Selasa, September 17, 2024

Sambut Maulid Nabi, Jufri...

ACEH UTARA - Menyambut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1446 Hijriah atau...

Panitia Arung Jeram PON...

KUTACANE - Panitia Pertandingan Cabang Olahraga Arung Jeram PON XXI Aceh-Sumut melarang belasan...

Salahkah Jika Tak Mampu...

Oleh: Muhammad Syahrial Razali Ibrahim, Ph.D., Dosen Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe Perbincangan seputar kompetensi...

Pengunjung Padati Venue Arung...

KUTACANE - Ribuan pengunjung dari berbagai daerah mendatangi arena arung jeram Pekan Olahraga...
BerandaAda Malaysia di...

Ada Malaysia di Museum Negeri Aceh

LATAR Latar belakang pendidikan SMA saya adalah IPA dan kuliah saya jurusan ekonomi. Namun, saat bekerja saya justru tertarik mempelajari  bidang antropologi, etnografi dan sejarah di sela-sela kesibukan bekerja di kantor. Ini dikarenakan lingkungan kerja selalu berganti-ganti karena saya sering berpindah tempat tugas.

Setiap kali berpindah tugas, saya harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang seringkali kondisi geografis dan masyarakatnya berbeda dengan tempat lama. Untuk bisa cepat beradaptasi saya punya cara sendiri yaitu pergi ke museum. Dari museum saya tahu sejarah, kesenian, kebudayaan, kepercayaan dan mata pencarian yang dilakukan masyarakat tersebut.

Di Indonesia  umumnya museum hanya terdapat di ibukota provinsi.  Selebihnya terdapat di Jakarta sebagai ibukota negara. Beberapa provinsi baru hasil pemekaran bahkan belum mempunyai museum daerah. Sedihnya sebagian museum yang ada di Indonesia kondisinya cukup memprihatinkan.

Sebagai sebuah provinsi yang telah berdiri lama, provinsi Aceh (dulu bernama Nanggroe Aceh Darussalam) mempunyai sebuah museum negeri yaitu Museum Negeri Aceh. Museum ini terletak di jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah Banda Aceh. Lokasinya tidak jauh dari kantor gubernur.

Gedung utama museum ini terletak di samping rumoh Aceh. Rumoh Aceh adalah sebuah prototype rumah adat khas Aceh yang dibangun pada tahun 1914. Dikatakan bahwa di dalam rumoh aceh disimpan perkakas-perkakas tradisional yang biasanya terdapat di dalam rumah tradisional Aceh.

Sayangnya saat saya mengunjungi museum ini saya tidak bisa masuk ke rumoh Aceh karena rumah tersebut dalam keadaan terkunci. Petugas yang membawa kunci tersebut sedang tidak berada di tempat. Saya akhirnya hanya mengunjungi gedung utama museum yang telah direnovasi.

Di museum ini kita bisa belajar sejarah pahlawan-pahlawan Aceh, satwa khas Aceh, benda-benda etnografis masyarakat Aceh, mata pencarian masyarakat Aceh, suku-suku di Aceh. Koleksi andalan museum ini adalah genta / lonceng Chakradonya. Disebutkan, lonceng ini merupakan cenderamata dari laksamana Mongol yang menguasai China Cheng Ho / Sam Po Kong ketika dia mengunjungi kesultanan Sumatra (Samudra Pasai).

Selain itu di salah satu ruangan museum Aceh terdapat satu ruangan yang bernama galeri Melaka. Disini dipamerkan potensi wisata di Melaka, Malaysia. Kesultanan Aceh dulu pernah menyerang Melaka karena Melaka dikuasai Portugis. Sampai saat ini masih terjalin kerjasama antara pemerintah Aceh dan Melaka. Kalau museum negara lain bisa membuka perwakilan di negara kita, kenapa kita tidak?[]Sumber:djangki.wordpress.com

Baca juga: