Kamis, September 19, 2024

Aceh Tambah Medali Perunggu...

KUTACANE - Tim arung jeram Aceh menambah medali perunggu dari nomor lomba Slalom...

Aqil Fadhillah Pimpin Gapensi...

SUBULUSSALAM - Aqil Fadhillah Aradhi dipercayakan memimpin Gabungan Pelaksana Kontruksi Nasional Indonesia (Gapensi)...

Diwarnai Protes Sumut, DKI...

KUTACANE - Kontigen Sumatera Utara melayangkan protes keras terhadap DKI Jakarta terkait adanya...

Polisi Gayo Lues Akan...

BLANGKEJEREN - Akun-akun palsu di media sosial facebook mulai bermunculan di Kabupaten Gayo...
BerandaTradisi Meugang yang...

Tradisi Meugang yang Dirindukan

Hmm… aroma Ramadan mulai mengusik indera. Baunya, rasa-rasanya seperti uap kuah daging yang dimasak Ibu di hari meugang. Ya, hari meugang yang selalu kutunggu-tunggu. Hari paling istimewa di dalam hidupku. Dan aku yakin istimewa pula bagi masyarakat Aceh pada umumya.

Meugang atau makmeugang adalah istilah khusus yang dipakai masyarakat Aceh untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Makmeugang ini ditandai dengan 'pesta daging' sehari atau dua hari sebelum puasa dimulai. Disebut juga sebagai meugang sa atau meugang dua. Di Aceh tradisi ini sudah terjadi turun menurun sejak zaman Kerajaan Aceh dulu. Tak berlebihan jika kukatakan terasa hambar menyambut puasa tanpa tradisi meugang ini. Tradisimeugang semacam simbol suka cita umat Islam di Aceh dalam menyambut bulan suci Ramadan.

Secara teknis meugang dilakukan tiga kali dalam setahun. Yaitu menjelang Ramadan, menjelang hari raya Idul Fitri dan menjelang hari raya Idul Adha. Inilah momen paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat Aceh selain hari besar Islam.

Mudah sekali mengenali sedang berlangsungnya meugang di Aceh. Pasalnya pasar akan tumpah ruah dengan manusia yang turun dari berbagai pelosok. Tujuan utama mereka utamanya adalah pasar daging, pasar ikan dan pasar sayur. Kita akan melihat orang tua muda berdesakan untuk membeli daging. Entah itu daging sapi, daging kerbau atau unggas, juga ikan basah sebagai pelengkap belanjaan. Umumnya memang kaum pria, meski tak sedikit juga kaum perempuan yang turun ke pasar untuk berbelanja daging.

Lorong-lorong pasar yang dilalui seolah menebarkan aroma daging yang segar. Juga aura kegembiraan dari wajah-wajah orang yang lalu-lalang. Alkhususan para pedagang yang kebanjiran pembeli.

Di hari meugang setiap rumah yang kita lewati otomatis akan menebarkan aroma kuah daging yang dimasak dengan berbagai macam rupa. Seperti asam keuengmasak putehmasak mirah, semur, sop, rendang, atau daging goreng bercampur bawang dan cabai, seperti yang tak pernah absen di meja makan kami. Setiap orang yang berpapasan di jalan pasti akan menyapa dengan kalimat seumpama, “peu ka masak sie?” atau “peu ka lheuh bu meugang?”

Selengkapnya klik >>>

Baca juga: