Kamis, September 19, 2024

Aceh Tambah Medali Perunggu...

KUTACANE - Tim arung jeram Aceh menambah medali perunggu dari nomor lomba Slalom...

Aqil Fadhillah Pimpin Gapensi...

SUBULUSSALAM - Aqil Fadhillah Aradhi dipercayakan memimpin Gabungan Pelaksana Kontruksi Nasional Indonesia (Gapensi)...

Diwarnai Protes Sumut, DKI...

KUTACANE - Kontigen Sumatera Utara melayangkan protes keras terhadap DKI Jakarta terkait adanya...

Polisi Gayo Lues Akan...

BLANGKEJEREN - Akun-akun palsu di media sosial facebook mulai bermunculan di Kabupaten Gayo...

[Cerita Bersambung] KAPTEN LET PANDE: Episode 8

KAPTEN LET PANDE
Episode 8 – Cerita Bersambung – Novel Serial

Karya: Thayeb Loh Angen

Puluhan ribu tenda para tentara berbaris di sana mulai digulung. Sejak kemarin, keluarga tentara dilarang mengunjungi tenda-tenda itu. Sultan telah tiba. Pagi ini, seratus ribu tentara diberangkatkan ke Selat Melaka. Selain Sultan Aceh, hanya seratus orang pemimpin batalyon yang diizinkan membawa keluarga ikut rombongan.

Para pelaut melepaskan kapal-kapal mereka. Enam ratus armada itu mulai meninggalkan pantai, menyebar sejauh beberapa mil sekeliling, bergerak serentak. Laksamana mengatur jarak, letak, dan ruang antar kapal. Kapal Sultan Aceh berada di tengah, dikelilingi ratusan kapal lainnya. Kapal-kapal di bawah pimpinan Kapten Let Pande berada pada sayap kiri belakang. Dia tidak dapat melihat kapal paling depan karena berada di luar jangkauan mata.

Ada seratus batalyon yang ikut, masing-masing dipimpin oleh letnan kolonel. Mereka menerima perintah dari Laksamana Tinggi yang selama perjalanan selalu di samping Sultan.

“Kapten Let Pande. Karena kita di belakang, maka tidak memiliki kesempatan membunuh tantara Portugis, sudah habis dibantai oleh pasukan di depan,” Keurani Tapa melirik Kapten Let Pande yang meneropong kapal di depan mereka.

“Apa kaukira Portugis itu patung, tidak akan membalas serangan kita?”

“Aku lebih suka di depan, pasti dapat menyerang musuh. Kalau di belakang, belum tentu,” Keurani Tapa mengambil teropong dari Kapten Let Pande.

“Kalau aku, lebih suka di belakang, punya kesempatan menonton pertempuran sampai akhir,” Adib merebut teropong dari Keurani Tapa.

Kapal-kapal bergerak terus ke tenggara Bandar Aceh Darussalam. Menurut rencana, pasukan perang itu akan tiba di Melaka dalam lima belas hari. Dalam perjalanan, Sultan Aceh singgah di pelabuhan besar negeri-negeri lindungannya di Sumatra untuk dan menemui raja-raja mereka. Dia menegaskan perlindungannya kepada sekalian raja itu seraya meminta mereka bersiaga untuk mencegah musuh mendarat.

Setelah itu, Sultan Aceh memimpin rombongan ke Pulau Rupat. Di sana dibuat pangkalan militer darurat selama menyerang Portugis ke Melaka, untuk berjaga-jaga sekiranya penyerangan memakan waktu lebih banyak daripada yang diperkirakan.

Persediaan makanan yang dibawa pasukan perang itu cukup untuk seratus hari. Karena itulah kapal-kapal tidak dapat mengangkut orang lebih banyak. Selain beras, disediakan yang tahan lama. Ada dendeng, sie reuboh, dan keumamah. Berton-ton daging kering dan masak dari ribuan ekor lembu berada di kapal-kapal itu.

Baca juga: