LHOKSEUMAWE – Penampilan tiga artis Aceh, Jol Pase, Acun Lhok, dan Safira, menutup Parade Maestro Seudati, di pelataran Museum Kota Lhokseumawe, Selasa, 29 November 2022, malam.
Jol Pase bersama bandnya Geunta Aceh Community menyanyikan hit “Puga Nanggroe”, dilanjutkan dengan penampilan Acun And Friend (eks-Meurandeh Band) dengan lagu “Polem” dan “Raja Barosa”. Kemudian ditutup dengan lantunan indah Safira.
Malam terakhir acara itu juga menampilkan tarian Seudati Tunang, antara Syekh Jamal Haji Cut dari Dewantara, Aceh Utara, dengan grup Syekh Dan Jeumpa, Bireuen. Sebelumnya penonton juga dibuat takjub dengan penampilan para penari Seudati cilik siswa SDN 8 Banda Sakti, Lhokseumawe.
“Alhamdulillah, acara malam terakhir berlangsung sangat meriah, apalagi para penonton bisa duduk lebih dekat dengan panggug,” ucap Tgk. Ichsan, panitia pelaksana.
Ichsan juga menyampaikan acara malam terakhir lebih meriah, karena penuh bintang Aceh. Ada pelawak Apa Lahu bersama Kuya Ali, dan aksi seru Seudati Tunang, sehingga ribuan penonton tidak beranjak dari arena sampai akhir acara.
Ia mengucapkan terima kasih kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh selaku pihak produksi acara, Pemko Lhokseumawe telah menyediakan tempat, petugas keamanan selalu siaga di lokasi acara, dan masyarakat seni di Kota Lhokseumawe.
“Parade Maestro Seudati adalah event berbeda dengan pertunjukan sebelumnya, dan hari ini kita buktikan antusiasme masyarakat terhadap seni tradisi masih sangat tinggi. Sebab itu, kita harus mendorong agar semua pihak terus mengembang seni budaya Aceh, tidak hanya sebagai media hiburan, namun juga identitas orang Aceh,” tambahnya.
Sehari sebelumnya, acara dibuka Asisten I Sekda Lhokseumawe, Maxalmina, dengan pemukulan Canang Ceureukeh yaitu alat musik tradisional dari Kota Lhokseumawe yang telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional Indonesia pada tahun 2022.
Kegiatan mengusung tema “Geurangsang Seudati, Meusyuhu Siumu Masa” itu menghadirkan seratusan penari tradisi Aceh dari Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara, dan Kabupaten Bireuen.
Maxalmina mengatakan Parade Maestro Seudati merupakan jawaban atas tantangan yang diberikan Pj. Wali Kota Lhokseumawe, Dr. Imran, untuk menghidupkan seni dan budaya yang ada di Kota Lhokseumawe.
“Kegiatan ini menjadi perekat bagi seluruh pelaku budaya agar terus melestarikan kebudayaan dan menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Kota Lhokseumawe. Seudati bisa terus hidup dan menjadi media untuk menyebarkan syiar Islam,” kata Maxalmina.[](rilis)