Selasa, September 17, 2024

Tujuh Organisasi Deklarasikan Komite...

BANDA ACEH – Tujuh organisasi mendeklarasikan Komite Keselamatan Jurnalis (KKI) Aceh di Banda...

Sejumlah Akun Palsu Catut...

BANDA ACEH - Sejumlah akun palsu yang mengatasnamakan H.M. Fadhil Rahmi, Lc., M.Ag.,...

Sambut Maulid Nabi, Jufri...

ACEH UTARA - Menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1446 Hijriah atau...

Panitia Arung Jeram PON...

KUTACANE - Panitia Pertandingan Cabang Olahraga Arung Jeram PON XXI Aceh-Sumut melarang belasan...
BerandaMuhammad Ali: Saya...

Muhammad Ali: Saya Tidak Ada Masalah dengan Vietcong

JAKARTA — Legenda tinju dunia yang baru meninggal dunia, pernah mengambil sikap melawan arus. Pada 1967-1970, Ali diskors oleh Komisi Tinju karena menolak program wajib militer pemerintah Amerika Serikat dalam perang Vietnam.

Ungkapannya yang terkenal dalam menolak wamil ini, “Saya tidak ada masalah dengan orang-orang Vietcong, dan tidak ada satupun orang Vietcong yang memanggilku dengan sebutan Nigger!”

Saat Perang Vietnam berkecamuk pada 1967, Ali menolak untuk masuk militer AS karena alasan agama. Juara kelas berat itu ditangkap dalam tuduhan rencana penggelapan, lisensi tinju dicabut dan ia diminta menanggalkan gelarnya. Ali dihukum maksimum lima tahun penjara dan didenda 10 ribu dolar AS. Pada tahun 1970 Mahkamah Agung New York memerintahkan lisensi tinju Ali diberikan kembali, dan ia kembali ke ring dengan mengalahkan Jerry Quarry pada bulan Oktober 1970.

Di Indonesia egenda tinju kelas berat Muhammad Ali punya beberapa kisah lain. Ia pernah dua kali berkunjung ke Indonesia. Ali pertama kali menginjakkan kaki di bumi Indonesia pada 1973. Dalam kunjungan ke Indonesia, Ali juga menyempatkan diri untuk bertanding tinju secara resmi yang dipromotori Raden Sumantri.

Pada 20 Oktober 1973, Ali 'menyiksa' lawannya, Rudi Lubbers, selama 12 ronde dalam pertandingan kelas berat tanpa gelar di Istora Senayan, Jakarta. Oleh publik dan pers Indonesia, pertandingan Ali versus Lubbers disebutkan sebagai pertandingan eksibisi. Namun, nyatanya ini adalah pertandingan resmi, walau tidak memperebutkan gelar.

Kesan pertama berkunjung ke Indonesia pada 1973, Ali menyatakan, “Sebuah negara yang unik, di mana penduduknya sangat bersahabat, dan selalu tersenyum kepada siapa pun.”

Setelah pensiun dari dunia tinju pada 1981, Ali untuk kedua kalinya menginjakkan kaki di bumi Indonesia pada 23 Oktober 1996, dan sempat bertemu pejabat tinggi negeri ini. Di antaranya adalah menteri penerangan saat itu Harmoko.

Ali meninggal pada usia 74 tahun di sebuah rumah sakit di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. Seorang sumber yang dekat dengan keluarga Ali mengatakan, sang petinju legendaris tersebut berada di ambang kematian.

“Ini kondisi yang luar biasa. Mereka sedang menyiapkan kuburan dalam hitungan jam,” ucap sumber tersebut seperti dikutip Reuters, Sabtu 4 Juni 2016. 

Sumber itu mengatakan ia telah berbicara dengan istri Ali, Lonnie. “Ini bisa lebih dari beberapa jam, tapi itu tidak akan lama. Pengaturan pemakaman sudah dibuat,” ungkap sumber tersebut.[]Sumber:republika

Baca juga: