BANDA ACEH – Direktur Utama Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh (PDPA) Mukhsin mengatakan, pihaknya sedang melakukan pembenahan secara internal.
“Kita sedang melakukan pembenahan yang luar biasa,” kata Mukhsin dihubungi portalsatu.com via telepon genggam, Kamis, 11 Februari 2016.
Mukhsin menyampaikan itu saat ditanya kapan akan direalisasikan saham PDPA sebagai Badan Usaha Milik Aceh (BUMA) 30 persen pada PT Perta Arun Gas (PAG) yang tengah mengoperasikan Regasifikasi LNG Arun di Lhokseumawe.
Menurut Mukhsin, pihaknya sedang membahas permasalahan tersebut untuk kemudian dicarikan solusinya.
“Kita sedang membangun komunikasi dengan berbagai pihak terkait untuk sama-sama cari solusi,” ujar Mukhsin.
Sebelumnya saat dihubungi portalsatu.com, 22 Desember 2015, Muchsin mengaku akan menjadikan PDPA lebih baik di bawah kepemimpinannya. “PDPA akan dibagi dua secara umum, yaitu corporate dan small bisnis. Namun program kerja yang sangat bagus harus terus dilanjutkan seperti inisiasi geothermal (panas bumi di Seulawah, Aceh Besar) dan Perta Gas (Regasifikasi LNG Arun di Lhokseumawe yang dikelola PT Perta Arun Gas),” katanya.
Hampir setahun
Sebagaimana diketahui, Presiden Jokowi meresmikan pengoperasian Terminal dan Regasifikasi LNG Arun di Blang Lancang, Lhokseumawe, 9 Maret 2015. Artinya, unit regas itu sudah beroperasi hampir setahun.
Presiden Direktur PT PAG Teuku Khaidir saat dihubungi portalsatu.com lewat telpon seluler, 9 Desember 2015, mengatakan, 100 persen saham PAG (Terminal dan Regasifikasi Arun) masih milik PT Pertamina. Itu sebabnya, sebagai putra Aceh yang kini mendapat kepercayaan dari Pertamina untuk memimpin PAG, ia berharap Pemerintah Aceh melalui PDPA segera memanfaatkan keberadaan bisnis regas itu.
Dengan adanya kepemilikan saham, menurut Teuku Khaidir, jika Regas Arun itu menghasilkan keuntungan pastinya Pemerintah Aceh mendapatkan deviden. “Kalau ada keuntungan tentu dikasih (deviden),” ujarnya.
Ditanya soal perjanjian porsi saham 70 persen PT Pertamina dan 30 persen Pemerintah Aceh/PDPA, Teuku Khaidir mengatakan, “Itu masih berlaku, tinggal menunggu realisasi dari Pemerintah Aceh”.
Menurut Teuku Khaidir, investasi dikucurkan Pertamina untuk proyek Terminal dan Regas Arun mencapai US$ 110 juta. “Totalnya 110 juta dolar. Yang baru (dikucurkan) 90-an (juta dolar). Sekitar 15 sampai 20 (juta dolar) lagi sedang berlangsung untuk beberapa fasilitas yang lagi disiapkan,” katanya.
Beberapa fasilitas tersebut, kata Teuku Khaidir, untuk bisnis LNG Hub, yaitu LNG Storage dan LNG Truk. Proyek tersebut ditargetkan rampung pada kwartal III tahun 2016.
“LNG Truk itu (LNG diangkut dengan truk) untuk daerah-daerah yang tidak ada pipa (gas). Misalnya, ke Pematang Siantar (Sumatera Utara), Meulaboh (Aceh Barat), dan Sigli (Pidie) juga bisa jika mau mengembangkan kawasan industri,” ujarnya.[] (idg)