Jumat, Oktober 4, 2024

Siti Nahziah Sebut Gebyar...

SUBULUSSALAM - Pj Bunda PAUD Kota Subulussalam, Hj. Nahziah, S. Ag mengatakan kegiatan...

Tolak Raqan Pemajuan Kebudayaan...

BANDA ACEH - Ratusan seniman, budayawan, serta puluhan organisasi seni dan kebudayaan di...

TNI Bersihkan Rumah Warga...

TAKENGON - Puluhan personel TNI Kodim 0106/Aceh Tengah membantu membersihkan rumah-rumah warga yang...

Pesan Azhari kepada Anggota...

SUBULUSSALAM - Penjabat (Pj) Wali Kota Subulussalam, Azhari, S. Ag., M.Si membuka kegiatan...
BerandaBerita Banda AcehDanil Akbar Taqwadin:...

Danil Akbar Taqwadin: Pemuda Aceh Harus jadi Aktor Utama Pembangunan

BANDA ACEH – Pemuda adalah harapan bangsa. Pemuda juga penentu maju mundurnya suatu negara. Sejarah mencatat pembentukan bangsa dan pemerintahan tak lepas dari peran pemuda.

Kemerdekaan Indonesia bisa dicapai karena peran Pemuda yang menumbangkan rezim kolonial dan memproklamasikan Indonesia sebaga negara berdaulat. Bahkan dalam pergantian rezim pun, peran pemuda ada pada barisan depan. Pergantian Rezim Orde Lama ke Orde Baru, Rezim Orde Baru ke Rezim Reformasi, Rezim Reformasi ke Rezim Indonesia Maju, dan tahun depan Rezim Indonesia Maju akan berganti dengan rezim baru hasil Pemilu dan Pilpres 2024, semua ini tak lepas dari peran sumbangsih pemuda.

Dalam rangka memperingati 95 tahun Hari Sumpah Pemuda yang digelar pada Sabtu, 28 Oktober 2023, Danil Akbar Taqwadin, M.Sc., Dosen Ilmu Politik FISIP UIN Ar-Raniry yang juga Sekretaris DPD KNPI Aceh mengemukakan globalisasi membangun dunia berlari semakin cepat dengan didukung oleh perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat. Hal ini mempengaruhi seluruh segmen kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Contoh sederhananya adalah kehadiran teknologi Artificial Intelligence (AI) yang semakin menggantikan kecerdasan manusia. Saat ini teknologi AI telah digunakan sebagai mesin pemecahan masalah sederhana, menghadirkan konten, desain visual dan audiovisual, bahkan menyelesaikan tugas-tugas akademik sederhana. Tidak ada yang tahu, mungkin saja perkembangan teknologi ini menjadi titik awal jatuhnya intelegensi manusia, karena kerja-kerja berfikir telah digantikan oleh mesin yang bekerja berdasarkan data dan protokol.

Karena itu, pada konteks membangun Aceh, pemuda Aceh dituntut bukan hanya sekedar kerja keras, tapi juga kerja cerdas, lebih cerdas dibandingkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Karenanya, Pemuda Aceh dituntut harus menjadi aktor utama pembangunan. Kita harus berpacu cepat mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan yang berbasis keadilan. Kita harus sadar bahwa daerah kita sudah tertinggal kemajuannya dibandingkan daerah lain di Indonesia.

Dalam hal aspek pendidikan sebagai landasan untuk berfikir harus menjadi pertimbangan utama bagi pemuda dalam pembangunan Aceh. Selain itu, aspek kecerdasan emosional, silaturahmi, jejaring sosial, serta kapital juga perlu menjadi pertimbangan penting bagi pemuda dalam berkontribusi untuk pembangunan Aceh.

Lebih dari itu, pemuda Aceh perlu menjadi garda terdepan untuk merubah worldview masyarakat Aceh yang seringkali menempatkan Aceh sebagai center of universe. Pemuda Aceh perlu melihat dunia luar, mengambil yang contoh yang baik, dan menghilangkan yang buruk.

Menurut Danil Taqwadin, yang juga Sekteraris Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammdiyah (PWPM) Aceh, mau tidak mau, pemuda hari ini akan menerima estafet sebagai aktor pembangunan Aceh di masa mendatang. Tapi ada rasa optimis dan juga pesimis terhadap pemuda sebagai generasi penerus. Optimisme saya hadir atas dasar Aceh tidak akan kehilangan sosok yang berhasil pada sektor ekonomi, politik dan sosial baik di level lokal maupun nasional. Pesimisme saya datang dari perkembangan teknologi yang semakin memudahkan tugas individu, serta penyalahgunaan teknologi yang berlebihan membuat nilai-nilai kolektifitas, mentalitas dan etika dalam masyarakat semakin tergerus.

Meskipun sebagian sarjana melihat bahwa pemuda saat ini jauh lebih kreatif dibandingkan pemuda dahulu, namun terdapat masalah daya tahan, mentalitas, “baperan”, manja, yang dikenal sebagai generasi strawberry. Hal ini seringkali kontradiktif dengan dunia riil yang keras. Meskipun demikian, harapannya, pemuda Aceh semakin sadar akan posisinya sebagai generasi penerus. Kesadaran ini perlu dibangun secara konsisten, sehingga menjadi landasan perubahan bagi Aceh yang lebih baik ke depannya.

Terkait dengan etos kerja Pemuda Aceh dewasa ini yang disinyalir kurang kreatif, Danil Akbar Taqwadin mengungkapkan sama halnya dengan sebelumnya, ada fenomena generasi strawberry pada pemuda Aceh, terutama pada Gen Z. Hal ini mungkin akan jadi tantangan ke depannya.

Perkembangan teknologi yang semakin memudahkan kerja-kerja manusia, membuat para pemuda akan berfikir semakin praktis dan semakin tidak dibatasi oleh batasan moral, etika, emosi, dan sebagainya. Sehingga, pemuda akan berfikir dan memilih cara yang instan dalam menentukan apa yang ingin dia capai. Di satu sisi ini baik, karena dapat mengakselarasikan kepentingan pembangunan pemuda Aceh dengan lebih cepat. Tapi di sisi lain, dampak dari perkembangan teknologi yang semakin memudahkan manusia juga memiliki aspek negatif yang berdampak pada etos kerja, seperti sifat malas, kurang kritis, semakin kurang beretika, dan lain-lain

“Saya yakin Pemuda Aceh akan mampu melibatkan diri dalam segala aspek pembangunan. Pemuda Aceh memiliki potensi akademik yang mumpuni dan ketahanan spiritual yang memadai untuk menangkal segala sisi negative dari kemajuan teknologi informasi,” pungkas Danil Akbar Taqwadin yang sedang menyelesaikan Doktor di Universiti Kebangsaan Malaysia.[](ril)

Baca juga: