SEMENJAK menjadi sarjana FKIP Bahasa Inggris dari Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh pada 2014 lalu, layaknya semua anak muda pasti punya cita-cita untuk mendapatkan pekerjaan yang diimpikan dengan gaji dan fasilitas yang menggiurkan. Melekatnya gelar sarjana bukanlah akhir dari perjuangan anak muda, tapi justru sebaliknya, perjuangan baru saja dimulai. Kewajiban yang harus dipikul karena harus mencari pekerjaan yang layak demi membanggakan orang tua.
Semenjak duduk di semester lima, saya sudah bekerja sebagai penyiar radio swasta di Banda Aceh, Radio 94.5 Three FM namanya. Tapi bagi saya itu bukanlah sebuah pekerjaan, itu adalah hobi yang dibayar. Namun berkat anjuran orang tua saya mencoba mencari pekerjaan lain sembari masih siaran di radio.
Dua tahun melalang buana mencari pekerjaan dari pulau Sumatera, Jawa hingga ke pulau Bali ternyata belum membuahkan hasil. Kembali ke Banda Aceh dan menjadi sales mobil hingga resepsionis di hotel berbintang tiga, ternyata masih belum membuat saya puas akan pekerjaan yang saya jalani.
I don’t get my passion at all. Resign dari hotel dan mencoba menjadi pengusaha jus buah dengan bermodalkan nekad adalah hal yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Semua dimulai dari nol. Mulai dari proses belanja, produksi, penjualan dan promosi saya lakukan sendiri. Cukup berat memang, tapi saya terus bertahan. Bisnis pun sempat tertunda hingga dua bulan karena saya meng-handle Event Off Air di radio saya bekerja.
Berbagai macam pekerjaan saya jalani, kesana-kesini melamar pekerjaan baru namun kisah indah tak kunjung datang. Sedikit putus asa dengan semuanya, seakan semua usaha sia-sia.
Awal 2016, saya coba apply beasiswa ke Pemerintah China melalui program China Scholarship Council (CSC). Informasi ini saya terima dari teman yang sudah terlebih dahulu kuliah di China. Dan setelah menunggu jawaban selama enam bulan, alhamdulillah pada Agustus saya dapat kabar baik. Saya lulus beasiswa ke China dengan Full Scholarship.
Senang bercampur haru yang saya rasakan pada saat itu. Semua pertanyaan yang melayang-layang dalam pikiran saya sudah terjawab. Inilah rencana Allah selama ini yang sangat luar biasa bagi saya. Bukan kerja di Bali, bukan sebagai sales mobil dan juga penjual jus buah, tapi kuliah S2 di China dengan Full Scholarship selama dua tahun.
Saya lulus di Jurusan Psikologi Pendidikan di Kampus Central China Normal University yang berlokasi di kota Wuhan, kota yang lumayan banyak mahasiswa dari seluruh negara di dunia. Pengalaman baru juga bagi saya untuk tinggal di negara dengan empat musim (musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin). Dan sekarang di China (Oktober) adalah musim gugur.
Harapan bisa mendapat ilmu baru dengan kuliah di China, saya juga ingin explore lebih banyak tentang negeri tirai bambu ini. Perbedaan yang saya lihat dari orang China adalah mereka disiplin dan sangat tekun. Mereka sangat menghargai waktu. Kebanyakan mahasiswa di China menggunakan kaca mata, itu tandanya mereka rajin membaca buku. Setiap bel kelas berbunyi para mahasiswa berbondong-bondong masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran, dan begitu bel tanda pulang berbunyi mereka pun bergegas untuk pulang ke asrama masing-masing.
Saat-saat itu merupakan moment menarik bagi saya karena kampus akan dipenuhi dengan orang yang berjalan kaki dengan menggunakan payung. Sepeda juga menjadi kendaraan alternatif disini. Bahkan untuk sepeda motor, pemerintah melarang rakyatnya untuk menggunakan sepeda motor berbahan bakar minyak. Jadi, semua sepeda motor disini merupakan sepeda motor listrik. Beberapa transportasi umum seperti bus juga ada yang menggunakan tenaga listrik. Itu berarti pemerintah China sangat serius dalam menanggulangi masalah Global Warming dengan mengurangi kendaraan bermotor.
Untuk bepergian sangatlah mudah, banyak transportasi umum yang bisa kita gunakan dan yang menjadi favorit saya adalah bus dan Metro Wuhan (Kereta cepat bawah tanah). Transportasi umum yang cepat, murah dan bersih, pastinya.
Transaksi jual beli disini sangatlah mudah, tanpa membawa uang cash, hanya bermodalkan smartphone yang sudah terkoneksi dengan akun rekening bank, kita sudah bisa berbelanja apa saja dan dimana saja. Hanya dengan men-scan barcode saja kita sudah bisa membayar barang belanjaan yang kita beli. Untuk membayar listrik, air bersih, tiket, hingga pulsa juga bisa dilakukan melalui smartphone. Sangat mudah bukan?
Buat kamu yang hobi belanja, China adalah surganya. Banyak sekali barang-barang murah dengan kualitas bagus disini. Salah satu situs belanja online seperti www.taobao.com merupakan favorit saya untuk berbelanja. Jadi, kuliah saya di China ini adalah kado terbaik dari Allah untuk saya. Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.[]
*Penulis adalah Fadil, mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan di Kampus Central China Normal University penerima beasiswa China Scholarship Council (CSC)