Minggu, September 8, 2024

Panwaslih Aceh Paparkan Hasil...

LHOKSEUMAWE - Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih/Bawaslu) Provinsi Aceh menggelar sosialisasi hasil pengawasan dan...

Pemkab Agara: Masyarakat Bisa...

KUTACANE - Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara menyatakan masyarakat bisa menonton pertandingan cabang olahraga...

Ulama Aceh Tu Sop...

JAKARTA – Inna lillahi wa innailaihi rajiun. Aceh berduka. Ulama kharismatik Aceh, Tgk....

Fraksi Megegoh Terbentuk Pada...

SUBULUSSALAM - Partai Aceh, Partai Nasdem, dan Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Subulussalam hari ini...
BerandaKegelapan Ilmu Pengetahuan

Kegelapan Ilmu Pengetahuan

MANUSIA ditakdirkan menjadi penghuni bumi sehingga hanya atmosfer bumi yang sesuai untuk manusia, tidak mungkin di planet lain. Dan manusia diperintahkan untuk meneliti dan memanfaatkan seluruh benda di alam, dan untuknya diberikan akal pikiran — sesuatu yang tidak diberikan kepada makhluk lain. Akal pikiran inilah yang membuat manusia memiliki peradaban–.

Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat dinilai bahwasanya tingkah polah manusia untuk meneliti sumber kehidupan di bintang tata suraya (planet) lain selain bumi adalah kesia-siaan belaka.

Walaupun demikian, beberapa negara yang mengklaim diri mereka kuat terus melakukan kesia-siaan itu. Bersamaan dengannya, mereka merusak habitat diri sendiri (bumi) dengan sengaja. 

Mereka pun membuat propaganda menyelamatkan umat manusia dari serangan makhluk penghuni luar angkasa (alien). Sementara di tempat hunian habitat mereka sendiri (bumi) mereka kadang dengan sengaja menimbulkan kekacauan dan kehancuran –baik itu dengan senjata pemusnah ataupun dengan menciptakan perang ataupun dengan memiskinkan jutaan manusia di negara tertentu). 

Maka, ilmu pengetahuan itu, dari satu sisi gelap pikiran manusia dapat menimbulkan kekacauan dan kesia-siaan dan kehancuran yang parah, seperti mencari planet hunian baru sekaligus merusak bumi dengan polusi dan senjata kimia nuklir rumah kaca, menyebabkan kerusakan lautan, mencairnya gunung salju di kutub. Juga menciptakan senjata entah untuk apa dan menimbulkan kelaparan parah untuk jutaan orang di banyak negara.

Ilmu pengetahuan itu bersifat netral. Kalau di tangan orang baik, maka akan baiklah dunia, kalau di tangan orang jahat, maka akan kacaulah dunia.

Telah lebih 300 tahun umat manusia menyaksikan penghancuran dengan memanfaatkan hasil ciptaan manusia karena ilmu pengetahuan, yakni senjata perang berteknologi tinggi, yang dimulai dari Barat. Dari sudut pandang itu, ilmu pengetahuan bisa menghancurkan. Ilmu pengetahuan di tangan orang Barat itu, seperti pisau di tangan anak berusia tiga tahun.

Sementara dari sudut pandang lain, yakni sebelum 300 tahun lalu itu, ilmu pengetahuan digunakan untuk kebaikan umat manusia, itu di zaman kejayaan umat Islam yang menandakan permulaan dunia modern, dimulai di sekitar timur tengah sekaligus pada saat itu, adalah kegelapan Eropa, yang masih hidup primitif dan jauh dari peradaban.

Maka, ilmu pengetahuan tetaplah ilmu pengetahuan, lalu, apa yang kita cari? Kalau disebutkan bahwasanya Alquran adalah sumber ilmu pengetahuan, niscaya manusia bisa menelitinya kembali dan menghasilkan teknologi baru yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan kebaikan umat manusia seperti pada abad kejayaan.

Kita boleh memulai dari sini, dari awal lagi, dari maksud sejati ilmu pengetahuan. Berpalinglah dari Barat ke timur kembali. Tidak ada apapun di Barat, kecuali kegelapan, walaupun mereka telah menemukan cahaya ilmu pengetahuan, tapi tidak cahaya kebijaksanaan, sehingga ilmu pengetahuan di tangan mereka menyebabkan kerusakan di muka bumi, cahaya di tempat mereka bersumber dan menyebabkan kegelapan di tempat lain, karena energi ilmu pengetahuan yang ada pada mereka itu timpang. Mereka punya kecerdasan, akan tetapi tidak memiliki kebijaksanaan, yang dua hal itu merupakan dua sisi mata uang ilmu pengetahuan. Yang satu membutuhkan yang lain.

Barat telah membuktikan diri bahwasanya ilmu pengetahuan yang ada pada mereka tidak membuat bumi lebih baik. Sementara manusia itu ditakdirkan untuk menjadi khalifah di muka bumi, khalifah memiliki tanggung jawab untuk membina dan menyelamatkan.[]

Thayeb Loh Angen, aktivis kebudayaan.

Baca juga: