__Pada kondisi kekinian, the Power of Hijrah mesti dapat membalikkan keterpurukan kita dari level pendidikan dan kepemimpinan ummat__
Oleh: Taufik Sentana*
Hijrah telah berhasil menjadi bagian dari keberlanjutan dakwah risalah Islam. Artinya, hijrah tidak semata dipandang dari sudut sejarah,tetapi menjadi pintu pembaruan menuju perbaikan dan cahaya. Bahkan menuju pembangunan masyarakat yang melampaui Civil Society , terbangun pola tatanan masyarakat dalam pilar tauhid, amal ma'ruf nahi mungkar dan mercu suar peradaban kemanuasian.
Memang, tiada lagi hijrah setelah Fathul Makkah. Namun islah, perbaikan dan seruan ke jalan risalah para nabi mesti terus digaungkan. JanjiNya, “pastilah kehidupan akhirat itu lebih baik dari dunia”, menjadi jungkat jungkit pencarian kita menuju hakikat hijrah dan mencapai kestabilan.
Bila kita kembalikan ke relevansi hijrah dengan kehidupan modern kita, maka kita melihat siklus dan gelombang antara hak dan batil yang saling tarik, mengisi ruang kosong kepahaman dan kepemimpinan kita. Inilah hijrah kultural kita yang mencakup penjabaran dan integrasi Islam dalam nilai keseharian.
Maka sangat nyaring terdengar kalimat hikmah, Fi ayyi ardhin tatha' wa anta masul an Islamiha. Dimanapun kaki berpijak, engkau berperan dalam menjabarkan nilai Islam.
Inilah satu poin power dalam spirit hijrah. Dengan penguatan klimaks bahwa kondisi sosial-politik Makkah mesti tetap dalam visi semangat Tauhid yang implementasikan pasca hijrah ke Madinah.
Dari the power of hijrah pula yang melahirkan transmisi kebudayaan Islam yang menghias masa kegelapan pengetahuan saat itu. Islam menjadi cahaya yang menjembatani warisan keilmuan Yunani hingga berwujud pada spektrum pengetahuan berbasis bismi rabbik:otonom, kreatif dan produktif serta berdampak rahmatan lil alamin. Hingga sampai pada kegemilangan peradaban yang tercatat memberikan dampak ke kebangkitan Eropa dan apa yang kita capai sekarang.
Pada kondisi kekinian, the power of hijrah mesti dapat membalikkan keterpurukan kita dari level pendidikan dan kepemimpinan ummat. Lalu melepas jubah dan sekat perbedaan menjadi pakaian ukhuwah serta mucullah sinaran Islam yang mewarnai zaman. Jadi, bukan semata hijrah secara individual, melainkan terkonfirmasi pada perbaikan pranata sosial kita.[]
*Praktisi pendidikan Islam
Menyusun Buku Hijrah Pendidikan.