Sebab ia makhlukNya jua
dalam sifat zikir dan tasbih yang beda.
Tetiba saja
seakan dunia tersadar pula
bahwa jejak diri
begitu rapuh tiada daya.
Terlepas dari teori konspirasi
ataupun perang Biologi,
Korona yang mewabah ini
hanya pengingat manusia
yang alpa diri,
yang lalai dari kematian
yang mengintai.
Setelah ratusan tahun
mengembangkan teknologi mutakhir,
kita baru belajar
tentang membasuh tangan
dan cara bersin.
Atau kembali belajar
tentang fakta
dari makhluk kecil ratusan nano.
Sedang kita hanyalah
setitik pasir di hamparan semesta raya.
Sebab ini bagian dari ma'rifat benda benda yang terikat dalam iklim penciptaan,
maka kitapun terikat pada skala kemanusian:
Untuk memahami kembali,
untuk berwaspada
dan mengenal batasan usaha
serta saling empati.
Semoga setelah wabah ini
bersemi pula musim hidup yang lebih berseri. Musim hidup yang ramah dan insaf.[]
Taufik Sentana
Banyak menulis puisi sufistik dan esai sosial.