Kamis, September 19, 2024

Pilkada 2024, Jumlah Pemilih...

LHOKSEUMAWE - Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Lhokseumawe menggelar rapat pleno rekapitulasi Daftar...

Jawa Barat Juara Umum...

KUTACANE - Kontingen Jawa Barat cabor arung jeram boyong delapan medali emas sebagai...

Permudah Masyarakat Sampaikan Aspirasi,...

SUBULUSSALAM - Sekretariat DPRK Subulussalam melaksanakan sosialisasi fasilitas Pusat Layanan Aspirasi Masyarakat (PusLAM)...

Penonton Membeludak Pertandingan Terakhir...

KUTACANE - Penonton membeludak di venue arung jeram Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI...
BerandaPenempatan TPA Uwer...

Penempatan TPA Uwer Tetemi Telah Sesuai Prosedur

TAKENGON – Penolakan sebagian warga di sekitar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Uwer Tetemi Kecamatan Silih Nara Kabupaten Aceh Tengah telah mengakibatkan menumpuknya sampah di Kota Takengon. Beberapa warga sekitar TPA (Kampung Mulie Jadi dan Genting Gerbang) mengaku merasa terganggu dengan keberadaan lalat yang mendadak banyak di lingkungan mereka, bahkan ada warga yang meragukan legalitas keberadaan TPA.

Namun, Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin, menegaskan penempatan TPA Uwer Tetemi sudah sesuai dengan prosedur. Tempat pembuangan akhir ini bahkan sudah mulai direncanakan sejak 2012 lalu.

“Untuk tahap awal perencanaan dilakukan survey kelayakan lokasi, dari Pemda ajukan 3 titik kepada Dinas Cipta Karya Aceh untuk dibangun TPA dengan dukungan dana dari pemerintah pusat,” kata Nasaruddin di hadapan sejumlah elemen masyarakat dalam satu pertemuan yang membahas penanganan sampah di Kota Takengon, Sabtu, 30 April 2016.

Penunjukkan TPA Uwer Tetemi yang tepatnya berlokasi di Kampung Mulie Jadi juga dilakukan setelah adanya kajian ilmiah dari tim asal Universitas Syiah Kuala.

“Setelah dinilai lokasi sekarang di Kampung Mulie Jadi yang paling layak, jauh dari rumah penduduk, jarak yang tidak dekat dengan sumber dan aliran air serta persyaratan lainnya,” ujar Nasaruddin.

Nasaruddin mengatakan TPA dibangun pada 2015 setelah melalui proses kajian lingkungan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL dan UPL). Namun dia mengakui ada kelemahan pengelolaan TPA Uwer Tetemi diawal operasionalnya, karena alat berat yang menjadi pelengkap TPA baru dianggarkan tahun 2016. Sehingga pengelolaan TPA secara sanitary landfill belum dapat berjalan dengan baik

“Selama ini untuk meratakan dan menutupi TPA dengan tanah dilakukan peminjaman alat berat instansi lain, bahkan ada yang sengaja disewa, sehingga tidak optimal. Ini kita akui ada kelemahan, karena alat berat yang ditempatkan di TPA secara permanen masih dalam proses pengiriman,” kata Nasaruddin.

Namun Pemda setempat mengevaluasi dengan cepat rasa tidak nyaman masyarakat, terutama keluhan lalat dengan menyemprot dan menghentikan sementara pembuangan sampah ke Uwer Tetemi.

“TPA Uwer Tetemi sudah memenuhi standar, apanya yang kurang, akan terus dilengkapi dan dipenuhi, karena itu kami mengajak masyarakat untuk mengutamakan kepentingan publik dan satu persepsi agar TPA dapat berfungsi sedia kala, dengan begitu masalah sampah dapat teratasi,” kata Nasaruddin.[](adv)

Baca juga: