LHOKSUKON – Wakil Bupati Aceh Utara Muhammad Jamil bersama Tim LSM Darah Untuk Aceh mengunjungi dua wanita lansia difabel di Kecamatan Cot Girek, Rabu, 9 Maret 2016. Direncanakan keduanya akan dibawa berobat ke Rumah Sakit di Banda Aceh. Dalam kunjungan tersebut ikut diberikan santunan untuk kedua nenek tersebut.
Masing – masing, Antiyah, 71 tahun, warga Dusun Alue Dua Rupa yang sejak lima bulan terakhir tidak bisa melihat dan lumpuh. Selama ini ia tinggal bersama anaknya Amat, 45 tahun yang juga mengalami gangguan kejiwaan. Sementara tiga anak lainnya yang sudah menikah tinggal terpisah dan tidak lagi menghiraukannya.
Lain halnya dengan Sumiati, 80 tahun, warga Dusun Pandan Wangi. Wanita tua asal Magelang itu hidup sebatang kara karena ditinggal pergi suaminya ke Medan sejak belasan tahun silam. Saat ini suaminya telah meninggal dunia, sementara ia dirawat oleh tetangganya yang baik hati. Namun keduanya tinggal di rumah yang dibangun atas tanah milik PT Perkebunan Nusantara I Cot Girek.
“Kondisi Nek Antiyah sangat memprihatinkan karena lumpuh dan tidak bisa melihat. Ditambah lagi kondisi anaknya yang juga memiliki keterbatasan atau tidak normal,” kata Wakil Bupati Aceh Utara, Muhammad Jamil di lokasi kepada portalsatu.com.
Ia mengatakan, direncanakan Nek Antiyah akan dibawa ke Rumah Jompo di Banda Aceh, namun hal itu terbentur syarat utama yang mengharuskan lansia harus bisa jalan. Untuk penanganan pertama akan dibawa berobat dulu ke Rumah Sakit di Banda Aceh. Itu pun ada persoalan tersendiri, siapa yang akan menjaganya di sana. Maka dari itu pihaknya mengkoordinasikan dengan LSM Darah Untuk Aceh yang dengan sukarela membantu. Hal serupa juga berlaku untuk Nek Sumiati.
“Terkait rumah tak layak huni yang ditempati Antiyah, jika memang anaknya (Amat) tidak memungkinkan ikut serta, maka rumahnya akan dibantu rehab dengan dana dari Baitul Mal Rp 25 juta. Mengingat rumah itu berdiri di atas tanah PTPN, jadi hanya sebatas rehab,” ujar Muhammad Jamil.
Saat ditanyakan apakah kondisi serupa banyak dialami lansia lainnya di Aceh Utara, ia menjawab, “Kondisi seperti ini tidak muncul. Untuk itu akan saya usulkan membuat rumah singgah atau rumah jompo di Aceh Utara. Akan dialokasikan dari dana otsus 2017 untuk membeli tanah sekitar 1.000 meter,” jelasnya.
Sementara itu, Nurjanah Husien, Founder LSM Darah Untuk Aceh menyebutkan, ia mendapat kabar terkait kondisi Nek Antiyah saat salah seorang temannya mengunggah foto dan menandai dirinya di Facebook 3 Maret 2016 lalu.
“Setelah melihat langsung kondisi Nek Antiyah, kami akan utamakan pengobatan dahulu. Biasanya kami mendampingi pasien dengan penyakit kronis, seperti kanker. Ini merupakan kasus perdana dengan penyakit seperti Nek Antiyah. Awalnya kami rencanakan di Panti Jompo. Tapi untuk difabel tidak bisa, karena tidak ada perawat khusus,” ucapnya.[](ihn)