LHOKSUKON – Karang Taruna Semangat Bersama Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara, menilai insiden keributan di kantor PT Hutama Karya yang ada Gampong Blang Pante, kecamatan setempat, merupakan hal yang wajar. Putra daerah setempat merasa kecewa karena kesulitan melamar kerja di lokasi pembangunan Waduk Keuretoe tersebut.
“Kami harap sejumlah perusahaan yang ada di lokasi tidak mengabaikan masyarakat. Masing – masing, PT. Wijaya Karya (persero), PT. Hai Chang, PT. Hutama Karya (Persero). PT. Sarindo, PT. Brantas dan PT. Prapen. Selama ini masyarakat sulit sekali mendapatkan pekerjaan di perusahaan tersebut, baik sebagai tenaga ahli atau pun buruh kasar,” kata Imran, Ketua Karang Taruna Semangat Bersama Paya Bakong, yang sengaja menghubungi portalsatu.com, Selasa, 24 Januari 2017.
Menurut Imran, berdasarkan data yang dihimpun pihaknya di lapangan, 80 persen pekerja di lokasi pembangunan Waduk Keureto berasal dari luar Aceh, sisanya 20 persen barulah warga Paya Bakong.
“Dengan persentase itu, banyak masyarakat yang menjadi penonton di kandang sendiri. Masyarakat sangat berharap bisa bekerja di situ (bendungan), guna meningkatkan perekonomian keluarga. Tapi sayangnya perusahaan tidak memberi kesempatan. Padahal banyak lulusan S1, D3 dan tenaga ahli (skill) kontruksi lainnya di Paya Bakong,” ujarnya.
Terkait persoalan itu, Imran mendesak Pemerintah Kabupaten Aceh Utara melalui Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk untuk turun ke lokasi pembangunan Waduk Keureutoe. Sehingga dinas dapat mengkroscek langsung persentase tenaga kerja dari luar dan dalam Paya Bakong.
”Ini penting dilakukan, demi mendukung program pemerintah mengurangi angka pengangguran di wilayah pedalaman Aceh Utara, khususnya Paya Bakong. Jika pihak perusahaan, Disnaker dan Muspika Paya Bakong tidak merespon hal ini. Maka dengan terpaksa, kami dari Karang Taruna Semangat Bersama, para pemuda dan masyarakat akan melakukan sweeping tenaga non Aceh di lokasi,” tegas Imran.[]