BerandaNewsDewan: Suplai PDAM di Muara Satu Belum Lancar, dari mana Sumber Air...

Dewan: Suplai PDAM di Muara Satu Belum Lancar, dari mana Sumber Air untuk Banda Sakti?

Populer

LHOKSEUMAWE – Anggota DPRK Lhokseumawe, Jailani Usman, menyoroti PDAM Ie Beusaree Rata (IBR) hingga kini belum menyuplai air bersih ke rumah masyarakat di Kecamatan Banda Sakti yang sudah dipasang pipa dan meteran pada pengujung tahun 2020. Anggota dewan itu meragukan PDAM Lhokseumawe mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat Kecamatan Banda Sakti. Pasalnya, distribusi air untuk masyarakat Kecamatan Muara Satu yang dekat dengan Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM IBR selama ini belum lancar.

Untuk diketahui, paket ‘pemasangan jaringan pipa distribusi air bersih dan sambungan rumah (SR) Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)-2020 PDAM Ie Beusaree Rata’ senilai Rp5,1 miliar lebih telah dilaksanakan pada pengujung tahun lalu. Kegiatan tersebut merupakan Program Hibah Air Minum Perkotaan dari Sumber Dana Penerimaan Dalam Negeri Tahun Anggaran 2020 yang diberikan pemerintah pusat kepada Pemko Lhokseumawe senilai Rp6 miliar. Pemko Lhokseumawe kemudian memberikan hibah itu untuk PDAM IBR.

“Pemasangan pipa dan langsung dengan meteran ke rumah-rumah warga di Kecamatan Banda Sakti dilakukan sekitar November 2020. Harapan masyarakat, begitu dipasang pipa dan langsung dengan meteran, seminggu kemudian sudah ada air itu. Akan tetapi, PDAM Ie Beusaree Rata yang sumber airnya dari PT PAG, selama ini untuk Kecamatan Muara Satu saja yang paling dekat (dengan IPA) itu sangat tidak maksimal. Sumber-sumber di Muara Satu mengatakan mereka kewalahan juga, seminggu paling ada air dua hari, itu pun tidak full. Sehingga banyak di antara mereka yang harus membeli air setiap minggu,” kata Jailani Usman kepada portalsatu.com, Senin, 8 Februari 2021, siang.

Itulah sebabnya, Jailani Usman merasa khawatir masyarakat di Kecamatan Banda Sakti yang rumahnya sudah dipasang pipa dan meteran tidak akan mendapatkan suplai air bersih dari PDAM IBR. “Seharusnya sumber air dulu dicari, jangan hanya kejar target pemasangan pipa dan meteran karena ada dana hibah,” ujarnya.

Ironisnya, kata Jailani Usman, beberapa lokasi seperti di Kampung Jawa, Kecamatan Banda Sakti, sudah ada anggaran untuk sumur bor. “Tapi karena sudah dipasang pipa air PDAM yang seolah-olah minggu depan sudah ada air, anggaran sumur bor dialihkan ke tempat lain. Sehingga yang kita takutkan, sumur bor sudah dipindah, air bersih dari PDAM tidak ada. Jika sampai terjadi seperti itu, harapan masyarakat nanti akan sirna dan tambah kecewa. Artinya, terjadi pembohongan publik kepada masyarakat,” tutur Jailani.

Jailani meminta Direktur PDAM IBR menyampaikan penjelasan secara terbuka kepada masyarakat terkait persoalan tersebut. “Bagaimana PDAM nanti airnya bisa lancar ke Kecamatan Muara Dua dan Banda Sakti, sementara di Muara Satu saja sampai saat ini belum lancar. Oleh karena itu, harus ada penjelasan dari mana sumber airnya dan kapan didistribusikan, karena pipa dan meteran sudah terpasang. Jangan sampai nanti timbul persoalan baru, masyarakat yang kecewa akhirnya marah. Artinya, pipa yang sudah dipasang jangan sampai terbengkalai,” ujarnya.

Direktur PDAM Ie Beusaree Rata (IBR), Safrial, dikonfirmasi portalsatu.com melalui telepon seluler, Senin, 8 Februari 2021, sore, mengatakan pemasangan jaringan pipa distribusi air bersih dan sambungan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang dilaksanakan dengan dana hibah tahun 2020 itu untuk 1.349 SR. Dari jumlah itu, kata dia, 800 lebih SR di Kecamatan Banda Sakti, sebagian di Panggoi, Kecamatan Muara Dua, dan sisanya di Muara Satu.

“Untuk wilayah kota (Kecamatan Banda Sakti), kita belum ada jaringan (pipa distribusi air) dari Rancong, Kecamatan Muara Satu (lokasi IPA), sehingga kita bekerja sama dengan pihak Aceh Utara (PDAM Tirta Mon Pase). Sebelum dilaksanakan pemasangan pipa distribusi air dan sambungan rumah (pada pengujung tahun 2020) itu kita sudah komunikasi dengan pihak Aceh Utara. Saat ini draf perjanjian kerja sama sudah disiapkan, tinggal penandatanganan dalam bulan ini. Kita harapkan setelah teken nanti segera didistribusikan air,” tutur Safrial.

Safrial menyebut nantinya jadwal distribusi air bersih ke 800 lebih SR di Kecamatan Banda Sakti mengikuti pola suplai PDAM Aceh Utara kepada pelanggan lainnya selama ini. “Tapi untuk Kecamatan Muara Satu dan Muara Dua, sambil selesai dipasang pipa dari plant site PT PAG ke IPA kita di Rancong itu mungkin masih didistribusikan sehari berselang jadwalnya, karena sumber air masih terbatas diberikan,” ujarnya.

Menurut Safrial, selama ini PDAM IBR hanya memperoleh air dari plant site PT Perta Arun Gas (PAG) 7 liter/detik. Sehingga, PDAM membagi jadwal distribusi air sehari berselang kepada sekitar 1.900 pelanggan di Kecamatan Muara Satu.

“Jadi, selama ini kita ambil air melalui pipa transmisi dari intake yang dialirkan ke plant site PAG, kita take in point. Cuma dibatasi oleh mereka, mungkin karena biaya operasional pompa dari PAG besar. Makanya sekarang PAG memberi izin untuk kita ambil air langsung di dalam bak reservoir PAG, karena sudah ada MoU tahun 2019,” tuturnya.

Menurut dia, untuk dapat mengambil air langsung dari reservoir PAG, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Lhokseumawe akan membangun pipa sepanjang 1,5 km sehingga terkoneksi dengan IPA PDAM IBR di Rancong. “Mungkin dalam waktu dekat (pembangunan pipa itu) akan dilelang. Setelah itu dibangun, dengan diberikan air nanti 36 liter/detik dari PAG sesuai dalam MoU, insya Allah distribusi kepada pelanggan kita tidak lagi satu hari berselang,” kata Safrial.

Ditanya soal biaya harus dibayar masyarakat di Kecamatan Banda Sakti yang menjadi pelanggan PDAM Lhokseumawe setelah didistribusikan air bersih oleh PDAM Aceh Utara nantinya, Safrial mengatakan, “nanti kita melakukan penyesuaian (tarif) untuk pembayaran pemakaian air per bulan. Karena harga yang disepakati dengan pihak PDAM Aceh Utara Rp4.000 sekian per meter kubik air. Sedangkan yang kita terapkan selama ini (di Kecamatan Muara Satu) Rp3.588 per meter kubik”.

“Itu (usulan penyesuaian) sudah kita ajukan kepada pemerintah supaya disamakan dengan tarif PDAM Aceh Utara. Kalau tidak, kita harus subsidi lagi. Kita juga menunggu penyesuaian tarif tersebut, jangan nanti setelah dialirkan dan masyarakat sudah memakai air, timbul tanda tanya lagi. Jadi, disesuaikan dengan tarif PDAM Aceh Utara,” kata Safrial.

Lantas, bagaimana dengan Kecamatan Blang Mangat? “Itu belum. Kita mengajukan ke provinsi untuk dapat dibantu pembangunan (jaringan pipa distribusi air). Sekarang dalam persiapan DED dan Amdal. Kita harapkan dapat direalisasikan pada 2022,” kata Safrial.

Direktur Utama PDAM Tirta Mon Pase, Zainuddin M. Rasyid, dikonfirmasi portalsatu.com lewat telepon seluler, Selasa, 9 Februari 2021, membenarkan PDAM Ie Beusaree Rata akan bekerja sama dengan pihaknya untuk distribusi air bersih ke Kecamatan Banda Sakti. “Draf perjanjian kerja sama sudah kami siapkan, tinggal teken. Diminta (distribusi air bersih) untuk sekitar 1.200 SR di Banda Sakti dan Muara Dua. Insya Allah, kita siap,” ujarnya.

Biaya harus dibayar pelanggan nantinya? “Itu belum (disepakati), karena mereka masih tarif lama. Jika mereka beli air bersih pada kami, harganya harus dinaikkan disesuaikan dengan tarif kami saat ini. Kalau tidak, mereka tidak cukup dana untuk biaya operasional,” kata Zainuddin.

Zainuddin menyebut tarif air bersih dikutip pada pelanggan PDAM Aceh Utara di Lhokseumawe saat ini sekitar Rp4.500/meter kubik. “Nanti PDAM Lhokseumawe harus menyesuaikan dengan harga tersebut karena dia beli air pada kami. Kami jual harga pemakaian, makin tinggi pemakaian makin naik sedikit harganya tapi ada batasnya, harga progresif namanya. Jika tidak kita lakukan seperti itu, kita tidak dapat keuntungan, karena kondisi operasional saat ini tinggi. Kita ambil air dari Krueng Pase, kita jual air bersih, air sudah siap pakai,” tuturnya.[](nsy/fazil)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita terkait

Berita lainya