Kamis, September 19, 2024

Ratusan Santri Lhokseumawe Dukung...

LHOKSEUMAWE – Ratusan santri (putra dan putri) se-Kota Lhokseumawe menyatakan sikap mendukung bakal...

Pilkada 2024, Jumlah Pemilih...

LHOKSEUMAWE - Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Lhokseumawe menggelar rapat pleno rekapitulasi Daftar...

Jawa Barat Juara Umum...

KUTACANE - Kontingen Jawa Barat cabor arung jeram boyong delapan medali emas sebagai...

Permudah Masyarakat Sampaikan Aspirasi,...

SUBULUSSALAM - Sekretariat DPRK Subulussalam melaksanakan sosialisasi fasilitas Pusat Layanan Aspirasi Masyarakat (PusLAM)...
BerandaAntara Menyerah dan...

Antara Menyerah dan Pasrah

Bila memandang dari perspektif hidup yang luas, maka kehidupan tak pernah menerima siapapun yang menyerah. Artinya yang menyerah akan tersingkir, dan panggung hidup terus tegak. Entah oleh kebaikan atau keburukan. Entah itu diisi oleh orang baik atau orang buruk. Sejarah banyak menunjukkan tarik-menarik antarkeduanya (baik dan buruk).

Adapun pasrah, adalah kondisi mental yang berpaut diantara lemah dan kuat. Pasrah, berserah diri, bisa bermakna aktif dan pasif. Pada poin ini, pasrah sebagai sarana penerimaan diri setelah puncak usaha. 

Sedangkan menyerah, lebih pada aspek penarikan diri untuk terlibat, berpartisipasi dan “menggerakkan” hidup: Berlepas dari tanggung jawab dan peran utama. Sebagian membedakan antara menyerah dan mengalah, walau sama pada substansinya: yang meyerah akan terabaikan.

Agak berbeda dengan pasrah, ia sebagai sikap batin yang terkondisi pada “kekuatan” tertentu, seperti telah “mewakilkan” keadaannya pada Kekuatan Tinggi. Tentu ini hanya berlaku setelah usaha relevan dan memadai, bukan pasrah yang pasif.

Hidup sebagai rahmatNya,  mungkin masih menyisihkan kebaikan bagi yang pasrah dengan tepat, tapi bagi yang menyerah begitu saja, akan dibius oleh negatifitas dan apatis. 

Atau, apakah ada  kata menyerah untuk kebaikan (menyisakan i'tikad di hati)?
Agaknya sangat jarang.[]

Taufik Sentana
Peminat kajian Psikologi Populer.

Baca juga: