DAYAH Munawwarah Kuta Krueng, Pidie Jaya dipimpin ulama kharismatik Aceh Al-Mukarram Al-Mursyid Tgk. H. Usman Ali Kuta Krueng akrab disapa Abu Kuta Krueng. Ini salah satu dayah salafiah terbesar di Aceh yang terkenal dengan sebutan Serambi Mekkah. Dayah ini semakin berkembang pesat.
Dayah yang kian maju ini berada di tengah perkampungan yang jauh dari hiruk pikuk arus modernisasi dan teknologi. Ditambah panaroma persawahan yang asri dan menyejukkan mata saat memandangnya. Dahulu, dayah ini hanya bilik papan beratap rumbia. Kini berubah drastis, bilik bertingkat dan bangunan mewah, laksana berada di perumahan elite dan berkelas.
Namun nuansa kemajuan dan perubahan tidak menghilangkan identitas dan jati dirinya sebagai sosok salafiah bernuansa sufistik. Aura kedamaian, bersahabat dan penuh ketentraman sangat terasa dengan derap langkah dan hembusan udara religi nan adem.
Perjuangan membuahkan keberhasilan diraih Dayah Munawwarah merupakan hasil kerja keras para dewan guru, alumni, masyarakat, pemerintah serta pihak terkait lainnya. Di balik perjuangan itu, andil sosok Abiya Kuta Krueng, sapaan akrab untuk Teungku H. Anwar Usman, sebagi salah satu aktor kunci, tanpa menyampingkan sang pimpinan dan guru senior, dan anak Abu Kuta lainnya, dalam mengayuh roda dayah menuju kemajuan.
Banyak prestasi atau kesuksesan telah diukir Abiya, tapi ia seorang yang tawadhu' dan tidak merasa diri orang besar. “Abiya itu orang yang tidak suka untuk di-publish. Sifat tawadhu'-nya dan intelektualitasnya tidak diragukan oleh banyak orang,” ungkap Teungku Mujlis Hasan, salah seorang guru senior dayah tersebut.
Keberadaan dayah Munawarah terus berbenah diri di bidang pendidikan mengikuti arus perkembangan zaman. Kini salah satu targetnya berusaha untuk mensejajarkan diri dengan dayah atau pesantren lain yang telah duluan maju dan bekembang sehingga mampu menghadirkan lahirnya Ma' had Aly.
Lahirnya pendidikan dayah atau pesantren berbasis Ma'had Aly bukanlah mudah. Setelah melalui proses panjang, perguruan tinggi keagamaan Islam kedayahan (pesantren) yang sering disebut Ma’had Aly akhirnya memperoleh pengakuan dari Pemerintah.
Mahad Aly merupakan sebuah perguruan tinggi keagamaan Islam yang menyelenggarakan pendidikan akademik dalam bidang penguasaan ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) berbasis kitab kuning yang diselenggarakan oleh pondok dayah atau pesantren.
Kitab kuning yang dimaksud adalah kitab keislaman berbahasa Arab yang menjadi rujukan tradisi keilmuan Islam di pesantren. Adapun tujuan Mahad Aly adalah menciptakan lulusan yang ahli dalam bidang ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin), dan mengembangkan ilmu agama Islam berbasis kitab kuning.
Perjuangan dan pengakuan tersebut bermula dari ditanda tanganinya Peraturan Menteri Agama Nomor 71/2015 tentang penyelenggaraan Ma’had Aly oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
Sosok lembaga Ma’had Aly merupakan satuan pendidikan yang didirikan dan dikembangkan dari dan oleh masyarakat dayah dan berada di dayah pula. Namun demikian keberadaan Ma’had Aly bukan hanya untuk kepentingan masyarakat dayah atau pesantren saja, tapi juga kebutuhan bangsa Indonesia yang mayoritas penduduk negara muslim.[] (Bersambung)