BANDA ACEH – Sosiolog Universitas Malikussaleh, Dr. Nurzalin, M.Si., menilai isu pemekaran Aceh Leuser Antara (ALA) dan Aceh Barat Selatan (Abas) merupakan permainan elite politik untuk mendapatkan nilai jual lebih. Menurutnya, elite politik dari daerah tersebut akan mempunyai nilai tawar lebih dengan memunculkan isu tersebut ke permukaan.
“Ini menjadi instrumen politik. Jadi, isu tersebut dapat menjadi tekanan bagi Pemerintah Aceh untuk mengakomodir elite dari daerah sana. Bisa saja untuk menjadi orang kedua di Aceh ini,” kata Nurzalin saat dihubungi portalsatu.com, Selasa, 9 Februari 2016.
Kepala Pusat Studi Ekonomi, Sosial dan Politik Universitas Malikulsaleh ini menyayangkan munculnya wacana pemekaran Aceh yang dinilai hanya akan merugikan rakyat kecil. Para elite politik yang memunculkan wacana tersebut dari tahun ke tahun memanfaatkan permasalahan pemerataan pembangunan.
Itu sebabnya, Nirzalin berharap ke depan Pemerintah Aceh harus lebih memerhatikan segala aspek dan mengedepankan pemerataan pembangunan.
“Saya rasa jika pembangunan sudah merata, maka isu ini akan hilang dengan sendirinya, dan bagi saya Aceh akan lebih baik jika terus bersatu,” kata Doktor Sosiologi lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.[](bna)