LHOKSEUMAWE – Direksi PT Pembangunan Lhokseumawe (Perseroda) periode 2023-2028 sudah tujuh bulan bertugas sejak dilantik oleh Penjabat Wali Kota Lhokseumawe, Dr. Imran, 17 Februari 2023.
Direksi PT Pembangunan Lhokseumawe (PL) tersebut Mohammad YY Dinar, S.Si., sebagai Direktur Utama, Irfan Abdullah, S.E., Direktur Umum dan Keuangan, dan Boihaki, S.Sos.I., M.A., Direktur Pengembangan Usaha.
“Saya percaya saudara-saudara akan melaksanakan tugas sebaik-baiknya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan, semoga Allah meridai setiap langkah kita,” kata Pj. Wali Kota Imran dalam sambutannya saat melantik Direksi PT PL itu.
Imran berharap PT PL di bawah direksi baru mampu menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih besar.
“Saya berharap PTPL bersatu dalam komunikasi internal dan melakukan konsolidasi. Jangan ada PT PL di dalam PT PL. Istilahnya warung di dalam warung. PT PL harus satu, bersatu demi memajukan Kota Lhokseumawe kedepannya,” pungkas Imran.
Setelah direksi baru PT PL dilantik, masyarakat Lhokseumawe berharap akan ada berbagai terobosan dan inovasi agar ke depan Perusahaan Perseroan Daerah (Perseroda) itu jauh lebih berkembang hingga semakin maju. Namun, sudah tujuh bulan direksi tersebut bertugas, publik belum mengetahui apa saja yang sudah manajemen PT PL kerjakan. Kecuali yang mencuat hanya proses seleksi calon Direksi dan Komisaris PT Rumah Sakit Arun Medica (RSAM), Kepala Rumah Sakit Arun, Kabag Keuangan, SDM, dan Umum, serta belasan posisi lainnya di RS Arun, yang dilakukan sejak Juni 2023 lalu.
PT RSAM adalah anak perusahaan PT PL, yang didirikan pada akhir tahun 2022 untuk mengelola Rumah Sakit Arun (RSA).
Direktur Pengembangan Usaha PT PL, Boihaki, dikonfirmasi portalsatu.com via telepon, Jumat, 29 September 2023, sore, mengatakan pihaknya telah melanjutkan bisnis eksisting atau yang sudah ada sebelumnya.
“PTPL saat ini ada tiga bisnis eksisting. Pertama, yang kami kelola jaringan gas rumah tangga. Dari tujuh bulan kami bekerja ini ada peningkatan, pelanggan meningkat dari 5.000, hari ini menjadi hampir 6.000 (sambungan rumah),” kata Boihaki.
Boihaki menyebut dalam pengelolaan bisnis jargas rumah tangga di Lhokseumawe milik PT Perusahaan Gas Negara (PGN) ini, tugas PT PL hanya penagihan dan maintenance. “Untuk penagihan, utang yang sudah lama (tunggakan pelanggan), Alhamdulillah bisa kita selesaikan dalam waktu enam bulan, dari Rp2,7 miliar sudah berkurang menjadi Rp2,3 M, utang yang sudah kita tagih,” ujarnya.
Kedua, bisnis rumah sakit yakni RS Arun. “Rekrutmen dan assessment itu on process. Insya Allah, dalam waktu dekat kita akan umumkan untuk Direksi PT RSAM yang baru,” ucap Boihaki.
Boihaki menjelaskan PT PL sebagai induk perusahaan hanya menyeleksi calon Direktur dan Komisaris PT RSAM, dan Kepala Rumah Sakit Arun.
“Selanjutnya yang di bawah-bawahnya itu akan dilanjutkan Direksi PT RSAM yang baru. Karena seyogianya ini menjadi pekerjaan anak perusahaan. Namun karena yang sebelumnya menjabat (Direktur dan Komisaris PT RSAM) adalah orang-orang di Pemko, mungkin terlalu sibuk, dan butuh percepatan waktu seperti diinginkan Pj. Wali Kota dalam RUPS kemarin, dalam waktu dua minggu, jadi kita membantu PT RSAM. Namun, kita juga tidak mau masuk ke dalam, karena wilayah kita hanya menyeleksi bagian atas saja (manajemen) untuk tiga posisi: Direktur dan Komisaris PT RSAM serta Kepala Rumah Sakit,” tutur Boihaki.
Berapa orang yang mendaftar sebagai Calon Direktur PT RSAM?
“Itu saya harus buka lagi datanya. Total yang melamar ke kita itu ada 1.600-an, itu termasuk yang assessment (pekerja RS Arun). Kalau untuk Direktur PT RSAM saya lupa (jumlah pendaftar), yang jelas lebih dari satu. Komisaris lebih dari satu, Kepala Rumah Sakit juga lebih dari satu (pendaftar),” ujar Boihaki.
Menurut Boihaki, para pendaftar untuk tiga posisi itu sudah diseleksi, termasuk wawancara. “Sekarang menunggu pengesahan dari Komisaris Utama. Artinya ada RUPS nantinya. Nama-nama calon sudah kita sampaikan, dalam waktu dekat (ditetapkan), semoga cepat selesai,” ucapnya.
Mengapa tidak dipublikasikan nama-namanya supaya mendapat masukan dari publik soal track record-nya?
“Belum boleh, takut kita menyalahi aturan, karena inikan perusahaan daerah, jadi kita harus menimbang lain-lain dulu. Tapi akan segera (diumumkan setelah ditetapkan dalam RUPS), insya Allah dalam waktu dekat,” kata Boihaki.
Ketiga, kata Boihaki, juga bisnis eksisting yaitu Pasar Induk Kota Lhokseumawe. “Sampai saat ini gudang sudah terisi tiga unit,” ucapnya.
Boihaki menambahkan ke depan PT PL ingin melakukan ekspor pureh (lidi) ke India dan Pakistan. “Sudah ada buyer (pembeli)-nya. Namun, quantity (kuantitas/jumlah) yang diminta minimum satu bulan kita harus kirim 100 ton”.
“Karena kita belum mampu (memenuhi permintaan 100 ton lidi perbulan), saat ini kita cuma memancing masyarakat untuk kita tampung lidi tersebut di Pasar Induk. Petani langsung mengirim ke kita. Dan buyer kita saat ini menggunakan jalur Medan dulu, karena kalau (ekspor) lewat Pelabuhan Krueng Geukueh (Lhokseumawe/Aceh Utara) harus satu kontainer, kita belum mampu, karena komoditi (komoditas)-nya masih kecil,” ujar Boihaki.
Boihaki menyebut saat ini PT PL masih membeli lidi dari petani dengan harga Rp3.000 perkilogram. “Kita langsung ke petaninya kita beli. Karena yang kita mau pendekatan ekonomi di orang-orang yang terdalam, kan lidi ini banyak di daerah kampung,” tuturnya.
“Bukan hanya dari warga Lhokseumawe, seluruh Aceh kita tampung (lidi). Bireuen, Krueng Geukueh (Kecamatan Dewantara, Aceh Utara) juga ada masuk ke kita. Pokoknya yang belum kita cover daerah Meulaboh. Sampai saat ini kita selalu mengirimnya 10 ton via Belawan,” tambah Boihaki.
Berapa banyak lidi yang sudah diekspor PT PL ke India via Pelabuhan Belawan?
“Yang kita lakukan ini kita cuma menitipkan ke buyer kita di Medan. Jadi, dari Medan nanti dikumpulkan lagi dengan komoditas lain, baru dikirim ke sana. Saat ini kita jual ke Pak Ganes, buyer kita di Medan. Ke depan kalau sudah terpenuhi seperti yang dia inginkan, baru ekspor lewat Krueng Geukueh, karena kendala di Krueng Geukueh saat ini ada barang masuk tidak ada barang keluar,” ujar Boihaki.
“Lidi itu di India, serbuknya untuk dibuat dinding rumah. Kalau kita ada kayu olimpic, serbuknya kayu, mereka serbuknya lidi. Jadi, mereka buat dinding-dinding rumah dari serbuk lidi, nantikan dicacah lagi lidi itu. Dari segi ketahanan alam mereka, lidi lebih tahan ketimbang kayu,” tambah dia.
Menurut Boihaki, walaupun omzet dari bisnis lidi ini tidak terlalu banyak, tapi pihaknya berharap dapat menambah penghasilan sebagian warga. “Ada ibu-ibu hanya dengan raot pureh (meraut lidi) saja dia dapat Rp500 ribu perminggu. Kan sudah lumayan,” ucapnya.
“Ke depan kita rencananya mau barter dengan warga yang meraut lidi itu, kita tidak kasih lagi mereka duit, tapi kita kasih minyak goreng atau beras. Karena warga kan butuh beras, minyak goreng. Dia mendapatkan minyak goreng dengan harga yang sama, yang murah, kemudian langsung kita antarkan. Jadi, ke depan kita mau buat barter seperti itu. Saya lihat peluang ke situ ada, kita akan kerja sama dengan distributor lain seperti ini,” ujar Boihaki.[](nsy)