LHOKSEUMAWE – Para karyawan Perusahaan Daerah Air Minum Ie Beusaree Rata melakukan penyegelan pintu pagar kantor PDAM itu di kawasan Rancong, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, Selasa, 2 Maret 2021, siang. Aksi itu sebagai bentuk protes lantaran manajemen PDAM belum membayar gaji 37 karyawan selama 14 bulan.
Salah seorang karyawan PDAM Ie Beusaree Rata, Saiful Nawas, dihubungi portalsatu.com via telepon seluler, Selasa sore, mengatakan aksi protes itu bagian dari mosi tidak percaya terhadap pimpinan perusahaan. “Lebih kurang satu tahun dua bulan (14 bulan) belum dibayar gaji kami. Sampai sekarang tidak ada kejelasan kapan akan dibayar,” ujarnya.
“Kita juga sangat menyesalkan ketika dikeluarkan statement oleh Direktur PDAM, apabila ada keluar bantuan dana APBK Lhokseumawe untuk membantu PDAM pada tahun 2021, maka gaji karyawan yang menunggak itu tidak akan dibayarkan. Alasannya nanti akan dicatat sebagai piutang perusahaan, kemudian dengan tujuan untuk meningkatkan disiplin. Terus dia (direktur) akan membayar gaji bulan berjalan ini. Tentu kami merasa dirugikan,” kata Saiful Nawas.
Saiful menyebut selama ini pihaknya tetap berusaha hadir ke kantor PDAM untuk bekerja, tetapi akhirnya malah mendengarkan pernyataan seperti itu yang membuat para karyawan semakin kecewa.
(Foto: Istimewa)
Menurut Saiful, tunggakan gaji 37 karyawan PDAM itu selama 14 bulan jika ditotalkan hampir mencapai Rp150 juta per bulan. Perwakilan karyawan sudah menyampaikan persoalan ini kepada Komisi C dan D DPRK Lhokseumawe pada 25 Februari 2021. “Ketika itu kami juga menyampaikan sedikit ultimatum bahwa kami menunggu adanya tindak lanjut dari pimpinan PDAM sampai Senin, 1 Maret 2021 (kemarin)”.
“Karena tidak ada tanggapan, sehingga hari ini (Selasa) kami melakukan aksi dan juga menghentikan operasional suplai air (PDAM) untuk wilayah Kecamatan Muara Satu. Kita hentikan dari juru bayar kasir, kantor kami tutup (segel) dan juga pengolahan. Ini kita lakukan sampai ada tanggapan dari pihak Pemkot Lhokseumawe untuk dapat ditindaklanjuti,” ujar Saiful.
Saiful menambahkan hal itu dilakukan karena para karyawan sudah kehabisan kesabaran menunggu pembayaran gaji. “Padahal, selama ini kami bekerja rutin, seperti operator maupun pelayanan pelanggan dan kasir tetap berjalan”.
“Minimal begini (dengan harapan), kalau ada dana operasional untuk perusahaan, paling tidak ketika ada keluarga kita (karyawan) yang mengalami sakit bisalah mendapat bantuan dari perusahaan. Misalnya, bisa dibantu sekitar Rp500 ribu. Tapi, sekarang jangankan berurusan dengan itu, kami sendiri juga sudah tidak tahu arah bagaimana. Kita berharap ke depan ada solusi dan segera terselesaikan,” tutur Saiful Nawas.[]