NAIKNYA harga daging menjelang atau di hari meugang bukan karena kurangnya suplai daging di pasar, melainkan karena psikologi pasar yang bermain. Biasanya, harga daging tetap naik walaupun persediaan di pasar, melebihi dari yang diperlukan.
Hal ini disampaikan kepala UPTD Inseminasi Buatan dan Ikubator Dinas Perternakan Aceh, Hendra Saputra, di ruang kerjanya, Banda Aceh, Selasa, 28 Februari 2023.
Hendra mengatakan, pihaknya selalu memastikan dan mengoordinasikan dengan pemerintah setempat terkait ketersediaan stok daging menjelang hari meugang. Baik meugang Ramadan maupun di hari meugang lebaran Idul Fitri dan Idul Adha.
“Ini tentang budaya. Biasanya kalau meugang baik itu lebaran maupun puasa pasti permintaan konsumsi atau permintaan daging meningkat di bandingkan hari biasanya, Hal ini karena budaya Aceh memang sudah seperti itu,” ujarnya.
Kata Hendra, dengan meningkatnya permintaan daging untuk konsumen menjelang meugang, maka pihaknya selalu mengantisipasi hal tersebut dengan beberapa intervensi kebijakan.
Salah satunya adalah dengan mengkoordinasikan pemerintah kota yang memiliki stok cukup atau biasa disebut dengan potensial stok menjelang hari meugang.
“Misalnya Aceh Besar, berapa banyak sapi yang bisa dipotong untuk hari meugang. Seperti tahun 2023 ini Aceh besar punya estimasi potensial stok sebanyak 3271 ekor. Untuk sapi 2532 ekor dan 723 ekor untuk kerbau. Jadi ada potensial stok 3271 ekor ternak untuk Aceh Besar menjelang meugang. Dan hal ini berlaku semua kabupaten kota di Aceh dan sudah kita data,” kata Hendra kepada Portalsatu.com.
Sama juga halnya seperti di Pidie. Tahun lalu, Pidie mempunyai estimasi potensial stok sejumlah 16920 kilogram.
Artinya, Kata Hendra, suplai dan ketersediaan konsumsi tahun ini dan sebelumnya bisa dikatakan aman. Meskipun semua itu tergantung dari permintaan pasar berapa. Yang jelas pemerintah sudah menyediakan stok yang cukup untuk diproduksi di kemudian hari.
Meskipun problemnya di lapangan terkait harga daging di pasar. Misalnya ada harga antara 135-145 untuk hari biasa. Sedangkan untuk hari meugang terderek naik rata-rata antara 160-190 per satu kilogramnya.
Terkait hal tersebut, kata dia, setelah dilihat dan pantau ternyata problemnya bukan di keterimbangan suplai dan demand, melainkan karena psikologi pasar yang bermain atau disebut juga kondisi pasar local wisdom (kearifan lokal) Aceh.
Hal tersebut diduga karena di Aceh, masyarakat selalu mengutamakan daging ketimbang hal lain untuk merayakan hari meugang. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menaikkan harga daging di pasar.
“Kalau di tempat lain kan tidak mesti. Kalaupun meugang biasa saja. Namun, di Aceh kalau meugang harus beli daging. Jika tidak beli daging, belum dianggap meugang,” tutup Hendra.[]
Penulis: Fazliana.