Senin, September 9, 2024

Persaudaraan Masyarakat Brunei Darussalam...

BANDA ACEH - Berkenaan dengan berita duka cita, telah berpulang ke Rahmatullah seorang...

Peduli Terhadap Anak Yatim, Abu...

SUBULUSSALAM - Pimpinan Pondok Pesantren Babul Khairi, Desa Batul Napal, Sultan Daulat, Abu...

Masyarakat Gayo-Agara Gelar Kesenian...

KUTACANE - Dalam rangka melestarikan tari Saman hingga ke anak cucuk, masyarakat Gayo-Agara...

Panwaslih Aceh Paparkan Hasil...

LHOKSEUMAWE - Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih/Bawaslu) Provinsi Aceh menggelar sosialisasi hasil pengawasan dan...
BerandaNewsPada Angin Kami...

Pada Angin Kami Mengadu; Cara Mahasiswa Unigha Lepaskan Uneg-uneg

SIGLI – Mahasiswa Universitas Jabal Ghafur Pidie yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat untuk Penegerian Unigha (AMPUH) mengadakan pentas seni bertajuk “Pada Angin Kami Mengadu” pada Minggu sore, 14 Februari 2016 kemarin. Pentas seni ini sebagai aksi untuk menyampaikan ‘uneg-uneg’ mahasiswa dan masyarakat Pidie yang ingin Unigha segera dinegerikan.

“Pesan yang ingin kami sampaikan adalah pengelola dan yayasan membuka mata mereka terhadap desakan dari mahasiswa dan masyarakat, yang ingin Unigha negeri,” kata Koordinator Lapangan Wahyu Puasana melalui siaran pers, Senin, 15 Februari 2016.

Saat ini kata Wahyu, masyarakat Pidie menginginkan adanya sebuah universitas yang berkualitas di daerah penghasil kerupuk mulieng itu. Mereka juga ingin pihak yang bertikai antara pihak yayasan dan rektorat segera berdamai.

“Pertikaian tersebut menyiratkan perilaku kekanak-kanakkan, sekaligus satu sikap yang tak bertanggungjawab, kasus dualisme rektorat, drama pemblokiran bank, dan banyak lagi kelalaian pihak rektorat dan Yayasan Pembangunan Kampus Jabal Ghafur selama ini yang merugikan mahasiswa. Sudah sepatutnya orang-orang tua kami ini berpikir untuk memajukan Unigha lewat penegerian, bukan dengan saling mencari kambinghitam,” katanya.

Pemilihan tema “Pada Angin Kami Mengadu” kata Wahyu, berangkat dari kondisi di mana mahasiswa bingung harus mengadu dan menyampaikan keluhan mereka pada siapa terkait kondisi kampus yang karut marut. Acara itu diwarnai dengan penampilan musik akustik, orasi, aksi teatrikal, pembacaan hikayat dan musikalisasi puisi.

“Karut-marut di Unigha selama ini menunjukkan bahwa rektorat dan yayasan tidak beritikad baik dalam membangun sumberdaya manusia yang unggul di Pidie dengan fasilitas dan pelayanan pendidikan yang menyedihkan,” katanya.[](ihn)

Baca juga: