Oleh: Taufik Sentana*
Katakanlah, DNA sebagai sistem sel tubuh yang terus berproses dan berkembang dalam organisme dengan rancangan visi. Tentu dalam inti sel itu ada energi, komunikasi, sinergi dan titah ilahiyah (pengetahuan menyebutnya sebagai titik Tuhan, God Spot).
Adapun kepemimpinan adalah daya potensial manusia dalam mewujudkan gambaran hidupnya, standar standar, nilai nilai dan puncak kebahagiaannya. Islam telah membingkainya dengan, misal, kekhalifahan di bumi, memakmurkan kehidupan bumi yang selaras dengan citra kehambaan.
Sabda Baginda yang menyebut “Kullukum Raa'in…”, mengindikasi bahwa setiap person membawa DNA kepemimpinan, gaya dan wataknya masing masing, yang tarik-menarik dengan lingkungannya. Sehingga secara pribadi, setiap diri memegang “titah kepemimpinan” dalam memuwujudkan visi khusus sesuai nilai yang diyakininya.
DNA itu mungkin, bisa redup dalam lingkup yang melemahkan, atau bahkan DNA itu bisa mengganas secara negatif menjadi kepemimpinan yang brutal, arogan dan merusak tananan harmoni hidup.
Idealnya, DNA kepemimpinan dan daya potensial kepemimpinan setiap diri adalah fitrawi, build in dalam penciptaan kita. Kepemimpinan dalam fase ini bagai perangkat lunak yang Disiapkan Pencipta (Allah swt) agar kehidupan didunia dapat bergerak dinamis, menantang, menggairahkan namun tetap khusu', rendah hati dan tunduk.[]
*Praktisi pendidikan Islam
Konsultan SDM.