spot_img
spot_img
BerandaEdukasi dan Sosialisasi tentang Penyakit Thalasemia Masih Minim

Edukasi dan Sosialisasi tentang Penyakit Thalasemia Masih Minim

Populer

LHOKSUKON – Jumlah penderita thalasemia di Aceh Utara merupakan yang tertinggi di Aceh. Meski thalasemia bukanlah penyakit menular, tapi penderita penyakit turunan (genetic) itu harus melakukan transfusi darah seumur hidup setiap bulan.

“Aceh termasuk memiliki jumlah penderita thalasemia tertinggi dengan angka mencapai 13,8 persen. Selain itu 8 persen dari total masyarakat Aceh merupakan carier thalasemia. Hingga saat ini kami sudah mendampingi 300 penderita thalasemia di Aceh, 27 anak di antaranya berasal dari Aceh Utara,” kata Founder LSM Darah Untuk Aceh, Nurjanah Husien kepada portalsatu.com, Rabu, 10 Maret 2016.

Ia mengatakan, penyebaran penyakit ini hanya bisa dilakukan dengan mencegah pemilik gen carier thalasemia sebaiknya tidak menikah dengan sesama pembawa sifat penyakit (carier). Karena perkawinan dua pembawa sifat penyakit ini bisa memungkinkan terlahir anak dengan thalasemia Mayor (thalasemia berat).

“Thalasemia belum bisa disembuhkan atau belum ada obatnya. Penderita thalasemia membutuhkan transfusi darah seumur hidup setiap bulan,” ujarnya.

Terkait kebutuhan darah, lanjutnya, di Banda Aceh ada 10 pendonor yang siap mendonorkan darahnya untuk satu anak penderita thalasemia secara bergantian. Biasanya dua hari sebelum berangkat orang tua si anak memberi kabar dan menanyakan terkait sok darah yang tersedia.

Ia menjelaskan, kelahiran penderita thalasemia dapat dicegah dengan dua cara melakukan screening pra nikah. Sehingga dapat diketahui apakah pasangan carier thalasemia atau tidak.

“Thalasemia merupakan fenomena gunung es yang terlihat sehat di permukaan. Di Aceh kesadaran masyarakat melakukan upaya pencegahan masih kurang akibat kurangnya edukasi dan sosialisasi dari dinas terkait dan pemerintah,” katanya.[](ihn)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita terkait

Berita lainya