KAPTEN LET PANDE
Episode 9 – Cerita Bersambung – Novel Serial
Karya: Thayeb Loh Angen
Menjelang magrib, Angkatan Perang Aceh melepaskan jangkar di perairan dekat Pulau Rupat. Sultan memerintahkan satu kompi untuk mendarat. Mereka menjumpai satu batalyon tentara Aceh yang telah berada di sana sejak bulan lalu. Setelah memastikan kesiapan tempat, kompi pemeriksa kembali ke kapal.
Pada tengah malam, Angkatan Perang Aceh pun berangkat ke Melaka. Menjelang subuh, mereka tiba di perairan semenanjung. Sekira satu mil dari Benteng A Famosa, mereka berhenti tanpa melepaskan jangkar. Walaupun saat itu diperkirakan pasukan Portugis tengah tidur, tetapi Sultan Aceh tidak memerintahkan menyerang. Dia tidak mendapatkan kabar terbaru apapun tentang keadaan benteng A Famosa sehingga tanpa bantuan cahaya, pasukan Aceh tidak mengetahui keberadaan musuh.
Setelah matahari terbit, Sultan Aceh memerintahkan dua orang tentara untuk mendarat seraya menyerahkan sepucuk surat kepada Gubernur Jendral Portugis di benteng A Famosa. Sultan meminta mereka segera meningalkan Melaka, atau dihancurkan. Tentu saja, Gubernur Jendral Portugis menolak surat perintah itu dan memenggal kepala kedua orang tentara Aceh yang mengantar surat. Itu melanggar hukum perang, dilarang membunuh utusan. Tentara Portugis menembakkan meriam sebagai tanda mereka menyambut perang.
Mendengar itu, pasukan Aceh merapatkan kapal perang ke benteng Portugis seraya menyerang mereka dengan meriam. Sebagaimana Aceh tidak mengetahui keadaan terbaru Portugis di sana, begitu juga sebaliknya, Portugis tidak tahu bahwa Aceh memiliki meriam baru yang lebih canggih serta kapal perang yang lebih kuat.
Enam puluh kapal Portugis merapat ke perairan dekat benteng seraya melepaskan tembakan meriam. Mereka belum menyadari Aceh datang dengan enam ratus kapal bermeriam besar dan kuat. Dalam beberapa saat saja, dua puluh kapal Portugis hancur dan tenggelam. Selebihnya, empat puluh kapal lagi melarikan diri. Namun, malang bagi mereka.
Kapal-kapal pasukan Portugis yang mundur harus melewati ujung kepungan bagian barat yang saat itu dalam kendali Angkatan Perang Aceh pimpinan Kapten Let Pande. Maka, Kapten Let Pande dan pasukannya memburu kapal-kapal itu seperti kawanan tuna.