BANDA ACEH – Antoligi cerpen Senjakala, sebuah antologi yang berisi karya-karya dari cerpenis Malaysia dan Aceh. Di antara enam belas karya tulis, satu berasal dari cerpenis Aceh, dengan judul ‘Mimpi Azis’, karya dari cerpenis Aceh, Syukri Isa Bluka Teubai.
“Buku antologi ini di awal bulan Desember 2018 dikirim dari Malaysia,” kata Syukri, Banda Aceh, Sabtu 15 Desember 2018.
Cerpen berjudul ‘Mimpi Azis’ yang ditulis Syukri di tahun 2017 itu, pada pertengahan bulan November lalu, kemudian dikirimnya ke Malaysia untuk dicetak dalam projek buku antologi cerpen yang berjudul ‘Senjakala’.
Kemudian penyelenggaranya, Tuan Tabir Alam (bukan nama sebenarnya) yang di Malaysia waktu itu memintanya untuk mengubah cerpen yang dikirimnya menjadi cerpen yang tidak ada dialog sama sekali di dalamnya. Syukri mengatakan pada tahun 2015, adalah awal-mula sejarah menjalin hubungan dengan seniman-seniman yang ada di negeri jiran Malaysia. Waktu itu yang pertama dikenalnya adalah Tun Kreatif (bukan nama asli). Di tahun pertama kerjasama itu puisinya langsung diterima oleh Tun Kreatif.
“Saya kenal dengan beliau melalui media sosial Facebook, setelah kenal, ya, tentu membina komunikasi yang santun dan semustinya berhingga beliau mengarahkan saya untuk berkenalan dengan seniman yang ada di sana, semuanya melalui Facebook, berhingga sampai dengan hari ini. Alhamdulillah,” katanya.
Hingga sampai saat ini pun sebenarnya ia juga mulai berniat ingin menjalin kerjasama dengan penerbit lokal bahkan nasional. Namun ia mengakui masih belum berpengalaman soal bagaimana cara menjalin kerjasama dengan penerbit secara langsung.
Namun harapannya itu ia rasa masih membutuhkan usaha dan kerja keras untuk mewujudkannya karena ia belum punya karya tunggal (solo) satu pun baik itu antologi cerpen.
“Puisi, saya tidak menghitung lagi sudah berjudul berapa puisi puisi itu, yang jelas saya sudah mengumpulkannya menjadi dua buku dan siap dicetak, jika ada penerbit yang mahu bekerja sama. Begitu juga dengan cerpen, saya sudah mengumpulkannya ke dalam dua buah buku yang juga siap dicetak apabila ada siapa sahaja atawa penerbit yang mahu bekerja sama. Itu yang sudah saya kumpul menjadi buku dan ada lagi puisi dan cerpen yang belum saya kumpulkan menjadi buku, masih ada lagi,” kata Syukri.
Syukri mengatakan bahwa pertama ia memulai menulis sastra sudah sejak dari kelas tiga SMP di pesantren Modern Misbahul Ulum (PMMU), Paloh di tahun 2006. Namun waktu itu itu ia hanya tahu menulis dan menulis sahaja, belum tahu tulisan tulisan nya itu berkategori apa.
“Pada tahun 2015 saya baru belajar menulis di sekolah Sastra Hamzah Fansuri. Selama proses belajar di situlah saya baru memulai menulis puisi yang lebih berarah dan pertama menulis cerpen. Berhingga sesudah saya selesai menimba ilmu tulis-menulis dan ilmu jurnalistik di sekolah milik Thayeb Loh Angen, barulah saya tahu bahwa tulisan tulisan saya yang dulu itu, kategorinya ini dan itu,” katanya.
Alasan mengapa ia tertarik dengan dunia tulis-menulis (sastra), ia mengatakan dengan dunia tuli-menulis juga bisa berdakwah, tentunya lewat setiap puisi-puisi yang ditulis, atawa dari cerpen-cerpen, atawa dari apa sahaja yang ditulis adalah bisa memasukkan hal hal yang positif ke dalamnya.
Selama menekuni dunia tulis-menulis, ia memanfaatkan jasa dunia maya untuk berkenalan dengan sekalian seniman yang ada di dunia, terutama dengan seniman-seniman Aceh. Adakala juga berkenalan dengan para seniman Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, Thailand, Vietnam dan lainnya, dan karena ia menguasai bahasa Inggris dan Arab yang didapatnya sewaktu belajar di PMMU maka menjadikan menjadi mudah berkomunikasi dengan asing.
“Karya saya yang sudah dimuat, walau masih dalam antologi bersama, banyak, sudah belasan buku. Ya, hampir semua karya saya itu dimuat di Malaysia, ya hampir semuanya dimuat di negara Malaysia. Walau saya tidak memiliki hubungan kerjasama dengan kelompok atawa penerbit di Malaysia, hanya sahaja jika ada projek mereka selalu memberitahu saya, memang dan pastilah dan tidak dapat dipungkiri bahawa di awal-awal dulu saya meminta ikut untuk bisa dan boleh bergabung dengan mereka, Alhamdulillah mereka menyambut baik ‘iktikad saya berhingga sampai sekarang ini, Alhamdulillah dan terima kasih yang tak terhingga untuk sekalian seniman Malaysia, salam santun dari saya di Aceh,” kata Syukri.[]