Minggu, September 8, 2024

Panwaslih Aceh Paparkan Hasil...

LHOKSEUMAWE - Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih/Bawaslu) Provinsi Aceh menggelar sosialisasi hasil pengawasan dan...

Pemkab Agara: Masyarakat Bisa...

KUTACANE - Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara menyatakan masyarakat bisa menonton pertandingan cabang olahraga...

Ulama Aceh Tu Sop...

JAKARTA – Inna lillahi wa innailaihi rajiun. Aceh berduka. Ulama kharismatik Aceh, Tgk....

Fraksi Megegoh Terbentuk Pada...

SUBULUSSALAM - Partai Aceh, Partai Nasdem, dan Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Subulussalam hari ini...
BerandaInspirasiPesan Umar bin...

Pesan Umar bin Abdul Aziz dan Pentingnya Puasa Syawal

“Siapa yang tidak memiliki sesuatu untuk disedekahkan, maka berpuasalah.” Pesan ini disampikan Umar bin Abdul Aziz, salah satu khalifah di era Dinasti Umayyah.

Menurut Imam sekaligus pengkhutbah di Masjid Sayyidah Zainab Kairo Mesir, Dr. Abdullah Azab, pernyataan Umar bin Abdul Aziz itu bermakna bahwa jika seorang Muslim tidak mempunyai sesuatu yang bisa diberikan sebagai bentuk sedekah, maka hendaklah berpuasa.

“Artinya di sini, puasa menjadi penebus perbuatan-perbuatan yang buruk,” kata Abdullah.

Dalam hal itulah, puasa Syawal ibarat shalat sunah yang melengkapi atau menutup kekurangan pada shalat fardu. Di Hari Kiamat kelak, Allah SWT akan menanyakan shalat sunah yang dikerjakan seorang hamba jika shalat fardunya memiliki kekurangan.

Dari Abu Hurairah Hurairah RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali akan dihisab kelak pada hari kiamat adalah shalatnya.”

Rasulullah melanjutkan, “Allah SWT berfirman kepada para malaikat-Nya, sedangkan dia lebih mengetahui. ‘Lihatlah shalat hamba-Ku, sudahkah dia melaksanakannya dengan sempurna ataukah terdapat kekurangan? Bila ibadahnya telah sempurna maka tuliskanlah untuknya pahala yang sempurna pula.’ Namun bila ada sedikit kekurangan darinya, maka Allah berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunah dan bila dia memiliki shalat sunah maka Allah berfirman sempurnakanlah untuk hamba-Ku kekurangannya pada shalat wajib dengan shalat sunahnya.’ Demikian semua ibadah akan menjalani proses yang serupa.”

Abdullah menjelaskan seorang Muslim yang melanjutkan puasa setelah Ramadhan, dalam hal ini puasa Syawal, maka ini menjadi tanda diterimanya puasa yang dikerjakan selama bulan suci Ramadhan.

“Karena jika Allah SWT menerima amal ibadah seorang hamba, maka Dia membimbing hamba tersebut ke amal saleh berikutnya. Pahala untuk suatu kebaikan membuahkan kebaikan setelahnya,” kata Abdullah.

Menurut Abdullah, di dalam puasa juga tersimpan rasa syukur atas nikmat kesempurnaan. Generasi salaf, jika mereka mampu menghabiskan satu malam dengan amal ibadah, maka dilanjut dengan menunaikan ibadah puasa sebagai rasa syukur atas keberhasilan melaksanakannya.

“Amal ibadah yang dikerjakan pada Ramadhan tidak terputus. Ketaatan setelah bulan suci itu adalah bukti bahwa puasa yang dikerjakan selama Ramadhan bukanlah beban,” tuturnya.[]Sumber: republika.co.id

 

Baca juga: