Kamis, September 19, 2024

Aceh Tambah Medali Perunggu...

KUTACANE - Tim arung jeram Aceh menambah medali perunggu dari nomor lomba Slalom...

Aqil Fadhillah Pimpin Gapensi...

SUBULUSSALAM - Aqil Fadhillah Aradhi dipercayakan memimpin Gabungan Pelaksana Kontruksi Nasional Indonesia (Gapensi)...

Diwarnai Protes Sumut, DKI...

KUTACANE - Kontigen Sumatera Utara melayangkan protes keras terhadap DKI Jakarta terkait adanya...

Polisi Gayo Lues Akan...

BLANGKEJEREN - Akun-akun palsu di media sosial facebook mulai bermunculan di Kabupaten Gayo...
BerandaKopiah Meukutop 'Ramaikan'...

Kopiah Meukutop ‘Ramaikan’ Idulfitri di Aceh, Ini Asal Usul Namanya

BANDA ACEH – Kopiah meukutop bakal menghiasi suasana hari raya Idulfitri di Aceh. Kopiah khas Aceh ini mulai 'ngetren' di Kota Banda Aceh dan sekitanya. Bukan hanya di kalangan orang tua, kopiah ini juga mulai diminati anak muda di Tanah Rencong.

Amatan portalsatu.com di sejumlah warung kopi di Banda Aceh, banyak warga memakai kopiah khas Aceh ini. Di tempat-tempat ibadah juga banyak jemaah menggunakan kopiah tersebut, terutama saat salat lima waktu. 

Pemerhati sejarah dan kebudayaan Aceh, Tarmizi Abdul Hamid akrab disapa Cek Midi, mengisahkan nama kupiah ini dahulunya disebut oleh Belanda pada masa penjajahan dengan sebutan tungkop. Hal itu karena memang tempat perajin kopiah ini di daerah Tungkop, Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Pidie. 

“Belanda dulu menyebut tungkop, karena memang dibuat di Tungkop, satu-satunya yang ditujukan oleh Sultan Aceh di Tungkop Kecamatan Indrajaya, Pidie,” kata Cek Midi kepada portalsatu.com di salah satu warung kopi di kawasan Lampineung, Banda Aceh, belum lama ini.

Cek Midi mengatakan, pada kopiah meukutop ini sudah melekat identitas Aceh, maka siapa yang memakainya harus bisa menjaga kebudayaannya. “Peci ini sudah melekat identitas Aceh sepenuhnya. Jadi, siapa saja yang memakainya wajib menjaga budaya Aceh,” ujarnya.

Menurut Cek Midi, warna, corak dan motif pada kopiah tersebut memiliki makna tersendiri. Merah berarti kepahlawanan, warna kuning kenegaraan, hitam hukum, dan hijau bermakna agama dan lingkungan. “Kalau bentuk tangga, tangga pertama hukum, kedua adat, ketiga qanun, dan keempat reusam,” jelasnya.

Cek Midi merupakan yang pertama kali menggalakkan kopiah meukutop ini pada 2016 silam. Di berbagai acara dan kesempatan, ia selalu menggunakan kopiah meukutop. “Alhamdulillah sekarang sudah ramai dipakai oleh masyarakat Aceh,” pungkasnya.[]

Baca juga: