LHOKSEUMAWE – Kedalaman Pelabuhan Krueng Geukueh antara 7 hingga 9 meter telah memadai sebagai pelabuhan bongkar muat. Hanya saja untuk membuat aktivitas ekspor impor di Pelabuhan Krueng Geukueh kembali bergeliat, diperlukan adanya dukungan pihak luar.
Hal itu terungkap dalam pertemuan Pansus Raqan Tata Niaga Komoditas Aceh (TNKA) Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dengan pihak PT Pelindo Cabang Lhokseumawe, Kamis siang, 7 Oktober 2021.
“Hanya saja, Pelabuhan Lhokseumawe ini masih memerlukan support dari pihak eksternal untuk pengembangan pelabuhan agar tumbuh menjadi lebih baik ke depannya,” jelas Manajer Bisnis PT Pelindo Cabang Lhokseumawe, Bukhari.
Sementara itu, Kepala Syahbandar Operasional Pelabuhan Krueng Geukueh Lhokseumawe, Azwar, mengatakan banyak pengusaha yang datang dan meminta informasi mengenai pelabuhan. Namun, banyak dari pengusaha tersebut tidak kembali dan melakukan aktivitas ekspor ataupun impor. “Saya tidak tahu penyebabnya kenapa. Jadi mereka hanya datang mencari informasi, tapi tidak kembali,” jelasnya.
Azwar menambahkan, Pelabuhan Krueng Geukueh yang berstatus pelabuhan pengumpul telah memiliki nama besar di luar, karena memiliki sertifikat Statement Of Compliance Of A Port Facility (SOCPF).
“Dengan adanya sertifikat ini, maka Pelabuhan Lhokseumawe ini bisa mendatangkan kapal berbendera asing. Semua kapal-kapal asing bisa masuk kemari. Tidak semua pelabuhan bisa dimasuki pelabuhan berbendera asing, tapi Pelabuhan Krueng Geukueh ini bisa. Tinggal bagaimana kita memikirkan bagaimana menghidupkan dan memajukannya lagi,” jelasnya.
Baca Juga: Komoditas Aceh Harus Diekspor Melalui Pelabuhan Krueng Geukueh
Syahbandar Lhokseumawe, kata Azwar, siap mendatangkan kapal-kapal dari luar, jika di Pelabuhan Krueng Geukueh memiliki kapal yang akan mengangkut barang dari Aceh.
“Tapi masalahnya, apa yang kita angkut dari sini? Ini yang harus diupayakan agar para pengusaha di Aceh dapat membawa dan mengirimkan barangnya lewat pelabuhan ini,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Pansus Pansus TNKA DPRA Yahdi Hasan mengungkapkan, beberapa waktu lalu ketika Pansu ke Bener Meriah, para eksportir kopi di wilayah tengah Aceh berharap Pelabuhan Krueng Geukueh dapat difungsikan untuk mengekspor Kopi Gayo ke berbagai negara, baik di Asia, Amerika maupun Eropa.
Setiap tahun dari dataran tinggi Gayo dikirim hingga 3 ribu kontainer kopi ke berbagai negara, per kontainernya berkisar 19 ton kopi dengan nilai mencapai Rp 1,4 miliar. Untuk biaya angkutnya ke Belawan hingga proses pengapalan, mereka mengeluarkan biaya Rp 10 ribu per kilogramnya.
“Maka dari itu, kami berharap jika Pelabuhan Krueng Geukueh dioptimalkan, maka akan mengurangi biaya yang dikeluarkan eksportir kopi Gayo, mengingat jarak tempuh lebih dekat ke Lhokseumawe dibandingkan Belawan. Ini baru salah satu unggulan komoditas Aceh, belum lagi komoditas-komoditas unggulan lainnya,” tegas politisi Partai Aceh itu.[]