ISTANBUL – Sejarawan Aceh, Nia Deliana, meminta Pemerintah Aceh untuk menyambut secara resmi jenazah almarhumah Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam binti Tuanku Raja Ibrahim, yang wafat pada 21 Ramadhan 1439/6 Juni 2018, pukul 06.45 Wita di RS Kota Mataram – NTB, dan dipulangkan ke Aceh.
“Pemerintah Aceh dan Gubernur sepatutnya mengambil peran paling depan dalam proses pengebumian jenazah cucu Sultan Aceh Darussalam terakhir. Dimulai sejak proses kedatangannya di Bandara Sultan Iskandar Muda,” kata Nia Deliana, kepada portalsatu.com, dari Istanbul, Turki, Rabu, 6 Juni 2018.
Nia Deliana, kandidat doktor jurusan Sejarah dan Peradaban di Universiti Islam Antarbangsa Malaysia (UIAM) ini mengatakan, penyambutan dan penghormatan itu demi menunjukkan pada generasi Aceh bahwa pemerintah tidak lupa dengan perjuangan leluhur Sultanah Cahya Nur Alam yang karenanya Aceh dan Indonesia terus dikenal sebagai bangsa yang tangguh, melekat pada generasi kita saat ini.
“Bahwa pemerintah Aceh sadar akan harga diri yang rendah jika pengkhidmatan terakhir pada cucu Sultan Muhammad Daud Syah ini saja tidak bisa dilakukan . Bahwa pemerintah Aceh mengerti generasi Aceh sedang menyaksikan sikap beradab dari penguasa tanoh Aceh terhadap endatu. Bahwa Cucu Sultan terakhir ini layak mendapatkan kehormatan yang tinggi,” kata Nia Deliana yang juga sukarelawan di Lembaga Kebudayaan Antarbangsa, Pusat Kebudayaan Aceh-Turki (PuKAT).
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Cahya Nur Alam merupakan cucu Sultan Aceh Darussalam yang terakhir, Sultan Muhammad Daud Syah. Rumah duka Jl.Kesra Raya No.124, Perumnas Tanjung Karang, Mataram, NTB. Namun, jenazah Sulthanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam akan dipulangkan ke Aceh untuk dimakamkan di samping ayah beliau, Tuanku Raja Ibrahim, di Baperis.
Baperis (Badan Pembina Rumpun Iskandarmuda) merupakan kompleks makam Sultan Iskandar Muda, yang di sana ada makam Sultan Besar Sultan Mansur Syah. Berada di samping Museum Aceh, dan di sisi Meuligoe Gubernur Aceh.
Sebagaimana diketahui, Yang Mulia (YM) Sultanah Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nur Alam binti Tuwanku Ibrahim bin Sultan Muhammad Daodsyah. Sultan Muhammad Daodsyah merupakan sultan Aceh Darussalam yang terakhir, yang memimpin perang melawan Belanda.
Setelah puluhan tahun, beliau ditangkap dan ditawan dibuang ke Rawamangun, Jakarta. Makam Sultan Muhammad Daodsyah berada di Rawamangun, Jakarta Timur.[]