SERANGAN serentak pasukan Resimen Istimewa Medan Area (RIMA) dari Aceh berhasil mengusir Belanda dari Medan. Belanda lari ke bagian selatan setelah berhasil menembus pertahanan pasukan Mayor Martinus Lubis.
Â
Pada 8 Januari 1947, pasukan dari Batalyon Istimewa Divisi Rencong di bawah pimpinan Nyak Neh selaku Panglima Divisi dan stafnya berangkat ke Front Medan Area dengan senjata lengkap. Pasukan dari Aceh ini dikerahkan untuk membantu pertahanan di Sumatera Timur.
Â
Pasukan Nyak Neh ini dilengkapi dengan meriam Penangkis Serangan Udara (PSU), meriam Penangkis Serangan Pantai (PSP), mortal, bom dan granat. Batalyon Istimewa Divisi Rencong ini ditempatkan di Fron Medan Area Barat di Kampung Lalang, berdampingan dengan pasukan meriam yang dipimpin Nukum Sanany yang dikirim dari Aceh ke sana pada 24 Desember 1946.
Â
Pertahanan di Front Barat Medan Area inilah, pertahanan yang paling kuat, sehingga tantara Sekutu/Belanda tidak pernah bisa masuk ke Aceh. Belanda mengakui bahwa pertahanan di Kampung Lalang merupakan pertahanan pejuang republik satu-satunya yang sukar dihadapi oleh Belanda.
Â
Kisah heroisme para pejuang Aceh di perang front Medan Area tersebut bisa dibaca dalam buku Jihad Akbar Medan Area yang ditulis Amram Zamzamy dan buku Pasukan Meriam Nukum Sanany yang ditulis oleh B Wiwoho berdasarkan cerita langsung dari Nukum Sanany.
Â
Pada 15 Februari 1947, gabungan pasukan dari Aceh dalam kesatuan Resimen Istimewa Medan Area (RIMA) menyerang secara serentak ke markas Belanda di front Medan Area. Serangan dilakukan pada pukul 06.00 pagi. Serangan tersebut dipimpin oleh Kapten Hanafiah, ikut juga satu kompi Laskar Rakyat. Pasukan ini menyerang serentak di bawah perlindungan tembakan meriam pasukan Divisi Gajah I.
Â
Pada waktu yang sama, Batalyon III RIMA yang dipimpin Kapten Ali Hasan AS menyerang pasukan Belanda di daerah koridor Medan-Belawan. Serangan juga dilakukan Batalyon II RIMA pimpinan Nyak Adam Kamil ke daerah Helvetia dan sekitarnya. Dalam serangan tersebut kawasan Helvetia berhasil direbut, setelah pasukan Belanda dipukul mundur.
Â
Â
Sementara sektor barat dan utara diserang oleh pasukan Komandan RIMA, Mayor Hasan. Sedangkan serangan di bagian selatan dipimpin oleh Mayor Martinus Lubis. Pasukan Belanda yang terkepung dan digempur dari segala arah, melarikan diri ke arah Selatan.
Â
Untuk bisa lolos dari gempuran tersebut, pasukan Belanda menerobos pertahanan di bagian selatan dengan serangan mortir dan howitzer, diikuti dengan serangan pasukan infantri dengan perlindungan brencarrier. Hal ini membuat pasukan Indonesia di bagian selatan kwalahan, sehingga harus mundur jauh. Pasukan Belanda berhasil kabur setelah menerobos pertahanan di bagian selatan front Medan area. Dalam serangan itu Mayor Martinus Lubis yang bertahan di bagian selatan gugur.
Â
Sementara di sektor barat-utara pasukan RIMA yang berhasil memukul mundur pasukan Belanda, memperluas serangan ke pusat kota Medan dan Belawan. Setelah berhasil menguasi kota Medan dan Belawan, pada pukul 18.00 pasukan dari Batalyon III RIMA melanjutkan serangan ke Labuhan berlanjut ke Titi Papan, Titi Pahlawan, Kota Bangun dan daerah sekitarnya. Puncak serangan dilakukan pada pukul 19.00, sehingga pada pukul 21.00 daerah-daerah yang diserang tersebut berhasil dikuasai dan dipertahankan.
Â
Namun esoknya, pada 16 Februari 1947, padan pukul 07.00 pagi, pasukan Kompi II dan Kompi III dari Batalyon III RIMA pimpinan Letnan Muda Yahya Hasan dan Letnan Muda Amir Yahya, terkepung karena terlalu jauh menyusup ke daerah segi tiga Titi Papan-Mabar dan komplek perkebunan Mabar.
Â
Dua peleton pasukan yang terkepung tersebut posisinya sangat mengkhawatirkan, karena Belanda menggunkan tank, pasukan infantri dan dilindungi oleh pesawat pengebom dari udara.
Â
Menurut Teuku Alibasjah Talsya dalam buku Modal Perjuangan Kemerdekaan, terkepungnya dua peleton pasukan tersebut disebabkan karena pasukan Batalyon I RIMA yang berkedudukan di kampung Lalang dan Batalyon II RIMA di Kerambi Lima, pada pukul 24.00 mengundurkan diri kembali ke tempat semula, tanpa memberitahu ke Batalyon III RIMA, sehinga Batalyon III RIMA terus bertahan di daerah yang telah dikuasai sesuai dengan perintah semula.
Â
Untuk membebaskan dua peleton pasukan yang terkepung tersebut, pasukan TRI melakukan tembakan meriam ke arah pasukan Belanda. Dalam suasana genting tersebut, kedua peleton pasukan yang terkepung berhasil meloloskan diri ke perkebunan Saentis Medan Timur. Tapi dua tentara tewas, tujuh luka berat, 4 luka ringan. Kedua peleton pasukan itu kemudian kembali ke posnya pada 18 Februari 1947.[]Sumber: steemit
Penulis: Iskandar Norman