Minggu, September 8, 2024

Panwaslih Aceh Paparkan Hasil...

LHOKSEUMAWE - Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih/Bawaslu) Provinsi Aceh menggelar sosialisasi hasil pengawasan dan...

Pemkab Agara: Masyarakat Bisa...

KUTACANE - Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara menyatakan masyarakat bisa menonton pertandingan cabang olahraga...

Ulama Aceh Tu Sop...

JAKARTA – Inna lillahi wa innailaihi rajiun. Aceh berduka. Ulama kharismatik Aceh, Tgk....

Fraksi Megegoh Terbentuk Pada...

SUBULUSSALAM - Partai Aceh, Partai Nasdem, dan Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Subulussalam hari ini...
BerandaEkonomiEkonomi Masyarakat Subulussalam...

Ekonomi Masyarakat Subulussalam Mulai Menggeliat di Tengah Pandemi Covid-19, Ini Penyebabnya

SUBULUSSALAM – Perekonomian masyarakat Kota Subulussalam mulai menggeliat kearah lebih baik disebabkan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit terus bertahan di level tertinggi sekitar tujuh bulan terakhir.

Faktor harga TBS sangat menentukan arah perekonomian di Bumi Syekh Hamzah ini karena mayoritas penduduknya sekitar 70 persen berprofesi sebagai petani kelapa sawit. Sisanya 30 persen lagi bergerak di sektor perdagangan, jasa dan pegawai di instansi pemerintah baik negeri maupun swasta.

“Ekonomi masyarakat sudah mulai menggeliat karena faktor harga TBS saat ini masih bertahan di level tertinggi Rp1.800 per kilogram,” kata Ketua Apkasindo Perjuangan Kota Subulussalam, Subangun Berutu, Jumat, 26 Februari 2021.

Subangun Berutu menyebutkan, beberapa bulan lalu kondisi ekonomi masyarakat di Kota Subulussalam lesu disebabkan harga TBS belum maksimal jauh dari harapan petani. Ditambah lagi kondisi Pandemi Covid-19 berdampak pada keterbatasan sosial akibatnya ekonomi masyarakat semakin lesu.

Kini, secara perlahan ekonomi masyarakat mulai pulih kembali menyusul membaiknya harga komoditas unggulan kelapa sawit sejak beberapa bulan belakangan ini sampai sekarang masih bertahan di angka Rp 1.800 per kilogram.

Baca Juga: Produksi TBS di Subulussalam Capai 1.200 Ton per Hari

Baca Juga: Ini Penyebab TBS Masih Bertahan di Level Tertinggi

Lebih jelas, Wakil Ketua Apkasindo Aceh ini memaparkan, harga TBS mengalami kenaikan sejak pertengahan 2020 lalu di tengah Pandemi Covid-19 terus bertahan hingga memasuki Februari 2021. Kondisi ini tentu memberikan dampak positif bagi perekonomian di Bumi Sada Kata mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani sawit.

Menurut Subangun, harga TBS bisa bertahan di level saat ini sehubungan tingginya penyerapan CPO dalam negeri seiring telah dimulai ujicoba Biodesel 30 persen (B-30). Kenaikan harga TBS ini secara otomatis memberikan dampak positif bagi pemulihan ekonomi petani, salah satunya di Kota Subulussalam mayoritas petani kelapa sawit.

“Kenaikan harga TBS ini dipicu salah satunya penyerapan CPO untuk dalam negeri melalui program Biodiesel 30 persen,” ungkapnya.

Subangun mengatakan, saat ini pemerintah sedang mewacanakan program biodiesel 50 persen untuk menambah penyerapan CPO dalam negeri. Jika ini terwujud secara otomatis mendorong kenaikan harga TBS di tanah air sehingga berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat dan petani kelapa sawit.

Baca Juga: Harapan Petani Harga TBS Bertahan Saat Produksi Buah Meningkat

Baca Juga: Harga TBS Kembali Naik, Rp1.830/Kg, Begini Penjelasan Apkasindo Subulusalam

Adapun harga TBS saat ini sekitar Rp 1.800 per kilogram di level Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) di sejumlah daerah di Kota Subulussalam. Sedangkan harga di tingkat petani berkisar antar Rp1.550 hingga Rp1.600 per kilogram.

Wakil Ketua Bidang Advokasi Hubungan Internasional, Antar Lembaga dan Sosial, DPP Apkasindo Perjuangan ini menambahkan, saat ini produksi TBS kelapa sawit sedang tren naik menuju panen puncak pada Juni mendatang.

Apkasindo berharap harga TBS bertahan bahkan lebih mahal saat memasuki panen puncak, memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat di Kota Subulussalam saat ini terus menggeliat. []

Baca Juga: Apkasindo Aceh: TBS Bertahan Rp1.800 per kilogram, Picu Pemulihan Ekonomi Petani

 

 

Baca juga: