunami 26 Desember 2004,” tambahnya.

Karya ini lahir setelah fragmen terkumpul dan diinventarisir kembali, kemudian sebuah workshop atau kami sebut ‘kelas hikayatologi’ membedah dan mengalih aksara teks-teks dalam huruf latin semua manuskrip terkait bencana bersama para penulis dan kreator muda Aceh dan difasilitasi para ahli.[]

Baca juga: