Jalan militer dalam meredam konflik Aceh menemui jalan buntu. Pemerintah Indonesia mengaku Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang dideklarasikan Hasan Tiro tak bisa ditundukkan secara militer, tapi GAM juga tak punya prospek untuk mengalahkan militer Indonesia.
Jalan buntu ini membawa Duta Besar Indonesia untuk Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Hasan Wirajuda menemui Deklarator GAM Hasan Tiro di Jenewa, Swiss pada 27 Januari 2000. Ini bukan kali pertama Hasan Wirajuda bertemu Hasan Tiro, sebelumnya kedua Hasan ini sudah sering terlibat dalam perdebatan tentang konflik Aceh di berbagai forum di Eropa.
Hassan Wirajuda mengakui bahwa pemerintah Indonesia tidak bisa menghancurkan militer GAM, tetapi memberi tanda kepada Hasan di Tiro bahwa GAM juga tidak punya prospek untuk mengalahkan militer Indonesia. Kedua belah pihak menghadapi kebuntuan militer. Hasil dari pertemuan itu diputuskan untuk mengadakan pertemuan lebih lanjut.
Pertemuan Hasan Wirajuda dengan Hasan Tiro itu diungkapkan oleh Aspinal itu juga ditulis Konrad. Pertemuan pada 27 Januari 2000 itu difasilitasi oleh Henry Dunant Centre (HDC). Pertemuan ini merupakan tatap muka yang pertama kalinya untuk mengeksplorasi kemungkinan dialog antara pemerinrah Indonesia dengan GAM.

Pertemuan ini terjadi kurang dari enam bulan setelah HDC pertama kali memulai menawarkan upaya dialog kemanusiaan kepada pemerintah Indonesia. Secara terpisah Wirajuda juga bertemu dengan perwakilan MP-GAM. Dia kemudian mendorong HDC untuk fokus melakukan proses negosiasi dengan faksi yang memiliki kontrol lebih besar di lapangan, yaitu pimpinan GAM yang berbasis di Swedia.
Di waktu yang sama duta besar Indonesia di Jenewa mempertahankan kontak dengan pimpinan GAM di Eropa, Gus Dur mengirimkan Sekretaris Negara, Bondan Gunawan, untuk menemui para pemimpin lapangan GAM di Aceh. Bondan menemui dan berdiskusi informal dengan Panglima GAM Abdullah Syafii.
Hasil dari kunjungan ini, pada 10 Januari Gus Dur memerintahkan Panglima TNI dan Kapolri (Kepolisian Republik Indonesia) untuk menjamin keselamatan Abdullah Syafii sehingga ia bisa berpartisipasi dalam diskusi dengan para pemimpin Aceh lainnya yang rencananya akan diadakan di Banda Aceh pada 25 Januari. Tapi pada 16 Januari tentara mengepung markas Abdullah Syafii di Pidie dan melakukan razia untuk menemukannya, semalam setelah kunjungan Bondan Gunawan.[]