Oleh: Alwi Shahab
Saat hendak memasuki ruang depan di tempat kelahirannya, bagi yang beragama Islam diminta lebih dulu untuk membaca surah al-Fatihah bagi arwah almarhum. Sesudah membuka sepatu atau sandal, kita memasuki rumah yang lantainya terbuat dari papan.
Rumah ini dibangun oleh ayahnya pada 1926, seorang pelaut dari Lhokseumawe, Aceh Utara, yang datang ke Pulau Pinang setahun setelah menikah dengan Che Mah binti Hussein, penduduk setempat. Di bagian dalam rumah, terdapat ruang pameran yang memamerkan aspek-aspek kehidupan P Ramlee semasa remaja.
Di kamar saat P Ramlee lahir pada 1929, terdapat sebuah tempat tidur dengan kelambu. Tidak ketinggalan sebuah peti besi yang merupakan tempat menyimpan pakaian bagi keluarganya.
Di ruang dapur terdapat perkakas rumah tangga, seperti piring, gelas, sendok, dan garpu. Juga, terdapat dandang untuk memasak dengan kayu bakar.[]