Kamis, September 19, 2024

Aceh Tambah Medali Perunggu...

KUTACANE - Tim arung jeram Aceh menambah medali perunggu dari nomor lomba Slalom...

Aqil Fadhillah Pimpin Gapensi...

SUBULUSSALAM - Aqil Fadhillah Aradhi dipercayakan memimpin Gabungan Pelaksana Kontruksi Nasional Indonesia (Gapensi)...

Diwarnai Protes Sumut, DKI...

KUTACANE - Kontigen Sumatera Utara melayangkan protes keras terhadap DKI Jakarta terkait adanya...

Polisi Gayo Lues Akan...

BLANGKEJEREN - Akun-akun palsu di media sosial facebook mulai bermunculan di Kabupaten Gayo...
BerandaNewsSaid Akram: Seni...

Said Akram: Seni Pahat Batu Aceh Luar Biasa, Bukti Ada Maestro Era Kesultanan, Sekarang?

BANDA ACEH – Maestro Kaligrafi Aceh, Said Akram, mengatakan seni ukir, seni pahat pada kayu dan batu, dan kaligrafi berkembang pesat pada zaman Kesultanan Samudra Pasai dan Aceh Darussalam hingga telah melahirkan banyak ahli.

Menurut Said, hal itu terlihat dari sejumlah bukti sejarah, baik lewat batu nisan maupun manuskrip kuno pada dua era tersebut. Dia menilai pahatan dan kaligrafi yang terdapat pada manuskrip, rumah adat, dan batu nisan Aceh memiliki kualitas tinggi serta corak berbeda dengan daerah lainnya di nusantara.

“Kita lihat batu ukir Aceh ini luar biasa, kemanapun kita keliling tidak ada seperti ini, berarti kan ada ahlinya, ada maestronya zaman dulu di Aceh, sekarang kemana, kok hilang? Ini barangkali panitia ada kerinduan tentang itu dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan ‘kok bisa?’ Begitu juga dengan seni ukir pada kayu, rumah Aceh kan penuh dengan ukiran, sekarang juga hilang, jadi kreativitas semacam hilang, jadi budaya itu terkikis,” kata Said saat menjadi kurator dalam pameran foto seni ukir dan pahat Aceh pada batu dan kayu, dan lukisan pada kertas digelar di Taman Budaya dan Seni Aceh, Jumat, 26 Maret 2021.

Pameran foto seni ukir pembukaan

Menurut Said, pada masa kesultanan, ketiga karya seni itu tidak terpisahkan dari masyarakat. Hal itu terlihat dari rumah ibadah dan rumah adat yang dipenuhi ukiran seni. Pahatan dan ukiran seni pada masa itu ornamen flora.

“Ada beberapa elemen yang dipadukan tidak satu macam. Ada satu bidang ukiran bisa jadi enam jenis ornamen flora. Refleksi dari yang diukir ini tentu dari alam bagaimana mereka transformasikan ke dalam ukiran yang terjadi dua sampai tiga dimensi. Kemudian prosenya lagi, nah di situ ada lagi ahli di bidang desain. Kalau kita bandingkan dengan ukiran lain bagus sekali, bukan pemula yang mulai. Berarti beberapa abad yang lalu kita sudah punya ahli di bidang ukir ini, enggak bisa kita pungkiri bukti sejarah yang ada di pameran ini,” ujarnya.

Namun, kata Said, beberapa tahun terakhir karya seni ukir dan pahat pada kayu dan batu mulai terkikis. Hal itu bisa disebabkan banyak faktor, salah satunya karena penjajahan dan konflik berkepanjangan di Aceh.

“Barangkali faktornya banyak hal, kita kan dilanda konflik terus, di penjuru bumi manapun kalau terjadi konflik banyak hal yang hilang, banyak hal yang mematikan, bahkan pendidikan secara umum sekalipun. Setelah dilanda konflik kondisi pendidikan kita kan menurun hingga berada pada titik bawah di antara provinsi lain, di situ termasuk item seni, dan lainnya,” katanya.

Said mengatakan agar karya seni ini tetap terjaga dibutuhkan pembinaan muda-mudi Aceh terutama dalam bidang pahat dan ukir pada kayu dan batu.

“Kita harapkan ke depan kita harus mengejar ketertinggalan, karena kalau kita lihat genetik orang Aceh pintar. Terbukti masa lalu, zaman kesultanan yang kita banggakan kita menguasai hingga ke daratan Malaysia ini berkat keberanian dan kemampuan kita,” katanya. [] (*)

Lihat juga: Kunjungi Pameran Foto Seni Ukir dan Kaligrafi Aceh, Ini Komentar Guru dan Siswa SMP

Baca juga: