Rabu, September 18, 2024

Polisi Gayo Lues Akan...

BLANGKEJEREN - Akun-akun palsu di media sosial facebook mulai bermunculan di Kabupaten Gayo...

Kajari Aceh Tenggara: Kami...

KUTACANE - Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Aceh Tenggara, Lilik Setiyawan, S.H., M.H., berkomitmen...

Tim Jabar Kembali Sabet...

KUTACANE - Tim Jawa Barat (Jabar) kembali merebut medali emas cabang olahraga arung...

Putra Anggota Polres Gayo...

BLANGKEJERN - Prestasi gemilang kembali ditorehkan oleh putra Gayo Lues Haikal Al-Fakhri, putra...
BerandaMemetik Hikmah dari...

Memetik Hikmah dari Peringatan Tsunami Aceh

Oleh Taufik Sentana*

Sungguh, alangkah cepat waktu berlalu. Sepertinya baru kemarin saja peristiwa besar itu terjadi. Peristiwa Tsunami di Aceh yang kabarnya terbesar di abad 20, dengan korban lebih dari 200.000 jiwa, belum lagi korban fisik dan trauma. 

Walau telah berlalu dan kejadian besar itu telah menjadi babak baru bagi perkembangan Aceh, kisahnya masih menyisakan kesan mendalam, dan sebagai muslim kita tidak layak bertanya, ” kenapa mesti di Aceh?”. Kita hanya pantas mengambil hikmah dan memetik pelajaran dari kejadian tersebut. Bahwa Allah mampu berbuat sekehendak-Nya sambil menunjukkan  tanda-tanda tentang kebesaran sekaligus  menjadi pengingat bagi yang lalai.

Selepas kejadian besar tersebut, dari tahun pertama hingga tahun ke -14, kita warga Aceh, terutama di lokasi yang berdampak langsung, selalu mengadakan peringatannya. Baik dengan berziarah, berdoa dan berzikir atau mendengar tausiah dan bersedekah-kenduri.  Tidak ada yang salah dengan kegiatan yang dimaksud selama tidak keluar dari tujuan dan maknanya yang hakiki. 

Di antara hikmah yang dapat kita hayati dalam peringatan Tsunami Aceh adalah sebagai berikut. Pertama, sebagai bentuk syukur bagi yang masih hidup. Dengan kegiatan ini kita bisa merefleksi diri betapa berharganya hidup yang masih diberikan Allah kepada kita. Kita juga diharapkan dapat memanfaatkan sisa waktu untuk memaksimalkan fungsi diri dengan pengabdian terbaik di bidang masing-masing.

Kedua, memperkuat solidaritas. Ini merupakan ikatan sosial yang mutlak ada dalam mewujudkan pembangunan masyarakat. Solidaritas ini tidak hanya dalam ikatan kekeluargaan saja, tapi juga ikatan agama dan kebangsaan. Para cerdik pandai dan pemerintah mesti bisa mempererat ikatan solidaritas ini agar terbentuk masyarakat Aceh yang lebih baik, yang mendatangkan rahmat dan berkah dari Allah.

Ketiga, medium tawasau bilhaq. Lewat peringatan Tsunami yang telah rutin diselenggarakan, kiranya menjadi medium yang efektif dalam menyampaikan pesan peringatan dan kabar gembira bagi khalayak. Di antaranya tentang peringatan akan pentingnya memupuk amal salih dan saling berkontribusi secara sosial. Sedangkan kabar gembira yang dimaksud adalah tentang janji baik Allah bagi mereka yang beriman serta pertolongan-Nya bagi yang tetap istiqamah. 

Dengan peringatan ini pula, masyarakat bisa terus belajar secara saintis bahwa dampak musibah bisa diminimalisir selama kita mengikuti kaidah sunnatullah (hukum alam) dan tetap memperkuat ketauhidan agar kita selalu bisa bersabar baik dalam susah ataupun senang. 

Semogadengan peringatan Tsunami di Aceh kita semakin sadar akan kerdilnya diri kita di hadapan Allah. Lalu kita pun semakin sadar betapa cepatnya perhitungan Allah bagi yang Ia kehendaki. “Ambillah pelajaran, wahai kaum yang berakal sehat!” (Alquran).[]

*Taufik Sentana, Staf Ikatan Dai Indonesia Kab. Aceh Barat.

Baca juga: