ANKARA – Kegiatan yang dilakukan oleh Fetullah Gulen pendeta yang berbasis di AS dan Organisasi Teror Fetullah-nya (Feto) di Afrika bermotif politik dan tidak ada hubungannya dengan agama.
“Feto menargetkan orang kaya, birokrat dan politisi di Afrika dan melakukan pekerjaan yang berorientasi terhadap anak-anak mereka,” kata Cemalettin Kani Torun, mantan duta besar Turki untuk Somalia dan Ketua DPW Partai Keadilan dan Pembangunan (AKParti) di provinsi Turki barat laut, Bursa.
Torun mengatakan Feto telah membangun sekolah, membangun jaringan ekonomi yang kuat dan melakukan agenda politik di seluruh benua Afrika.
“Mereka tidak [memberikan] bantuan atau [melakukan] kegiatan keagamaan,” katanya.
Torun meminta sekolah-sekolah yang dijalankan oleh Feto yang dinyatakan penanggung jawab kudeta mematikan 15 Juli kudeta di Turki, akan dialihkan ke otoritas pendidikan dan administrasi lokal “jika mungkin”.
Ankara telah berulang kali mengatakan upaya kudeta yang mematikan, yang menewaskan setidaknya 238 orang dan melukai hampir 2.200 orang lain, diatur oleh pengikut Gulen.
“Turki adalah negara yang aktif di Afrika. Turki memiliki aktivitas komersial dan pembangunan di Afrika,” kata Torun sebagaimana disiarkan Anadolu Agency.
“Negara-negara Afrika tidak akan mengorbankan hubungan dengan [Turki] untuk [Feto] organisasi.”
“Bahkan di Ghana dimana hampir setengah dari populasi adalah Muslim, mereka [Feto] imam mereka memberikan pelajaran agama,” kata Torun. “Mereka [Feto] sebenarnay tidak memiliki ketertarikan pada agama.”
Pemerintah Somalia telah mulai mengambil beberapa tindakan terhadap anggota jaringan Feto di negara mereka.
“Sekolah Feto membahayakan di negara-negara ini,” katanya.
Pemerintah Somalia mengumumkan pada tanggal 16 Juli itu menghentikan kegiatan sekolah yang terkait dengan organisasi Feto yang dinyatakan mencoba kudeta dan gagal, menyusul permintaan Ankara.
Torun mengatakan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan secara pribadi telah meminta para pemimpin Afrika untuk mengambil tindakan terhadap lembaga feto untuk segera diusir ari Afrika.
Gulen dituduh melakukan kampanye yang telah lama berjalan untuk menggulingkan negara melalui infiltrasi lembaga Turki, khususnya militer, polisi dan peradilan, membentuk apa yang dikenal sebagai negara paralel.[]