KUALA LUMPUR – Kementerian Luar Negeri Filipina kemarin mengatakan Malaysia memanggil duta besar mereka di Kuala Lumpur setelah muncul komentar calon presiden Filipina yang menyatakan akan mengklaim Negara Bagian Sabah jika terpilih jadi presiden.
Koran Manila mengutip pernyataan Wakil presiden sekaligus capres unggulan Jejomar Binay yang menuturkan dia akan merebut kembali Sabah dari tangan Malaysia.
Sekitar 200 warga Filipina dari Kesultanan Sulu di selatan Filipina mendarat di Sabah pada Februari 2013 untuk merebut wilayah itu dari Malaysia. Akibatnya bentrokan antara tentara Negeri Jiran dan pasukan Sulu tidak terhindarkan. Peristiwa itu sedikitnya menewaskan 60 orang. Presiden Benigno Aquino mengecam bentrokan saat itu.
“Kami akan merebut kembali Sabah. Mengapa harus menyerah terhadap apa yang sudah seharusnya milik kita?” ujar Binay dalam pidato kampanyenya, seperti dilansir nationmultimedia.com, Kamis (3/3).
Komentar itu jelas membuat Malaysia meradang. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Filipina Charles Jose mengatakan kepada kantor berita AFP, duta besar mereka diminta menjelaskan posisi pemerintah dalam masalah ini.
Jose menyatakan Binay saat ini sudah tidak menjadi bagian dari pemerintahan Benigno Aquino, meski dia masih sebagai wakil presiden hingga akhir masa periode jabatan pada 30 Juni mendatang.
Kesultanan Sulu, Filipina, merasa tanah warisan mereka dicaplok pemerintah Negeri Jiran selama puluhan tahun. Mereka kembali untuk merebut wilayah leluhur mereka, Negara Bagian Sabah.
Juru bicara Binay hingga kini belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Sejarah Sulu
Harian Standard Today beredar di Filipina (18/2/2013) melaporkan soal jejak sejarah yang mengaitkan Kesultanan Sulu dengan Sabah. Wilayah yang dulu milik Kesultanan Brunei itu merupakan hadiah Sultan Brunei sebab Sulu membantu negara kecil itu dalam meredam konflik antar warga sipil. Pecah Perang dunia ke II Inggris menduduki Sabah hingga selesainya masa perang dan berniat mengembalikan wilayah Sabah pada Kesultanan Sulu, namun pemungutan suara menyatakan warga lebih suka Sabah bergabung dengan Malaysia.
Konflik bersenjata bermula saat kesultanan Sulu tersebar di beberapa pulau Filipina Selatan dipimpin oleh Agbimuddin Kiram, adik sultan Sulu Jamalul Kiram III. Mereka mengklaim Malaysia mengontrak wilayah Sabah sejak 1963 dan dibayarkan ke Sulu saban tahun.
Permintaan untuk mengakui Sabah sebagai wilayah Sulu ini bukan yang pertama. Di masa Presiden Filipina Diosdado Macapagal pernah mengajukan klaim agar wilayah itu dikembalikan pada Kesultanan Sulu namun…(selengkapnya baca: merdeka.com)