SUBULUSSALAM – Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kota Subulussalam tak kunjung membaik sejak setahun terakhir. Kondisi ini menyebabkan perekonomian masyarakat, khususnya di kalangan petani sawit terlihat lesu.
Harga TBS masih bertahan pada angka Rp800 hingga Rp850 per kilogram di tingkat petani. Jumlah tersebut masih tergolong murah mengingat biaya perawat dan harga pupuk tak pernah turun, justru semakin naik.
“Harga sawit begini-gini saja, sudah setahun lebih harganya selalu di bawah Rp1.000 di tingkat petani,” kata Rahmin Bancin, salah seorang petani sawit di Kota Subulussalam kepada portalsatu.com, Minggu, 8 September 2019.
Harga TBS murah berdampak pada menurunnya produksi buah lantaran banyak kebun petani tidak dirawat dengan baik. Hasil panen yang diperoleh petani juga minim karena sawit murah. Jika sebelumnya pemupukan dilakukan dua kali setahun atau minimal satu kali setahun, kini tak ada lagi.
“Macam mana mau beli pupuk, biaya kebutuhan sehari-hari saja susah, karena TBS murah kali sekarang,” ungkap Rahman Bancin.
Hal ini berdampak luas pada kondisi perekonomian Kota Subulussalam lesu, karena mayoritas masyarakat di sana memiliki kebun sawit sebagai komoditas unggulan.
“Mayoritas usaha masyarakat bertani kebun sawit. Ketika TBS turun, otomatis berdampak pada kondisi perekonomian juga menjadi lesu,” ujar Afdal, petani sawit lainnya.[]